Harapan Baru! Uji Klinis Vaksin Covid-19 Selesai, Begini Hasilnya

Reporter : Sugiono
Selasa, 14 Juli 2020 16:00
Harapan Baru! Uji Klinis Vaksin Covid-19 Selesai, Begini Hasilnya
Sudah hampir tujuh bulan, penyakit Covid-19 telah mendatangkan malapetaka di seluruh dunia.

Dream - Sudah hampir tujuh bulan, virus corona jenis SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 telah mendatangkan malapetaka di seluruh dunia.

Pandemi yang dimulai di pasar kecil di kota Wuhan, China, itu telah melumpuhkan dunia. Merenggut nyawa ratusan ribu orang dan telah menginfeksi yang terinfeksi corona.

Sejak awal, para peneliti telah berusaha keras untuk menemukan solusi untuk menghilangkan virus corona untuk selamanya. Termasuk membuat vaksinnya.

Laporan kantor berita TASS menyebutkan bahwa Rusia menjadi negara pertama di dunia yang menyelesaikan uji klinis vaksin Covid-19 pada manusia.

1 dari 7 halaman

Vaksin Dipastikan Aman untuk Digunakan

Smolyarchuk, yang mengepalai Center for Clinical Research on Medications di Sechenov University mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa uji klinis vaksin Covid-19 telah selesai.

" Penelitian telah selesai dan terbukti bahwa vaksin itu aman. Para sukarelawan akan dipulangkan (dari rumah sakit) pada 15 Juli dan 20 Juli," kata Smolyarchuk.

Alexander Lukashev, direktur Institute of Medical Parasitology, Tropical, and Vector-Borne Diseases di Sechenov University, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Sputnik bahwa keamanan vaksin Covid-19 ini telah dikonfirmasi.

" Dibuat sesuai dengan standar keamanan vaksin yang ada di pasaran saat ini," kata Lukashev.

2 dari 7 halaman

Imun Tubuh terhadap Covid-19 Meningkat

Sebelumnya, Rusia telah mengizinkan uji klinis terhadap dua vaksin corona yang dikembangkan oleh Gamaleya National Research Center for Epidemiology and Microbiology.

Uji coba vaksin pertama dilakukan di Rumah Sakit Militer Burdenko. Sementara yang kedua diuji oleh para peneliti di Sechenov First Moscow State Medical University.

Sekitar 20 orang mengajukan diri untuk menjalani uji klinis ini. Setelah pemberian vaksin, para sukarelawan dikarantina di rumah sakit selama 28 hari.

Menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya, hasil uji klinis vaksin menunjukkan kekebalan pasien terhadap Covid-19 meningkat. Tetapi detail tentang vaksin itu belum terungkap sampai sekarang.

3 dari 7 halaman

Masih Butuh 2 Tahap Lagi

Namun jangan berpikir kabar ini menjadi akhir dari Covid-19 sehingga kita bisa kembali hidup normal seperti sebelumnya.

Ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, uji klinis yang baru selesai ini masih merupakan tahap pertama dari tiga tahap yang harus dilakukan Rusia.

Alasan kedua, meski uji klinis ini berhasil, tapi diterapkan pada relawan yang jumlahnya jauh lebih kecil dari pasien positif Covid-19.

Pengujian pada kelompok yang lebih besar sangat penting jika vaksin akan diproduksi secara massal sebagai senjata untuk menghentikan pandemi ini.

Sumber: IndianTimes.com

4 dari 7 halaman

Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara, Cara Kerjanya Mirip Asap Rokok

Dream - Baru-baru ini sebanyak 239 ilmuwan dari 32 negara mengirim surat terbuka kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar mengubah aturan dan rekomendasinya mengenai pencegahan Covid-19.

Hal itu dilakukan karena mereka telah menemukan bukti bahwa virus corona jenis SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 juga bisa ditularkan melalui udara.

Menurut surat terbuka yang diterbitkan melalui jurnal Clinical Infectious Diseases itu para ilmuwan menguraikan bukti yang menunjukkan partikel kecil yang ada di udara bisa mengandung virus corona dan dapat menginfeksi manusia.

5 dari 7 halaman

Virus Corona Bisa Melayang di Udara

Selama ini, protokol kesehatan WHO dan badan kesehatan dunia lainnya hanya fokus pada cuci tangan, menjaga jarak, dan mewaspadai droplet melalui penggunaan masker dalam mencegah penularan Covid-19.

Padahal, droplet yang dikeluarkan orang yang terinfeksi virus corona saat batuk, bersin atau berbicara bisa menjadi aerosol dan melayang di udara.

Jika aerosol itu terhirup oleh orang lain, maka dia akan terinfeksi virus corona. Artinya aerosol sekarang menjadi cara penularan Covid-19.

" Mereka tidak ingin berbicara tentang penularan melalui udara, karena itu akan membuat orang panik," kata Donald Milton, profesor kesehatan lingkungan di University of Maryland.

Sebuah studi pada pertengahan Maret menemukan SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup dalam tetesan pernapasan mikroskopis berdiameter sekitar 2,5 mikron. Ukurannya bahkan bisa lebih kecil lagi dan mampu melayang di udara hingga tiga jam atau lebih.

Kemudian pada awal Mei, ilmuwan Harvard, Allen dan Linsey Marr, profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech menerbitkan makalah yang mengungkap peran partikel udara yang lebih kecil dalam penyebaran virus corona.

Menurut mereka, tidak mungkin bagi seseorang untuk melepaskan tetesan besar (berukuran lebih besar dari 5 mikron) tanpa mengikutkan tetesan yang lebih kecil.

" Karenanya, penularan yang katanya hanya terjadi melalui tetesan besar dapat juga terjadi melalui tetesan yang jauh lebih kecil yang melayang di udara pada jarak dekat," kata Marr.

6 dari 7 halaman

Cara Menularnya Seperti Asap Rokok

Marr menemukan virus flu bisa melayang di udara dalam tetesan mikroskopis selama satu jam atau lebih.

Untuk menunjukkan bagaimana virus corona mudah menyebar, Marr menggunakan rokok untuk menjelaskannya.

" Partikel mikroskopis kecil yang kita sebut aerosol berperilaku seperti asap rokok. Jadi mereka akan lebih terkonsentrasi pada perokok dan orang yang berada dekat dengannya. Semakin jauh Anda dari perokok, semakin sedikit Anda terpapar asapnya," jelas Marr.

7 dari 7 halaman

Bagaimana dengan Masker Kain?

Bagaimana dengan penggunaan masker untuk mencegah penularan virus corona melalui droplet mikroskopis yang melayang di udara ini?

Para ilmuwan menganjurkan untuk memakai masker N95 dan masker bedah yang berkualitas tinggi. Untuk masker kain, para ilmuwan masih mempelajari efektivitasnya.

" Masalahnya, masker kain tidak memiliki lapisan penyaring yang berfungsi untuk menghentikan partikel berbahaya masuk lebih ke dalam," kata Sara Greenstein, CEO perusahaan medis yang jadi mitra Kementerian Pertahanan Amerika Serikat dalam memproduksi masker N95.

Greenstein menambahkan meskipun masker kain lebih baik daripada tidak sama sekali, itu bukan pengganti N95 atau masker bedah.

Kedua masker itu telah direkayasa dengan tingkat presisi yang tinggi dan diproduksi dengan mesin canggih.

Sementara itu, Allen menambahkan meski penggunaan masker medis nantinya tersebar secara luas, sistem ventilasi dengan filter yang sangat efektif menjadi cara kunci lain untuk menyaring droplet mikroskopis di udara.

Sumber: CNN

Beri Komentar