Wali Kota Bogor Bima Arya Masuk Daftar Orang Dalam Pantauan Covid-19

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 16 Maret 2020 10:39
Wali Kota Bogor Bima Arya Masuk Daftar Orang Dalam Pantauan Covid-19
Bima diketahui sedang bepergian ke luar negeri.

Dream - Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, akan berstatus Orang Dalam Pantauan (ODP) terkait infeksi virus corona baru. Bima sebelumnya melakukan perjalanan dinas ke Azerbaijan.

" Pak Wali Kota setelah kembali dari luar negeri akan dilakukan pemantauan sebagai ODP. Teknis pemantauannya akan dilakukan oleh dinas kesehatan," ujar Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, dikutip dari Liputan6.com.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Oki Kurniawan, mengatakan, selama dalam pantauan, Bima dan rombongan diminta berada di rumah selama 14 hari. Bima akan bertugas memimpin Kota Bogor dari rumah.

" Pak Bima tetap bekerja, tidak cuti namun pekerjaannya sebagai wali kota untuk sementara selama 14 hari dilakukan di rumah," kata dia.

Menurut Oki sesuai arahan pemerintah pusat, siapa saja yang mempunyai riwayat perjalanan ke luar negeri, terutama 119 negara yang terkena pandemik Covid-19 harus menjalani pemantauan.

Kecuali jika terdapat kegiatan mendesak bersama Presiden, pejabat yang ditetapkan dalam pemantauan akan mendapatkan dispensasi sehingga bisa hadir.

" Namun di luar kegiatan yang mendesak bersama Presiden, maka orang yang berstatus ODP tetap beraktivitas di rumah dan dilakukan pemantauan," kata dia.

1 dari 5 halaman

Siap Jalani Isolasi

Bima sendiri menyatakan siap menjalani masa isolasi sebagai ODP. Begitu dia kembali ke Bogor usai dari Azerbaijan dan Turki, Bima akan menjalani masa isolasi.

" Selama 14 hari akan dipantau kesehatan saya untuk pastikan bersih dari Virus Corona," kata dia.

Bima diketahui menghadiri undangan dari Pemerintah Azerbaijan dalam peresmian mal pelayanan publik. Kota Bogor menjadi rujukan untuk pengembangan mal tersebut di Azerbaijan.

Usai dari Azerbaijan, Bima berkunjung ke Turki. Di sana, dia menjadi pembicara dalam seminar yang digelar oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Turki.

2 dari 5 halaman

Helm Ojol hingga Sajadah Masjid Potensi Tularkan Virus Corona

Dream - Wabah virus corona, Covid-19, membuat semua orang ekstra hati-hati dan menjaga kebersihan tubuh. Penularan Covid-19 tidak hanya terjadi dengan kontak langsung dengan orang yang sudah terinfeksi.

Barang yang digunakan secara umum, seperti alat makan di restoran, sajadah masjid, hingga helm ojek online, bisa menjadi media penularan virus corona baru tersebut.

" Jangankan helm ojol, sajadah masjid juga bisa berpotensi menularkan virus corona," kata Mohammad Syahril Mansyur, Dirut RSPI Prof dr Sulianti Saroso, di Jakarta, Jumat 13 Maret 2020.

Maka dari itu, disarankan untuk menggunakan barang pribadi untuk menghindari potensi penularan virus.

" Kalau bisa bawa sendiri, proteksi sendiri. Saya tidak mengatakan helm ojol bisa jadi penyebaran. Tapi, kalau penumpang yang lain batuk pilek kan virus bisa menempel," ucap dia.

3 dari 5 halaman

Jarak Droplet

Setidaknya, penggunaan hand sanitizer bisa membantu menjaga kebersihan tubuh. " Boleh menggunakan hand sanitizer setelah menyentuh helm. Tapi, sebaiknya dicuci ya," kata dia.

Meskipun penularan bisa terjadi di berbagai tempat, tapi dia tidak mendukung terjadinya panic buying. Masyarakat juga diminta tak mudah percaya kabar atau informasi palsu.

" Ada yang bilang penularannya lewat makanan, yang enggak seperti yang disebutkan. Penyebaran itu melalui droplet, jarak dropletnya 2-5 meter dari percikan," ucap dia.

4 dari 5 halaman

Terungkap! Awal Mula Virus Corona Covid-19 Muncul di China

Dream - Kasus pertama penyebaran virus corona, Covid-19, di China terungkap. Setelah ditelusuri kembali pemerintah China, kasus pertama penyebaran virus corona muncul pada 17 November 2019.

Dilaporkan South China Morning Post, pihak berwenang China sejauh ini mengidentifikasi setidaknya 266 orang terinfeksi novel coronavirus tahun lalu. Semuanya, berada di bawah pengawasan medis di beberapa titik.

Wawancara dengan whistle-blower dari komunitas medis menunjukkan bahwa dokter di China baru menyadari mereka sedang menghadapi penyakit baru pada akhir Desember 2019.

Para ilmuwan telah mencoba untuk memetakan pola penularan awal Covid-19 sejak epidemi dilaporkan di kota Wuhan di Cina tengah pada Januari 2020, dua bulan sebelum wabah.

Menurut data pemerintah China, penyebaran virus ini tak terdeteksi dan tak terdokumentasi. Pemerintah menduga seorang pasien berusia 55 tahun dari provinsi Hubei menjadi orang pertama yang terinfeksi Covid-19.

5 dari 5 halaman

Mulai Bertambah

Sejak tanggal itu dan seterusnya, satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari. Pada 15 Desember 2019, jumlah total infeksi mencapai 27 orang tiap harinya. Pada 17 Desember 2019 jumlahya meningkat hingga 60 orang perharinya.

Pada 27 Desember, Zhang Jixian, seorang dokter dari Rumah Sakit Pengobatan Terpadu Cina dan Barat China Provinsi Hubei, memberi tahu otoritas kesehatan China bahwa penyakit itu disebabkan virus corona baru.

Pada tanggal itu, lebih dari 180 orang telah terinfeksi, meskipun dokter mungkin belum mengetahui penyebabnya. Pada hari terakhir 2019, jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 266. Di hari pertama 2020, jumlahnya mencapai 381.

Sementara catatan pemerintah belum dirilis ke publik, mereka memberikan petunjuk berharga tentang bagaimana penyakit ini menyebar di awal-awal penularannya. Banyak kasus yang dikonfirmasi telah dicatat Beijing.

Beri Komentar