Tangis Perawat Pasien Covid-19: Anak Sudah Tak Mau Lihat Wajahku

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Kamis, 23 April 2020 15:00
Tangis Perawat Pasien Covid-19: Anak Sudah Tak Mau Lihat Wajahku
Tenaga medis menjadi tim garda terdepan dalam penanganan Covid-19

Dream - Tenaga medis telah menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien corona, Covid-19. Banyak di antara para tenaga medis memilih untuk tidak pulang lantaran takut membawa virus ke rumah.

Begitu pula dengan Selvi Akina. Dirinya tak menyangka pandemi corona akan melanda Indonesia. Profesinya sebagai perawat mengharuskannya sigap untuk merawat pasien Covid-19.

Dia bercerita, banyak suka duka yang ia alami selama menjadi perawat pasien corona. Namun, dirinya tidak akan menyerah demi misi kemanusiaan tersebut.

Profesinya sebagai seorang perawat pun menimbulkan stigma dilingkungan tempat tinggalnya. Tapi dirinya tetap bersyukur karena memiliki keluarga yang tetap mendukung misinya.

" Kalau stigma negatif di lingkungan banyak. Dari yang takut ketemu, yang awalnya suka negur semenjak tahu saya merawat (pasien) Covid-19 semua berubah," ungkapnya kepada Liputan6.com.

1 dari 5 halaman

Kekhawatiran

Selvi pun mengungkapkan kekhawatirannya saat menjalani pekerjaan beresiko tinggi ini. Ia memiliki seorang balita berusia 2 tahun.

" Khawatir ya. Semenjak merawat (pasien) Covid-19 saya nggak pernah pulang ke rumah," kisah Selvi.

Dia bercerita kalau dirinya sudah lebih dari sebulan tidak pulang kerumah dan bencengkrama dengan sang anak. Keadaan ini membuat batinnya pilu, ia hanya bisa melepas kerinduan dengan video call.

" Iya hanya lewat video call. Kalau pun saya pulang ke rumah saya, (saya) nggak ketemu anak karena anak selama saya diisolasi dititipkan di rumah nenek," ungkapnya.

 

2 dari 5 halaman

Sering Menangis

Ia pun sering menangis melihat anaknya hanya dari layar ponsel. Apalagi ketika sang anak tidak mau melihat wajahnya.

" Yang bikin nangis, anak saya kalau video call nggak pernah mau lihat muka saya," ucapnya pilu.

" Iya tiap hari saya sempatin video call di sela-sela saya kerja juga saya sempatkan telepon anak. Tapi mungkin karena jarang sekali bertemu jadi anak agak jauh dari ibunya. Itu saja sih yang suka buat saya sedih," tambahnya.

Sumber: Liputan6.com/Yopi Makdori

3 dari 5 halaman

Kisah Sedih Pasien Kritis Covid-19 Menikah Beberapa Jam Sebelum Meninggal

Dream - Pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19 menyisakan banyak kisah yang menyedihkan.

Salah satunya adalah kisah yang ditulis Profesor John Wright, dokter sekaligus pakar epidemiologi, yang menjadi kepala Bradford Institute for Health Research, Inggris.

Dalam diary pribadinya, Profesor Wright menulis kisah seorang pasien Covid-19 yang menikah di rumah sakit beberapa jam sebelum meninggal dunia.

4 dari 5 halaman

Pasien Stadium Akhir

Inilah masa di mana semua emosi bercampur aduk. Tidak hanya rasa takut dan kesepian, tapi juga cinta yang luar biasa.

Ketika tiba untuk tugas malam di Ward One di Bradford Royal Infirmary baru-baru ini, perawat baru Sophie Bryant-Miles mendapat laporan bahwa ada seorang pasien pria yang diduga positif Covid-19 didiagnosis hidupnya tidak akan bertahan lebih dari semalam.

Pria tersebut sekarang mendapat perawatan paliatif. Artinya, penyakit yang dideritanya sudah tidak bereaksi terhadap pengobatan kuratif, atau tidak dapat disembuhkan secara medis.

5 dari 5 halaman

Tak Pernah Bisa Menikah

Sementara itu, ada seorang wanita dengan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap menunggui pria tersebut. Wanita itu adalah tunangannya selama 15 tahun.

Kepada Sophie, wanita itu mengatakan dia dan kekasihnya tidak pernah punya waktu dan uang untuk menggelar pernikahan. Selalu saja ada yang menghalangi rencana mereka untuk menikah.

Sungguh sebuah ironi yang menyayat hati antara cinta dan kematian. Tapi di luar itu muncul sebuah kisah yang indah.

Sophie segera memanggil pendeta rumah sakit Joe Fielder, dan memintanya untuk segera menikahkan pasangan tersebut.

Beri Komentar