Joker (Foto: Warner Bros)
Dream - Joker jadi film blockbuster yang dibicarakan banyak orang saat ini. Bercerita tentang latar kehidupan seorang Arthur Fleck yang kemudian menjadi Joker.
Film yang dibintangi Joaquin Phoenix ini, menggambarkan secara detail asal usul musuh bebuyutan Batman.
Selama ini, Joker dikisahkan sebagai sosok yang mengalami gangguan mental setelah jatuh ke dalam cairan kimia.
Tapi dalam film ini Joker digambarkan sebagai seorang pria yang menderita penyakit yang disebut Pseudobulbar affect atau PBA.
PBA adalah sejenis penyakit mental yang membuat penderitanya tertawa atau menangis secara tidak terkendali di waktu yang tak diinginkan.
Diceritakan bahwa Arthur adalah seorang standup comedian yang gagal. Sebagai badut, dia juga tidak mendapat simpati warga Kota Gotham.
Akibat selalu dikucilkan dan mendapat perlakuan kasar dari warga Gotham, Arthur akhirnya menjadi gila dan berubah jadi penjahat.
Ditambah dengan penyakit yang dideritanya, sosok Joker semakin terlihat mengerikan dalam setiap aksinya.
Tapi tahukah Sahabat Dream, bahwa penyakit mental yang diderita Joker itu ada di dunia nyata?
Dikutip dari World of Buzz, PBA sebenarnya adalah penyakit nyata yang menyebabkan penderitanya tertawa atau menangis tanpa terkendali di saat yang tidak diinginkan.
Tertawa atau menangis tiba-tiba itu dipicu oleh kerusakan otak dan juga terkadang stroke. Dalam video berjudul The PBA Film Project, penderita PBA menceritakan pengalaman mereka yang menyedihkan.
Kehidupan mereka terganggu karena mengidap PBA ini. Ada seorang penderita PBA yang dikatakan gila karena tertawa tak terkendali di saat pemakaman neneknya.
Seorang wanita yang menderita PBA menangis tanpa henti. Padahal dia tidak sedang merasa sedih atau bahagia.
Berikut video orang-orang yang menderita PBA di dunia nyata.
Jika melihat seorang penderita PBA 'kumat' penyakitnya, maka banyak yang mengira dia mungkin orang gila.
Memang, banyak yang menyalahartikan PBA sebagai penyakit depresi. Namun sebenarnya tidak.
Perbedaan utamanya adalah, PBA hanya berlangsung singkat. Sedangkan depresi adalah penyakit mental yang berlangsung lama.
Namun, tidak dipungkiri juga, mereka yang menderita PBA lama-lama juga akan mengalami depresi.
Hal itu akibat dampak PBA yang memengaruhi kehidupan sehari-hari para penderitanya. (mut)
Dream - Nuansa kelam nan dramatis begitu kental dalam film Joker yang kini sedang tayang di bioskop. Joaquin Rafael Phoenix, tampaknya sangat sukses memerankan musuh bebuyutan Batman itu.
Di sisi lain, beberapa pihak mengkritik suasana adaptasi lepas dari karakter DC itu yang dianggap menimbulkan masalah kejiwaan, terutama bagi mereka yang sudah memilikinya.
Dokter spesialis kejiwaan, Agung Frijanto mengatakan bahwa bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan jiwa, paparan audiovisual seperti film Joker bisa memicu timbulnya kondisi yang telah dimiliki sebelumnya.
" Jadi paparan audiovisual, terutama pada anak-anak, bisa membuat imajinasi yang berkembang. Ketakutan, cemas, mengubah perilaku dia juga," kata Agung seperti dikutip dari Liputan6.com.
Menurutnya, beberapa adegan di film tersebut terdapat banyak kekerasan, kriminal, atau pemberitaan-pemberitaan tertentu. Hal ini punya bisa jadi potensi munculnya masalah kesehatan jiwa seperti depresi atau kecemasan.
Maka dari itu, Agung merekomendasikan bagi mereka yang merasa mengalami masalah kesehatan mental saat menonton film semacam itu, untuk memeriksakan kondisi kejiwaannya ke dokter. Saran lain adalah dengan terlebih dulu membaca resensi atau ulasan tentang film tersebut.
" Kalau baca resensi film, kalau memang dia tipe orang yang pencemas, sebaiknya (pilih) film yang lebih menghibur. Jangan memaksakan diri untuk itu. Jadi dia harus betul-betul menyesuaikan tayangan dan hiburan yang sesuai dengan kebutuhan dia," kata dokter yang menjabat sebagai sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia ini.
Joker yang telah tayang sejak awal Oktober di Indonesia banyak mendapatkan perhatian, khususnya terkait masalah kesehatan mental di dunia.
Dalam film itu, karakter badut musuh Batman yang diperankan oleh Joaquin Phoenix tersebut memang mengalami beberapa gangguan kejiwaan seperti halusinasi, serta masalah tawa patologis. Selain itu, diperlihatkan bahwa lingkungan sosial yang buruk membentuknya menjadi sosok badut jahat yang kita kenal selama ini sebagai Joker.
Laporan Giovani Dio Prasasti/ Sumber: Liputan6.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR