Korban Lion Air JT610 Teridentifikasi
Dream - Sebanyak 238 body part korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 dalam 48 kantong jenazah telah diperiksa. Tim Disaster Victim Identification (DVI) tidak menemukan adanya luka bakar dari seluruh body part tersebut.
" Dari 48 kantong jenazah tidak ada satupun body part yang terkesan kena luka bakar," ujar Kepala RS Polri, Kombes Pol Musyafak, di RS Polri, Kamis 1 November 2018.
Tim DVI juga telah mengambil sampel DNA pada 238 organ tubuh itu. Selanjutnya, DNA akan dicocokkan dengan data dari pihak keluarga untuk identifikasi.
Pernyataan Musyafak tersebut menguatkan dugaan pesawat Lion Air JT610 tidak mengalami ledakan. Sebelumnya, pernyataan mengenai kondisi pesawat saat jatuh dijelaskan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Budi menyebut pesawat Lion Air JT610 yang hilang kontak di utara Bekasi tak meledak. Informasi itu dia dapatkan dari keterangan saksi di sekitar lokasi kejadian.
" Kami belum tahu apa yang terjadi. Tapi, tampaknya tak meledak," ujar Budi, di Ruang VIP, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin lalu.
Budi mengatakan saksi mata tidak mendengar bunyi ledakan. " Tapi peswat ini turun dari ketinggian ke dalam laut," ujar dia.
Menurut Budi, untuk mengetahui penyebab jatuhnya JT610 menunggu hasil investikasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Hingga hari ke tiga proses identifikasi, DVI telah menerima 212 data ante-mortem dari keluarga korban. Data tersebut selanjutnya diverifikasi.
" Setelah hasil verifikasi ada yang double. Jadi hasil verifikasi berjumlah 189," ujar Musyafak.
Dari jumlah itu, kata Musyafak, sebanyak 152 orang sudah diambil DNA-nya. Untuk itu, Musyafak mengimbau keluarga yang memiliki hubungan darah dengan korban dapat melapor ke posko DVI.
Dream - Kabar duka dan cemas menanti kepastian masih terus dialami para keluarga korban pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Salah satunya Ning Icha, yang masih tak menyangka sang putri, Reski Amalia, yang biasa disapa turut menjadi satu korban tragedi pilu tersebut.
Melansir Merdeka.com, Ayu merupakan bungsu dari enam bersaudara asal Palembang. Dia bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sejak enam tahun lalu. Namun pada 2016, Ayu dialihtugaskan ke BPK Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Menurut penuturan Ning, Ayu pindah ke Jakarta usai menikah pada 24 Juni 2018 lalu. Selama bekerja, Ayu memilih pulang ke Jakarta saban akhir pekan dan terbang kembali lagi ke Pangkalpinang setiap Senin.
" Ayu sudah enam tahun kerja di BPK dan baru tugas di Pangkalpinang, makanya bolak-balik Jakarta-Pangkal Pinang," ungkap Ning.
Setiap kali akan berangkat ke Pangkalpinang, Ayu selalu memberi kabar kepada orang tuanya. Namun di hari nahas itu, tak ada kabar apapun dari Ayu.
" Saya jadi bertanya-tanya, tumben tidak menelpon, makanya kami dari Palembang yang menelepon dia," kata dia.

Ning mengatakan komunikasi terakhir dengan anaknya, disaat Ayu dalam perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarta untuk terbang ke Pangkalpinang menggunakan Lion Air JT 610.
Dalam pembicaraan telepon tersebut, Ayu meminta sang ibu untuk mendoakannya agar selamat sampai tujuan.
" Iya Ma, minta doa biar selamat," kata Ning menirukan kata-kata Ayu.
" Waktu itu Ayu bilang terburu-buru karena jam 8 harus sudah di kantor. Itulah terakhir kami mengobrol," sambungnya.
Saat ini Ning mengaku hanya bisa pasrah dengan kejadian dan dan berharap jenazah anaknya segera ditemukan.
(Merdeka.com)
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget
