Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Pandemi virus corona yang terjadi nyaris diseluruh belahan dunia, memaksa para pelajar untuk melakukan kegiatan belajar dari rumah. Salah satu kebijakan yang diambil banyak pemerintah adalah mewajibkan para siswa untuk belajar melalui sarana pembelajaran online (daring).
Metode belajar online untuk beberapa anak didik merupakan hal yang mudah dilakukan karena mereka memiliki gadget dan koneksi internet yang memadai. Namun, tidak bagi siswa dari keluarga tak beruntung.
Orang tua dari siswa harus merogoh kocek membeli gawai atau paket internet untuk membuat anaknya tetap mengikuti sekolah online. Namun sebuah kisah pilu terjadi pada seorang siswa asal India karena metode pembelajaran ini.
Siswa 14 tahun asal Kerala, India, dilaporkan bunuh diri saat mengetahui dia tidak dapat menghadari kelas online karena tidak memiliki smartphone ataupun TV.
Menurut laman Al-Jazeera yang dilansir dari World of Buzz, siswa tersebut hilang pada 1 Juni 2020 lalu dan jenazahnya baru ditemukan di tempat sepi dekat rumahnya pukul 03.30 sore.
Jasad siswa tersebut dalam kondisi terbakar dan ditemukan sebotol minyak tanah kosong didekatnya. Polisi setempat menduga siswa tersebut membakar dirinya sendiri.
Ayahnya, seorang buruh harian yang hampir tak memiliki penghasilan selama masa lockdown di India, mengatakan kepada wartawan bahwa mereka memang tidak memiliki TV yang berfungsi.
" Dia mengatakan kepada saya bahwa itu (TV) perlu diperbaiki tetapi saya tidak bisa menyelesaikannya. Saya juga tidak mampu membeli smartphone," ungkap Ayah korban.
Sang ayah mengaku tak mengerti penyebab anaknya memutuskan melakukan tindakan bunuh diri. Padahal sehari sebelumnya, sang anak sempat berkunjung ke rumah temannya untuk mengikuti pelajaran online bersama.
Beberapa minggu sebelum kejadian mengenaskan tersebut, sang ibu ternyata telah melahirkan.
" Keluarga itu ternyata sedang kesulitan secara finansial dan gadis itu khawatir dia tidak akan bisa belajar lebih lanjut, atau sekolahnya akan terpengaruh" kata seorang pejabat senior polisi kepada NDTV.
" Laporan awal menunjukan sang anak merasa kesal karena ia tidak memiliki akses ke TV atau kelas online sejak pertama kali dimulai."
Menteri Pendidikan Kerala, C Raveendranath, telah meminta laporan dari pejabat pendidikan tingkat distrik tentang insiden tragis ini.
Aktivis mahasiswa sejak itu turun ke jalan di Kerala untuk memprotes kematian gadis itu. Mereka menyoroti adanya kebijakan lockdown memicu ketidaksetaraan diantara murid-murid di daerah miskin dan pedesaan yang jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mendapat akses belajar online.
" Tindakan pemerintah telah menempatkan siswa miskin di bawah tekanan," kata Abhijith KM, Kepala Serikat Pelajar Kerala.
“ Seharusnya siswa miskin dapat memperoleh komputer dengan pinjaman tanpa bunga untuk menghindari kasus serupa di masa depan.”
Diketahui, India telah mencatat total 287.155 kasus corona termasuk 140.979 sembuh dan 8.107 kematian.
(Sah, Sumber: Worldofbuzz)
Dream - Pandemi virus Covid-19 memaksa setiap orang sebisa mungkin melakukan kegiatan dari rumah. Aktivitas sehari-hari harus tetap berjalan agar kehidupan berjalan normal dan pemasukan tetap datang. Semua dilakukan sebagai upaya bersama menekan penyebaran virus corona.
Langkah yang sama juga terpaksa dilakukan para pelajar. Banyak negara yang menerapkan sistem belajar di rumah melalui daring (online). Bagi anak-anak yang terlahir dari keluarga berkecukupan, metode belajar ini mungkin takkan terlalu jadi masalah. Namun tidak untuk anak didik dari keluarga kurang beruntung.
Akhir-akhir ini banyak sekali media yang memberitakan tentang keluarga yang kurang mampu dan terpaksa melakukan tindakan drastis demi memastikan anak-anak mereka mendapat fasilitas belajar online.
Inilah yang terjadi pada seorang gadis kecil dari keluarga kurang mampu. Kisahnya dibagikan oleh salah satu netizen asal Thailand yang bekerja di kios ponsel.
Suatu ketika, seorang gadis kecil datang ke konter ponsel dan membawa setumpuk uang receh dan uang kertas lusuh di atas meja kiosnya.
" Saya ingin membeli telepon baru," katanya dengan sopan.
Sontak pria penjaga kios itu kebingungan. Bagaimana ia membawa uang sebanyak itu tanpa kehadiran orang tuanya yang mendampinginya membeli ponsel.
Netizen itu kemudian bertanya apakah dia berencana menggunakannya untuk bermain game mobile, seperti yang dilakukan kebanyakan anak.
Namun jawaban gadis itu membuat sang netizen yang tidak disebutkan namanya itu tercengang.
" Tidak, aku membutuhkannya agar aku bisa bergabung dengan teman-teman untuk belajar secara online" dia menjawab.
Bahkan, kakeknya, yang menemaninya ke kios, bertanya apakah mungkin bagi mereka untuk membayar dengan uang receh, khawatir bahwa toko hanya akan menerima pembayaran kartu kredit.
Kisah di penjaga toko Ponsel itu segera menjadi viral di media sosial. Cerita ini juga menjadi sorotan bagaimana e-learning mungkin terbukti lebih bagi anak-anak dari kalangan keluarga beruntung, namun tidak dengan anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Banyak netizen juga menyinggung tentang fakta bahwa tidak semua orang dapat dengan mudah melakukan e-learning.
(Sah, Sumber: worldofbuzz.com)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak