Liga Muslim Dunia Sodorkan Bukti Albert Einstein Bukan Seorang Ateis

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Selasa, 5 Mei 2020 04:01
Liga Muslim Dunia Sodorkan Bukti Albert Einstein Bukan Seorang Ateis
Einstein memiliki ekspresi ketuhanan yang berbeda dengan umat beragama.

Dream - Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Sheikh Dr. Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa menyatakan fisikawan ternama dunia, Albert Einstein semasa hidupnya bukanlah seorang ateis. Einstein diyakini memiliki kepercayaan alam semesta dikendalikan oleh suatu kekuatan yang besar.

" Berdasarkan karya tulisnya dan sejumlah informasi yang saya dengar dari beberapa ilmuwan, Einstein percaya bahwa ada kekuatan yang mengatur alam semesta ini," jelas Mohammed.

Mohammed menambahkan Einstein memang tidak percaya pada konsep nabi atau pesan-pesan surgawi lainnya. " Dia tidak percaya akan hal tersebut, tetapi dia percaya bahwa ada kekuatan yang mengatur alam semesta," tuturnya.

Berdasarkan informasi tersebut, Mohammed menyatakan klaim yang menuding Einstein tidak percaya pada keberadaan Sang Pencipta tidak benar.

 

1 dari 5 halaman

Debat Sepanjang Zaman

Isu tentang keyakinan Einstein telah menjadi perdebatan selama bertahun-tahun. Kubu yang memperdebatkan isu ini selalu mengutip beberapa pemikiran Einstein untuk mendukung argumen mereka.

Kubu yang tidak percaya Einstein adalah seorang ateis menggunakan kutipan, " Ilmu tanpa agama itu buta, agama tanpa ilmu lumpuh."

Sedangkan kubu yang percaya bahwa Einstein adalah seorang ateis menggunakan kutipan, " Saya tidak percaya Tuhan secara personal dan tidak pernah menyangkal hal ini tetapi saya sering mengekspresikannya."

 

2 dari 5 halaman

Surat Einstein

Ilmuwan paling terkenal abad-20 pernah menulis surat pada 1954 yang berisi,

" Kata Tuhan bagi saya tidak lebih dari ekspresi dan produk kelemahan manusia. Alkitab merupakan kumpulan legenda yang terhormat tetapi masih primitif."

Walter Isaacson, seorang penulis biografi Einstein pada 2007 berjudul 'Einstein: Nyawa dan Semeste' mengatakan, " Einstein sangat menghindari memberikan jawaban sederhana. Seperti kebanyakan manusia, perasaannya tentang agama bervariasi dari waktu ke waktu. Terkadang ia dapat mengekspresikan dirinya dalam istilah yang spiritual dan terkadang dia dapat menjadi pembengkang agama."

(Sumber: Al Arabiya)

3 dari 5 halaman

Wow! Ilmuan Belgia Sebut Darah Unta Bisa Sembuhkan Covid-19

Dream - Pandemi virus corona covid-19 masih menjadi sebuah ancaman kesehatan bagi penduduk di seluruh penjuru dunia. Lonjakan kasus akibat Covid-19 masih terus terjadi di beberapa negara,  termasuk Indonesia.

Beragam upaya untuk menyembuhkan pasien Virus Coona Covid-19 pun terus dilakukan kalangan medis di berbagai negara. 

Hingga saat ini banyak peneliti di seluruh dunia berbondong-bondong untuk menemukan obat atau vaksin guna melawan pandemi Virus Covid-19.

Di samping itu, kabar baik datang dari negara Belgia. Negara Cokelat ini mengklaim darah Unta atau hewan satu famili dengan Unta (famili Camelidae) seperti Ilama dan Alpaca memiliki antibodi yang bisa membantu menetralkan Virus Corona Covid-19. 

Ini berarti, darah unta dapat digunakan untuk membuat obat atau vaksin virus covid-19:

 

4 dari 5 halaman

Terbukti Efektif Melawan Virus MERS dan SARS

Darah Unta jenis Ilama mengandung antibody yang berguna bagi obat covid-19

Ilustrasi (Foto : unsplash)

Peneliti dari Vlaams Institute for Biotechnology di Ghent, Belgia telah melaporkan molekul dalam darah hewan llama, dapat berfungsi sebagai terapi yang berguna untuk melawan wabah virus corona baru atau Covid-19.

Para peneliti menyebut, antibodi itu telah terbukti efektif melawan virus corona lainnya seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) di masa lalu.

Dilansir dari Express, berdasarkan penelitian yang dilakukan, ukuran antibodi yang kecil memungkinkan mereka untuk menargetkan virus mikroskopis dengan lebih efektif. Ini dikenal sebagai teknologi nanobody.

Antibodi itu pertama kali digunakan dalam penelitian HIV pada tahun 1980an. Adapun, sifat antibodi yang ditemukan dalam darah unta (unta, llama, dan alpaka) pertama kali ditemukan oleh Brussels University, Belgia pada 1989.

5 dari 5 halaman

Perlu Penelitian Lebih Lanjut

Sebuah laporan yang ditinjau oleh Sunday Times melalui laman Express menyebut, kelayakan menggunakan antibodi llama terkait virus covid-19 yang telah menyebabkan pandemi global perlu diselidiki lebih lanjut.

Namun, antibodi dari unta ini tetap digunakan sebagai alat yang berguna untuk mengevaluasi kemanjuran pengobatan antivirus dan vaksin pencegahan covid-19.

Beri Komentar