Dream - Mulai kuliah di universitas dan jauh dari orangtua itu perlu punya mental yang kuat.
Apalagi kalau tinggal di asrama yang suasananya memang beda banget dengan di rumah.
Begitulah kira-kira pengalaman baru cewek Malaysia berusia 19 tahun bernama Marsya ketika menjadi mahasiswa baru.
Minggu-minggu awal kuliah berjalan lancar. Marsya bahkan punya teman baru yang juga sekamar, namanya Anis. Mereka berdua langsung cocok karena sama-sama suka bercanda kasar dan tidak mudah tersinggung.
Sebagai gadis kota dari Selangor, Marsya merasa beruntung memiliki Anis karena teman sekamarnya itu banyak membantunya beradaptasi dengan kehidupan asrama.
" Sya, malam ini kamu ikut program salat Isya berjamaah di lapangan kampus kita, kan? Aku malas banget sih, tapi petugas asrama bilang wajib hadir.
" Nanti dapat stiker buat pengajuan asrama semester depan. Kita kan udah sering bolos program sebelumnya," kata Anis.
Kekhawatiran Anis bertambah karena bisa-bisa mereka tidak bisa lagi tinggal di asrama semester depan dan harus cari kos-kosan yang harganya mahal.
" Takutnya kalau semester baru nanti tiba-tiba harus tinggal di luar, nyari kosan yang nyaman itu susah lho.
" Yuk ah ikut aku malam ini," ajak Anis berusaha meyakinkan Marsya untuk ikut program keagamaan yang digelar pada malam itu.
Namun, Marsya tidak tertarik karena sudah punya rencana untuk menghabiskan waktu di kamar sambil nonton film.
" Aku kayaknya nggak deh, soalnya aku rasa bentar lagi mau datang bulan. Semoga aja nggak. Kamu aja yang pergi ya, nanti tolong tandain nama aku di daftar hadir.
" Sekalian kirim pahala salat kamu ke aku ya, soalnya aku kan orangnya berdosa banget," kata Marsya sambil bercanda.
Hari sudah gelap, Anis sedang bersiap-siap untuk ikut program salat berjamaah dengan mukenah dan sajadahnya.
Sementara Marsya yang masih pakai baju tidur sibuk mengintip ke luar jendela, melihat penghuni asrama ramai-ramai jalan menuju ke lapangan.
" Kayak bungkus permen semua, ada acara pertemuan pocong kah ini?" ujar Marsya sinis, merujuk ke arah kelompok mahasiswi memakai mukenah warna putih yang sedang bersiap sholat jamaah di lapangan.
" Aduh kamu tuh, mulutnya jahat banget. Kamu yakin nggak mau ikut ya? Aku pergi dulu lho. Jangan bikin hal yang nggak-nggak pas aku nggak ada, ya," kata Anis sebelum menutup pintu kamar.
" Iya, kamu nggak usah khawatir soal aku, selamat mendekatkan diri dengan Tuhan," ujar Marsya sambil segera merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk bersantai.
Cahaya lampu kamar yang redup membuat Marsya mulai mengantuk dan akhirnya tertidur. Niatnya untuk nonton film di tablet pun batal.
Tapi saat Marsya asyik tidur lelap, dia terbangun karena mendengar suara langkah kaki di dalam kamar.
" Hei Nis, kamu udah balik? Cepet banget selesai salatnya," kata Marsya setengah sadar sambil mencari-cari temannya di dalam kamar.
Namun Marsya langsung merinding saat matanya menangkap sosok hitam berdiri di sudut kamar, menatapnya tajam.
Walaupun agak gelap, Marsya yakin kalau itu bukan cuma bayangan atau sesuatu yang biasa.
Marsya terpaku dengan mata membulat lebar, tubuhnya kaku seperti patung, dia berharap semua ini cuma mimpi.
Setiap detik terasa sangat lama, pikiran Marsya kalut karena adrenalin yang melonjak, lalu semuanya menjadi gelap.
Rupanya, Marsya pingsan karena terlalu ketakutan. Semua ingatan tentang kejadian tadi menjadi kabur.
Saat sadar, Marsya sudah berada di tengah surau, dikelilingi orang-orang yang sedang membaca Al-Quran.
" Hei Sya, kamu kenapa sih? Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Anis khawatir.
Baru saat itu Marsya sadar akan ucapan-ucapannya sebelumnya. Ia baru mengerti arti pepatah 'karena mulut, badan binasa'.
" Aku...aku nggak apa-apa, Nis," ucap Marsya lirih. " Kayaknya aku cuma mimpi buruk."
Anis menatapnya khawatir. " Beneran nggak apa-apa? Wajah kamu pucat banget."
" Iya, beneran. Mungkin karena aku capek kali ya," jawab Marsya sambil berusaha tersenyum.
Namun, dalam hati, Marsya masih merasa takut dan bingung. Apa yang sebenarnya terjadi tadi? Apakah itu hanya mimpi buruk atau penampakan makhluk seram itu nyata?