Kisah Remaja Difabel Tak Henti Bersyukur jadi Korban Gempa

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 25 April 2016 10:15
Kisah Remaja Difabel Tak Henti Bersyukur jadi Korban Gempa
Di saat semua orang tak ingin mengalami musibah gempa, remaja difabel ini justru bersyukur.

Dream - Ini kisah tentang kekuatan tekad yang menyelamatkan raga. Remaja difabel, Amir Bomjan, selamat dari gempa yang mengguncang Nepal setahun yang lalu. Gempa yang menewaskan ribuan orang itu justru disyukuri oleh Amir.

Dilansir dari Mirror, Senin 25 April 2016, remaja berusia 16 tahun ini merasa kehidupannya membaik setelah gempa besar yang terjadi setahun lalu itu. Bahkan, dia pun tidak berhenti bersyukur.

" Saya bisa mulai punya harapan dan mimpi. Saya punya masa depan. Gempa mengubah hidup saya selamanya," kata remaja berusia 16 tahun ini.

Sekadar informasi, Amir mengalami kelumpuhan saat masih kanak-kanak. Setelah terserang penyakit arthrogryposis multiplex congenita, penyakit sendi kaku, Amir mengalami gangguan pertumbuhan di mana kedua kaki dan tangannya tidak berkembang. Dia juga mengalami kelumpuhan dari leher ke punggungnya.

Sebelum gempa datang, Amir tinggal di Palung, desa yang terpencil yang miskin akan akses sekolah dan kesehatan. Kondisi lingkungan membuat bakat seninya tidak berkembang.

Ketika gempa datang, Amir dan lima orang anggota keluarganya tengah berada di rumah. Saat terjadi gempa, semua anggota keluarganya lari ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Amir? Dia sedang berada di kamar mandi.

" Mereka lari untuk menyelamatkan diri, (lalu) kembali lagi untuk menyelamatkan saya," kata dia.

Amir juga berkisah, saudaranya, Dipes, mengalami patah lengan akibat gempa ini.

Pasca gempa, Amir dan keluarganya tinggal di penampungan bersama penduduk lainnya selama empat bulan. Dia juga sempat protes kepada Tuhan. " Saya bertanya-tanya mengapa Tuhan memberikan kami kehidupan yang berat," kata dia.

Usai bencana mengerikan itu terjadi, Amir mengatakan Karuna Foundation--yayasan bagi anak-anak yang menginspirasi--datang ke desanya untuk turut memulihkan kondisi anak-anak korban bencana, termasuk dirinya. Saat perwakilan Karuna datang, Amir tahu ada kondisi akan berbalik.

Setelah gempa terjadi, Amir selamat dan dipindahkan ke sekolah khusus di Kathmandu, yaitu Serc. Di sana, dia bebas mengembangkan dan menyalurkan bakatnya seperti melukis. Sebuah yayasan yang ditujukan bagi anak-anak yang menginspirasi, Karuna Foundation, membiayai sekolah Amir dan memberi fasilitas bagi Amir untuk mengembangkan bakatnya.

" Saya tahu gempa itu membunuh banyak orang, tapi gempa itu menyelamatkan hidupku," kata dia.

Kini, Amir tinggal di sebuah hostel yang jaraknya 15 menit dari sekolahnya. Dia pun ditemani oleh ibunya, neneknya, atau siapa pun untuk membawanya ke sekolah. Di sekolah itu, Amir belajar bahasa Inggris dan komputer dengan harapannya bisa mengoperasikan sebuah laptop. Satu hal yang paling disukainya adalah melukis. Dengan melukis, dia bisa membuat gambar bunga yang berwarna-warni, bendera Nepal, dan kenangannya saat gempa Nepal.

" Saya sangat suka melukis. Saya bermimpi lukisan saya dipajang di sebuah galeri di London, Inggris. Itu akan sangat fantastis," kata dia.

 

Beri Komentar