Sunda Kelapa, Pintu Islam Tanah Betawi

Reporter : Editor Dream.co.id
Senin, 14 Agustus 2023 14:22
Sunda Kelapa, Pintu Islam Tanah Betawi
Mulanya, bernama Pelabuhan Kalapa. Jadi pintu terdepan Kerajaan Pajajaran di Pakuan.

1 dari 12 halaman

Sunda Kelapa, Pintu Islam Tanah Betawi

Sunda Kelapa, Pintu Islam Tanah Betawi © Dream

Dulu namanya Pelabuhan Kalapa. Jadi pintu Kerajaan Pajajaran.

2 dari 12 halaman

Dream - Pelabuhan di pesisir utara Jakarta itu tak pernah mati. Perahu-perahu hilir mudik, datang dan pergi, silih berganti. Kapal-kapal kayu raksasa yang berderet di sepanjang pesisir pun seolah terus terjaga, mereka melakukan bongkar muat barang dari lambung dan geladaknya. Itulah kesibukan Pelabuhan Sunda Kelapa. Salah satu dermaga legendris yang terletak di Penjaringan, Jakarta Utara. Pelabuhan tua ini pula yang menjadi salah satu pintu gerbang penyebaran Islam di Jawa sekaligus menjadi cikal bakal Kota Jakarta.

3 dari 12 halaman

© Dream

Bandar ini ramai sejak abad ke-12. Dulu namanya Pelabuhan Kalapa. Jadi pintu terdepan Kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan —sekarang wilayah Bogor. Kala itu, kapal-kapal dari penjuru nusantara bersandar di sini.

4 dari 12 halaman

Catatan Sejarah

Catatan Sejarah © Dream

Pelabuhan ini terletak di muara Kali Ciliwung. Laporan Portugis menyebut dulu pelabuhan ini membujur sepanjang satu atau dua kilometer di kedua tepi Kali Ciliwung. Menurut catatan itu, Kali Ciliwung bisa dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing berkapasitas sekitar 100 ton.

5 dari 12 halaman

Pada tahun 1817, Belanda memperbesar pelabuhan ini menjadi 1.825 meter. Pada waktu-waktu berikutnya, Pelabuhan Sunda Kelapa terus diperluas untuk menampung kapal lebih banyak. Setelah zaman kemerdekaan, Pelabuhan Sunda Kelapa kembali direhabilitasi sehingga memiliki kanal sepanjang 3.250 meter yang dapat menampung 70 perahu layar dengan sistem susun sirih.

6 dari 12 halaman

Letak Strategis

Letak Pelabuhan Kalapa memang strategis. Sehingga pelabuhan ini menjadi pusat perniagaan. Kapal-kapal asing dari China, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah, merapat di pelabuhan ini dengan berbagai barang dagangan.

7 dari 12 halaman

Pelabuhan Sunda Kelapa dulu jadi pintu masuk Kerajaan Pajajaran

Pelabuhan Sunda Kelapa dulu jadi pintu masuk Kerajaan Pajajaran © Dream

8 dari 12 halaman

Para pedagang Arab menjadi salah satu kelompok yang singgah dan menetap di pinggir pesisir ini. Selain berdagang, saudagar-saudagar ini menyebarkan Islam di Tanah Betawi. Komunitas Islam dari Arab ini kemudian hari digeser oleh Belanda ke kampung yang diberi nama Pekojan —sekarang masuk wilayah Jakarta Barat. Peninggalan-peninggalan penyebaran Islam tempo dulu masih bisa terlihat di sekitar daerah itu. Banyak masjid-masjid tua yang dibangun masih berdiri hingga kini. Sebut saja Masjid Al Anshor, Masjid An Nawier, dan Langgar Tinggi.

9 dari 12 halaman

© Dream

Saking strategisnya, bandar laut itu menjadi rebutan. Pada 21 Agustus 1522 Raja Sunda membuat perjanjian dengan Portugis untuk membendung serangan Kesultanan Demak dan Cirebon yang memeluk Islam. Portugis diizinkan membangun benteng di pelabuhan itu.

10 dari 12 halaman

Kesultanan Demak kebakaran jenggot. Perjanjian itu dianggap jadi ancaman. Dikirimlah Fatahillah oleh Demak untuk mengusir Portugis sekaligus merebut Kalapa. Pada 22 Juni 1527, pasukan Demak dan Cirebon merebut Pelabuhan Kalapa. Nama itu diubah menjadi Jayakarta. Tanggal itu juga diperingati sebagai hari jadi Kota Jakarta hingga kini. Kekuasaan Demak di Jayakarta akhirnya runtuh. Setelah pada 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Diubahlah Jayakarta menjadi Batavia. Sebutan itu diambil dari nama suku Keltik yang pernah tinggal di Belanda.

11 dari 12 halaman

Mulai Surut

Pertengahan 1800-an, Pelabuhan Sunda Kelapa tak ramai lagi. Terjadi pendangkalan di pelabuhan itu. Sehingga kapal-kapal tak bisa lagi merapat. Barang-barang yang diangklut kapal besar harus diusung dengan perahu kecil menuju daratan. Sebagai gantinya, dibangunlah Pelabuhan Tanjung Priok yang terletak lima belas kilometer di sebelah timur.

12 dari 12 halaman

Pada 1942, ketika Jepang berkuasa, nama Batavia diubah menjadi Jakarta. Dua tahun berselang, saat Belanda kembali memerintah, nama itu tak diubah. Baru pada tahun 1970-an, pemerintah mengubah nama pelabuhan itu menjadi Sunda Kelapa. Kini, Pelabuhan Sunda Kelapa masih difungsikan. Banyak kapal-kapal kayu yang bersandar di sini mengangkut berbagai kebutuhan masyarakat. Mulai sembako, kayu, hingga kain. Selain masih sibuk dengan aktivitas perniagaan, Pelabuhan Sunda Kelapa juga menjadi tujuan wisata bahari yang patut dikunjungi.

Beri Komentar