Sheikh Hamad Bin Khalifa Al Thani, Amir Qatar Pendiri Al Jazeera (qatarpark.com)
Dream - Tentara Amerika Serikat terus membombardir Irak dari udara. Saat itu, tahun 2003, Perang Irak tengah berkobar hebat. Stasiun televisi Barat seperti BBC, CNN, Fox, ABC, menayangkan gambar serangan itu dari belakang tentara Amerika Serikat dan sekutu. Mereka menayangkan gambar dari kejauhan, bagaimana sebuah bom pintar yang dilepaskan dari pesawat atau arteleri menghancurkan markas tentara Irak. Perang Irak jadi sebuah gambaran teknis persenjataan canggih yang diklaim memiliki presisi tinggi.
Namun, sebuah stasiun televisi baru berbahasa Arab, Al Jazeera, justru menayangkan gambar berbeda. Mereka menayangkan peristiwa bukan dari belakang tentara Barat, melainkan dari titik-titik target bom. Dan tayanganya itu luar biasa mencengangkan. Sebab faktanya pemukiman sipil pun menjadi sasaran bom pintar sekutu. Akibatnya ribuan orang berkalang tanah. Baik ibu-ibu maupun anak-anak. Tangis mereka di layar kaca sungguh memedihkan hati.
Tak ayal, gambar-gambar nyata dari pusat peperangan itu, mengalahkan gambar stasiun televisi ternama dunia. Di beberapa negara, penduduk dunia, termasuk di Indonesia, mulai memutar satelit untuk menyalurkan berita langsung dari Al Jazeera dari pusat peperangan. Nama Al Jazeera pun melambung. Mengingatkan bahwa bom pintar sekalipun bisa membuat kesalahan. Dan, korbannya adalah rakyat sipil.
Tayangan itu jelas menampar wajah pemerintah Barat. Masalahnya bukan sekali ini saja Al Jazeera membuat malu pimpinan dan media Barat. Pada Oktober 2002, ketika Amerika Serikat tengah melancarkan serangan ke Afghanistan setelah serangan teroris ke Gedung World Trade Center 11 September 2001, Al Jazeera lagi-lagi mengalahkan media Barat. Al Jazeera berhasil mendapat wawancara ekskklusif Osama bin Laden, orang yang menjadi buruan nomer satu.
Mengudara sejak 1 November 1996, Al Jazeera memang telah memberi warna tersendiri di dunia televisi berita. Ia dibangun atas penghargaan terhadap independensi ruang redaksi. Adalah raja muslim terkaya di dunia nomer empat sejagat yang juga Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, yang mengucurkan dana awal.
Sheikh Hamad mengucurkan dana hingga 137 juta dolar AS atau setara dengan Rp 1,7 triliun untuk membiayai staisiun televisi satelit ini selama lima tahun pertama. Ia tak meminta banyak. Hanya meminta redaksi Al Jazeera menjaga independensi redaksi dari berbagai pengaruh, termasuk pengaruh dia sebagai pemodal.
Al Jazeera memang membuat Amerika Serikat kalang-kabut. Ketika Amerika Serikat melancarkan serangan ke Irak dengan tujuan menghancurkan gudang senjata yang dianggap sebagai tempat pembuatan alat pemusnah massal melalui Operation Dessert Fox tanggal 16-19 September 1998, Al Jazeera muncul menyangkan gambar-gambar salah sasaran bom Amerika tersebut. Pemukiman sipil juga jadi sasaran. Pemerintah Clinton pun murka.
Pada Oktober 2001, pemerintahan George Bush Jr secara resmi meminta agar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani menggunakan pengaruhnya untuk menekan tensi pemberitaan Al Jazeera. Ini adalah puncak kegeraman Pemerintah AS atas Al Jazeera. Sebelumnya, duta besar AS untuk Qatar telah beberapa kali mengajukan komplain diplomatik atas Pemerintah Qatar sehubungan pemberitaan Al Jazeera yang dituduh menyebarkan pandangan anti-Amerika dengan banyak mengkritik kebijakan AS di Timur Tengah, serta menjadi alat propaganda Osama bin Laden.
Tapi semua itu tak digubris oleh Sheikh Hamad. Al Jazeera tetap bebas memberitakan semua peristiwa. Popularitas Al Jazeera pun melonjak tajam. Ia kini sejajar dengan stasiun televise top macam ABC, CNN, Fox dan BBC.
Al Jazeera memang terbentuk atas inisiatif dari Sheikh Hamad setelah beberapa bulan menjabat sebagai Emir Qatar. Ia mendengar sebuah stasiun televisi asal Inggris British Broadcast Center (BBC) bahasa Arab, dilarang oleh pemerintah Arab Saudi karena menyiarkan beragam hal. Padahal, BBC sudah menjalin kerjasama dengan pemerintah Arab Saudi.
Melihat kesempatan itu, Hamad langsung mengajak kerjasama pengelola BBC Arab itu untuk mendirikan Al Jazeera. Seluruh jurnalis yang awalnya bekerja di media hasil kerjasama BBC dengan pemerintah Arab Saudi diterima di media baru itu. Kolaborasi mereka membuat dunia tercengang. Sisanya adalah sejarah.
Lahir sebagai keturunan penguasa, memang tidak lantas membuat Sheikh Hamad angkuh. Padahal menurut therichiest.com dan majalah Forbes, dia adalah raja muslim terkaya nomer empat sejagat. Kekayaannya mencapai 2,5 milyar dolar AS atau sekitar Rp 32 triliun.
Selain kaya, dia terkenal sebagai Emir yang dermawan. Ia tak segan mengeluarkan uang begitu banyak sebagai bantuan bagi mereka yang kesusahan.
Beberapa contohnya adalah sumbangannya kepada masyarakat New Orleans, Amerika Serikat, yang menjadi korban Badai Katrina pada tahun 2005 sebesar 100 juta dolar AS. Dia juga tercatat menjadi tokoh inti atas upaya pemulihan kawasan Perang Libanon pada tahun 2006.
Di tahun 2012, dia mendesak pemimpin negara-negara Arab agar mengerahkan pasukan menekan angka kematian akibat pembunuhan dalam perang sipil Suriah. Untuk tujuan itu, ia membangun dua pangkalan militer untuk pasukan asing yang ditunjuk memulihkan keadaan di sana, yaitu Al Udeid Air Base dan Camp as Sayliyah.
Pada tahun yang sama, Hamad mengunjungi jalur Gaza yang porak poranda akibat gempuran Israel pada tahun 2008. Ia masuk ke Gaza melalui pintu Rafah, setelah sebelumnya mendarat di Mesir.
Dalam lawatannya itu, Hamad membawa serta bantuan berupa uang senilai 400 juta dolar AS. Jumlah tersebut lebih besar dari yang dijanjikan sebelumnya yaitu 256 juta dolar AS. Bagi Qatar, nilai uang tersebut mungkin kecil. Tetapi sangat berarti bagi warga Gaza, karena bantuan itu dapat digunakan untuk membangun 2.000 rumah dan beberapa rumah sakit.
Sebagai seorang Emir, Hamad juga terbilang sukses dalam menjalankan roda pemerintahan. Bahkan, Hamad dikenang sebagai Emir yang menancapkan tata kelola pemerintahan modern di negara Qatar.
Di tangan Sheikh Hamad lah Qatar kini memiliki sistem trias politika, dengan kekuasaan yang terbagi atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif, meski sebagian besar kekuasaan tetap berada di tangan keluarga yang berkuasa.
Qatar sendiri merupakan negara dengan cadangan minyak mencapai 23,9 miliar barel dan gas bumi sebesar 885,1 triliun kaki kubik (data Bussiness Insider 2013). Hal itu menyumbang pendapatan sangat besar bagi Qatar.
Berbekal dana tersebut, Hamad bersama Perdana Menteri Jassim memulai modernisasi Qatar. Selain membuat struktur pemerintahan modern, Hamad juga membangun seluruh sektor yang dibutuhkan, terutama ekonomi.
Reformasi besar-besaran ia lakukan dengan membentuk sejumlah badan yang bertugas pada bidang-bidang tertentu. Salah satunya adalah Qatar Investment Authority. Badan ini dibentuk untuk mengelola seluruh investasi yang masuk ke Qatar.
Tetapi, melalui badan ini pula, Hamad menancapkan pengaruh di luar negeri. Ia tercatat memegang hak kepemilikan atas beberapa merek dagang internasional seperti department store Harrods di Inggris dan Printemps di Perancis. Ia juga memiliki saham di perusahaan mobil Porsche, dan pada klub sepakbola Perancis, Saint Germany FC.
