Waktu Tepat Memberi Arahan Pada Anak Sesuai Ajaran Rasulullah

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 23 Oktober 2020 12:03
Waktu Tepat Memberi Arahan Pada Anak Sesuai Ajaran Rasulullah
Ikuti sikap Nabi Muhammada ketika memberi peringata atau arahan.

Dream - Orangtua merupakan sumber contoh utama bagi anak-anak. Petunjuk soal baik dan buruk, tata krama, akhlak dan hal lainnya dibutuhkan dalam hidup seorang anak, merupakan tanggung jawab orangtua.

Saat memberi tahu soal hal tertentu berupa petunjuk atau nasihat pada anak, orangtua kerap kali harus melakukannya berulang. Biasanya anak baru mengerti atau menaati ketika orangtua sudah memberi peringatan.

Sebenarnya, ada contoh yang bisa kita teladani saat memberi arahan atau nasihat pada anak. Nabi Muhammad SAW memberi petunjuk kepada umatnya tentang tiga waktu penting dalam memberi pengarahan kepada anak.

Dikutip dari BincangMuslimah.com, Muhammad Nur Abdul Hafiz Suwaid dalam buku Prophetic Parenting; Cara Nabi Mendidik Anak (2010), mengungkap waktu yang paling tepat bagi orangtua untuk memberi arahan pada anak sesuai yang dicontohkan Rasulullah.

Kapan? Yuk simak.

 

1 dari 6 halaman

Dalam perjalanan

Dalam perjalanan © Dream

Rasulullah SAW memberi nasihat untuk Ibnu Abbas. Dalam sebuah perjalanan, sebagaimana dinukil dari sebuah hadits: Dari Ibnu Abbar ra, Nabi Muhammad SAW, diberi hadiah seekor bighal oleh Kisra.

Beliau menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengku di belakangnya, kemudian Beliau berjalan. Tidak lama kemudian, Beliau menoleh dan memanggil, “ Hai anak kecil.” Aku menjawab, “ labbaika, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “ Jagalah agama Allah, niscaya Dia menjagamu.”

 

2 dari 6 halaman

Saat makan

Saat makan © Dream

Dikisahkan pada waktu itu bahwa seorang anak selalu berusaha untuk tampil apa adanya. Selayaknya manusia yang masih belajar, terkadang anak kecil tanpa sadar melakukan perbuatan yang tidak layak atau tidak sesuai dengan adab sopan santun di meja makan.

Apabila kedua orangtua tidak terbiasa duduk bersama selama makan dan meluruskan kesalahan-kesalahan anak, maka anak akan terus melakukan kesalahan yang tidak diinginkan. Maka dari itu, pengertian dari orangtua sangat diperlukan untuk kebaikan bersama.

Jika kedua orangtua tidak duduk bersama si anak pada saat makan, maka kedua orangtua berpotensi besar akan kehilangan kesempatan yakni waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan pada anaknya.

Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan untuk makan bersama anak-anak. Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan. Beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat memengaruhi akan dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

 

3 dari 6 halaman

Saat anak sakit

Saat anak sakit © Dream

Keadaan sakit bisa melunakkan hati orang yang keras. Saat seorang anak sakit, ada dua keutamaan yang terkumpul padanya. Keadaan ini bisa digunakan untuk meluruskan kesalahan-kesalahan dan perilakunya bahkan keyakinannya, yakni keutamaan fitrah anak dan keutamaan lunaknya hati saat sedang sakit.

Dalam hal ini, Rasulullah SA. telah memberikan pengarahan pada umatnya. Diceritakan bahwa beliau pernah menjenguk seorang anak Yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya untuk masuk Islam. Kunjungan tersebut menjadi kunci cahaya bagi anak Yahudi yang sakit.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

4 dari 6 halaman

Tak Hanya Penuhi Gizi Bayi, Ini Hikmah Menyusui dalam Kajian Islam

Tak Hanya Penuhi Gizi Bayi, Ini Hikmah Menyusui dalam Kajian Islam © Dream

Dream - Menyusui sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Allah SWT sampai memerintahkan para ibu untuk menyusui buah hatinya sampai dua tahun penuh. Hal ini tertulis dalam Al-Baqarah (2) ayat 233.

Albaqarah ayat 233


Artinya: “ Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna" .

Dalam Islam, menyusui bukan hanya sekadar memenuhi gizi anak d an menyehatkan fisiknya. Banyak hikmah yang terkandung dalam proses menyusui. Banyak yang beranggapan kalau menyusui hanya merupakan tanggung jawab ibu, padahal tak demikian.

Ajaran Islam soal menyusui pada hakikatnya merupakan bentuk nafkah yang seharusnya diberikan oleh seorang ayah kepada bayi. Ibu menjadi perantara tersampaikannya nafkah seorang ayah kepada anaknya.

 

5 dari 6 halaman

Ayah Harus Penuhi Kebutuhan Ibu

Ayah Harus Penuhi Kebutuhan Ibu © Dream

Untuk itu, ayah wajib memberikan makanan yang baik dan bergizi kepada ibu sang bayi. Bahkan ketika kedua orangtua bayi itu sudah cerai sekali pun, seorang ayah dituntut untuk memberikan upah kepada ibu yang masih menyusui bayi itu.

Allah SWT berfirman dalam surah Ath-Thalaq 65 ayat 6:

Ath-Thalaq 65 ayat 6

Artinya: “ Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kalian bertempat tinggal menurut kemampuan kaluan, dan janganlah kalian menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan musyawarahkanlah di antara kalian (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kalian menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”

 

 

6 dari 6 halaman

Kedekatan Fisik dan Psikis

Kedekatan Fisik dan Psikis © Dream

Menukil pernyataan Syekh Ali ash-Shabuni dalam kitab Rawai’ul Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam Minal Qur’an, bahwasanya tidak ada makanan yang lebih baik bagi seorang bayi selain ASI. Uraian beliau itu juga didukung dengan kesepakatan para ahli medis bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.

Hal ini anak terbentuk dari darah ibu tatkala masih dalam rahim, maka setelah anak itu lahir, darah itu berubah menjadi air susu, yang dengan cara itu bayi memperoleh makanan yang baik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika bayi itu masih dalam masa menyusui, terdapat pola hubungan yang sangat indah. Baik hubungan antara suami dengan istrinya, yang senantiasa memenuhi kebutuhan lahir batin maupun hubungan orangtua dengan anaknya.

Penjelasan selengkapnya baca di Bincang Syariah

Beri Komentar