Ilustrasi Gajah Mada. Tokoh Majapahit Disebut-sebut Merupakan Muslim.
Dream - Beberapa hari ini media sosial di Indonesia sedang diramaikan dengan berkembangnya kabar pelurusan sejarah Majapahit.
Dalam tulisan Arif Barata yang diajukan atas nama Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta itu, disebut Majapahit bukanlah kerajaan Hindu-Budha, melainkan kesultanan Islam.
Beberapa asumsi yang diajukan yaitu temuan koin emas di masa kerajaan Majapahit yang bertuliskan La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah. Yang cukup ekstrem, asumsi yang diajukan ialah agama panglima kerajaan Majapahit Gajah Mada.
Dalam tulisan itu, Gajah Mada disebut sebagai seorang Muslim. Nama aslinya Gaj Ahmada.
" Hanya saja, orang jawa saat itu sulit mengucapkan nama itu. Mereka menyebutnya Gajahmada untuk memudahkan pengucapan dan belakangan ditulis terpisah menjadi Gajah Mada," tulis pesan itu.
" Pernyataan ini diperkuat dengan bukti fisik yaitu pada nisan makam Gaj Ahmada di Mojokerto terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah."
Dream - Sekretaris LHKP Pimpinan Pusat Muhammadiyah Rohim Ghazali belum bisa menilai apakah mengenai 'penelitian' LHKP Pengurus Daerah Yogyakarta benar adanya. Ini lantaran LHKP PP Muhammadiyah belum menerima laporan secara detail 'penelitian' itu.
" Belum ada laporan 'penelitian' itu ke LHKP Pusat mengenai detail penelitian dan apa kesimpulannya. Sehingga kami belum bisa menilai apakah hasil penelitian itu valid atau tidak," kata Rohim saat berbincang dengan Dream.co.id, Jumat, 16 Juni 2017.
Penelitian sejarah, kata Rohim, memiliki bias ideologi. Untuk itu, dalam kasus itu, dia meyakini ada faktor ideologi yang dianut 'peneliti' tersebut.
" Saya yakin disitu ada bias ideologi," ucap dia.
Sementara itu 'penelitian' yang belum dapat dipertanggungjawabkan hasilnya ini membuat beberapa warganet meluncurkan bantahan.
Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) di akun resmi Facebooknya menulis,
" Viral tulisan tersebut sangat dimungkinkan didasarkan pada buku berjudul Kesultanan Majapahit ditulis oleh Herman Sinung Janutama, lulusan UMY Yogyakarta yang menulis buku tersebut tanpa didasari keilmuan selain otak-atik gathuk alias cocoklogi. Jika nama GAJAH MADA dipaksakan menjadi bahasa Arab Gaj Ahmada, pertanyaannya adalah memangnya hal tersebut dapat ditemui ada dalam prasasti, naskah kuno Negara kretagama? Atau ada dalan kitab Pararaton, Kidung Sunda, Usana Jawa? Apakah ada satu saja yg menulis Kosa Kata Jawa " Gaj" dan " Ahmada" ? Lalu apa arti kosa kata " Gaj" ? Ia merupakan kosa kata Jawa atau Arab?. Lalu apa arti dari kata Ahmada? Adakah orang Arab memakai nama Ahmada?"
Dream - Cocoklogi sejarah ini memunculkan reaksi yang beragam oleh warganet. Beberapa diantaranya bahkan membuat meme yang menyebut perubahan nama Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kampus yang dijuluki Kampus Biru itu tak akan lagi memiliki kependekan UGM melainkan UGA alias Universitas Gaj Ahmada.
Bahkan, beberapa warganet iseng menyebut alumni UGM yang bernama Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) harus mengganti namanya menjadi Keluarga Alumni Universitas Gaj Ahmada (KAGA AH).
Dream - Menurut berbagai rujukan sejarah, keberadaan Majapahit banyak ditemukan di dalam kitab Nagarakretagama karya Empu Prapanca. Kitab merupakan pujasastra yang mengagung-agungkan Raja Majapahit Hayam Wuruk.
Selain kitab itu, banyak ahli yang merujuk keberadaan Majapahit dengan Kitab Pararaton. Dalam dua kitab itu dijelaskan bagaimana perkembangan dan struktur politik kerajaan yang berkembang di Jawa Timur itu.
Pendiri kerajaan itu yaitu Raden Wijaya, menantu Kertanegara, penguasa Singasari. Raden Wijaya mendirikan kerajaan itu di hutan Tarik.
Dalam beberapa catatan sejarah, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pada 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan 10 November 1293.
Dari waktu inilah kerajaan Hindu-Buddah ini mulai menginvasi kawasan Nusantara. Masa itu dilakukan saat Majapahit dipimpin Tribhuwana Wijayatunggadewi yang memerintah 1328 hingga 1351.
Dia memiliki panglima tangguh bernama Gadjah Mada. Sosok Gadjah Mada kerap disandingkan dengan mitos. Sebab, hingga meninggal, petilasannya tak ditemukan. Beberapa orang percaya sosok Gadjah Mada, lenyap jasad dan ruhnya, atau moksa.
Sepeninggal perempuan tangguh dan panglimanya itu, Majapahit memasuki fase jaya dan dipimpin Hayam Wuruk. Belum ada penelitian resmi yang menyebut Majapahit, merupakan kerajaan Islam terbesar di Nusantara.
Hanya saja usai keruntuhan Majapahit, Kerajaan Demak yang Islam mulai berkembang di pesisir utara pulau Jawa. (ism)
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media