Tidak hanya itu, Hamad juga memiliki saham di beberapa perusahaan yang bergerak di industri perfilman seperti Miramax dan Disney. Dia kemudian membangun pusat kajian film dengan nama Doha Film Institute.
Di samping itu, Hamad juga memandang pentingnya pembangunan di bidang pendidikan. Dibantu dengan sang permaisuri yang merupakan istri keduanya, Syeikha Muzah binti Nassir al Missnad, dia memajukan sektor pendidikan di Qatar dengan menggratiskan biaya pendidikan.
Pertengahan tahun 2013 mungkin menjadi momen terpenting bagi rakyat Qatar. Bahkan juga bagi seluruh rakyat yang tinggal di negara-negara kawasan Timur Tengah.
Tepatnya tanggal 26 Juni 2013, catatan sejarah telah digoreskan. Sang Emir, Syeikh Hamad bin Khalifa al Thani, menyatakan secara resmi mengundurkan diri dari jabatan politik tersebut. Keputusan ini menjadi sejarah lantaran baru pertama kali terjadi seorang pemimpin sebuah negara kawasan Timur Tengah rela melimpahkan jabatannya kepada generasi penerus tanpa proses kudeta atau karena meninggal dunia.
Sebagai perbandingan, sebut saja Arab Saudi. Di negeri yang menjadi kiblat Muslim dunia ini, sistem suksesi kepemimpinan harus menunggu meninggalnya sang raja. Padahal, para putra penerusnya juga sudah masuk usia uzur.
Langkah ini diambil Hamad lebih cepat dibandingkan dengan rencana awal yaitu lengser tahun 2016. Hal ini bukan tanpa alasan. Hamad hanya ingin memastikan tampuk kekuasaan Qatar tetap berada di jalur keturunannya.
Alasan ini didasari atas pengalamannya dalam menduduki jabatan itu. Kendali penuh atas Qatar didapatnya melalui kudeta damai atas kepemimpinan sang ayah, Syeikh Khalifa bin Hamad al Thani pada tahun 1995. Kala itu, Khalifa sedang berada di Jenewa, Swiss.
Sebelum mengambil keputusan mundur itu, Hamad mencium adanya gelagat mencurigakan dari Syeikh Hamad bin Jassim bin Jaber al Thani. Ini lantaran Jassim merupakan Perdana Menteri, yang memiliki hak penuh atas kekuasaan Qatar setelah Emir. Sementara di sisi lain, Hamad sudah memiliki penerus yaitu Tamim bin Hamad al Thani, yang menjabat sebagai putra mahkota.
Pengunduran diri itu merupakan jalan agar Tamim dapat berkuasa dengan mulus. Karena jika tidak, maka kasus kudeta yang pernah dia lakukan bisa terulang kembali, dan dapat menjadi kebiasaan dalam tradisi suksesi kepemimpinan di negeri pengekspor minyak dan gas bumi itu.
Hamad boleh mundur sebagai Emir Qatar. Namun, stasiun televisi warisannya, Al Jazeera, telah merebut hati pemirsa dunia. Sebagai salah satu raja muslim terkaya dunia, sejak awal dia sadar bahwa independensi redaksi adalah harga mati sebuah media. Inilah barangkali warisan terbesar dia… (eh)
Advertisement
Lihat Ojol Pakai Kacamata Lusuh, Penumpang Tawarkan Hadiah yang Manis Banget
5 Wisata Ramah Anak di Sentul, Bikin Si Kecil Betah Main Seharian
Ikut Komunitas Nebeng Yuk, Bisa Bantu Kurangi Macet dan Polusi
Bye Insecure, Tips Atasi Kulit Tangan yang Belang Secara Alami
Pria Pecinta Lego Ini Punya 6.334 Koleksi, Nilainya Sampai Rp1,9 Miliar
Penampilan Iriana Jokowi dengan Berlian yang Total Harganya Rp2,7 miliar
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Kenalan dengan India Club Jakarta, Komunitas Orang-orang India di Indonesia
5 Sumber Kekayaan Tasya Farasya, Beauty Influencer Tajir Melintir
Video Pemotor Bandel Lawan Arah Dihalau Gen Z, Auto Tak Berkutik!
Mengenal Penyakit Rosacea yang Banyak Menyerang Kaum Hawa Paruh Baya
Lihat Ojol Pakai Kacamata Lusuh, Penumpang Tawarkan Hadiah yang Manis Banget