Anak Muda Di Korea Memutuskan Tak Memiliki Anak Atau Tidak Menikah Sekalian (Foto Ilustrasi: Shutterstock)
Dream - Krisis demografi makin banyak terjadi di sejumlah negara Asia. Selain Jepang, masalah serupa kini mengancam Korea Selatan seiring keputusan generasi mudanya yang mengurangi jumlah anggota keluarga.
" Suami dan saya sangat mencintai bayi.... tapi banyak hal yang harus kami korbankan jika membesarkan anak-anak," ujat Yoo Young Yi, seorang warga Korea Selatan kepada laman apnews.
Perempuan berusia 30 tahun yang bekerja di perusahaan keuangan ini mengaku dilanda dilema antar bekerja atau membesarkan anak.
" Ini menjadi pertimbangan memutuskan di antara dua pilihan, dan kami sepakat fokus pada diri kami," ujarnya.
Sikap yang sama dipilih banyak warga Korea yang memutuskan untuk tidak memiliki anak atau tak menikah. Tren yang sama juga dialami banyak negara namun krisis demografi di Korea termasuk cukup parah.
Badan statistik Kore pada September lalu mengumumkan total rata-rata kelahiran berada di level 0,81 tahun lalu. Hasil ini merpakan yang terendah di dunia dalam tiga tahun terakhir.
Berkurangnya populasi di Korea untuk yang pertama kali pada 2021 memicu kekhawatiran adanya dampak signifikan pada perekonomian Korea. Kondisi ini dikhawatirkan memicu berkurangnya populasi dan pengeluaran yang bertambah pada populasi manula serta jumlah pembayar pajak yang turun tajam.
© MEN
Presiden Korea, Yoon Suk Yeol telah menginstruksikan pembuat kebijakan untuk mencari langkah efektid guna mengatasi masalah tersebut. Rata-rata kelahiran tetap turun tajam meski pemerintah telah menggelontorkan dana US$210 miliar dalam 16 tahun terakhir.
Banyak generasi Korea mengatakan, tak seperti orang tua atau generasi sebelumnya, mereka tak memiliki kewajiban untuk membangun keluarga. Mereka beralasan pilihan itu dibuat karena ketidakpastian pasar kerja, harga rumah mahal, kesetaraan gender dan sosial, rendahnya mobilitas sosial, serta besarnya pengeluaran untuk membesarkan anak dan masyarakat yang kompetitif.
Kalangan perempuan Korea juga mengeluarkan tentang budaya patriarki yang membuat mereka dituntut untuk tetap melakukan tugas merawat anak di tengah tekanan diskriminasi di lingkungan kerja.
“ Singkatnya, orang mengira negara kita bukanlah tempat yang mudah untuk ditinggali,” kata Lee So-Young, pakar kebijakan kependudukan di Institut Korea untuk Urusan Kesehatan dan Sosial.
“ Mereka percaya anak-anak mereka tidak dapat memiliki kehidupan yang lebih baik daripada mereka, jadi mempertanyakan mengapa mereka harus bersusah payah untuk memiliki bayi.”
© MEN
Choi Yoon Kyung, seorang ahli di Institut Perawatan dan Pendidikan Anak Korea menilai banyak orang yang gagal masuk sekolah yang bagus dan mendapatkan pekerjaan yang layak merasa telah gagal dan " tidak merasa bahagia" bahkan jika mereka menikah dan memiliki anak. Alasannya Korea Selatan tidak memiliki jaring pengaman sosial yang canggih.
Dia mengatakan Korea Selatan gagal membangun program kesejahteraan seperti itu selama pertumbuhan ekonominya yang eksplosif pada 1960 hingga 1980-an.
(Sah, Sumber: APNews)
Doa Agar Bayi Tidak Lahir Prematur, Cocok Diamalkan Ibu Hamil Supaya Bayinya Sehat
Ganti Kerupuk dengan Camilan Kaya Protein Biar Asupan Anak Lebih Bergizi
1 Abad NU dan Tantangan ke Depan
Rusuh Peru, Belum Ada Tanda Berakhir Usai Puluhan Tewas
Rusuh Peru, Pedro Costello dari Petani Jadi Presiden Lalu Digulingkan
Contoh Kata Pengantar Makalah dan Struktur Penyusunnya, Penting Dipahami untuk Keperluan Akademik
Honeymoon Mikha Tambayong dan Deva di Bali Bikin Kaum Jomblo Melongo
Doa Dipermudahkan Urusan Belajar, Menggapai Cita dan Kecerdasan Berpikir
Trik Fotografer Nicoline Patricia Bikin Konten Foto Fashion Keren Tanpa Terkesan Promosi