Fitur Gogreener Carbon Offset, Bukti Teknologi Peduli Lingkungan

Reporter : Dwi Ratih
Jumat, 5 Februari 2021 06:15
Fitur Gogreener Carbon Offset, Bukti Teknologi Peduli Lingkungan
Seperti apa kerja fitur ini?

Dream – Untuk menuju masyarakat Indonesia yang lebih peduli lingkungan melalui teknologi, Gojek bersama Jejak.in membuat fitur GoGreener Carbon Offset. Lewat fitur yang bisa kamu dapatkan di aplikasi Gojek, 1.500 pohon bakau berhasil di tanam di Jakarta, Demak, dan Bontang, pada Desember 2020.

" Pengembangan fitur ini tidak lepas dari tingginya antusiasme para pelanggan terhadap fitur GoGreener Carbon Offset di aplikasi Gojek," jelas Tanah Sullivan, Group Head of Sustainability Gojek, pada konferensi pers virtual, Kamis 4 Februari 2021.

Buktinya, kata Sullivan, target penanaman pohon tercapai hanya kurang dari tiga bulan sejak diluncurkan " Bahkan target pohon untuk wilayah DKI Jakarta telah tercapai hanya dalam satu bulan," tegasnya.

Dengan demikian, kata dia, akan ada penambahan empat jenis jejak karbon untuk diserap oleh penghijauan ini, yaitu jejak karbon dari penggunaan kendaraan bermotor dan barang elektronik seperti televisi, AC, kulkas dan laptop.

1 dari 5 halaman

Penambahan dua lokasi baru

Carbon Offset Gojek

Hal tersebut menjadi relevan pada kondisi pandemi saat ini, di mana masyarakat banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dan belajar dari rumah.

Selain itu, nantinya juga akan ada penambahan dua lokasi baru untuk penanaman di wilayah Semarang dan Surabaya. Serta penggandaan jumlah pohon yang ditanam konsumen di total lima lokasi di Indonesia.

" Pemilihan penambahan wilayah penanaman pohon adalah karena di Semarang, terdapat tingkat abrasi yang tinggi yang dapat mengancam keberlangsungan hidup nelayan pesisir Tambakrejo," jelas Arfan Arlanda, Founder dan CEO Jejak.in.

" Sementara, lokasi Rehabilitasi Mangrove Desa Wonorejo di Surabaya juga merupakan lokasi yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Jawa Timur, di mana penanaman pohon bakau ini bertujuan untuk mengembangkan habitat kepiting bakau (Scylla serrata), yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar," tambah Arfan.

2 dari 5 halaman

Ada data pertumbuhan pohon

Laporan Bain & Company bertajuk Southeast Asia’s Green Economy Potential pada Desember 2020 memperkirakan bahwa emisi karbon dioksida (CO2) di Asia Tenggara akan meningkat hingga 60% pada 2040 mendatang.

Di mana peningkatan kadar CO2 dapat memengaruhi peningkatan suhu bumi yang berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.

Menanggapi hal tersebut, Arfan menjelaskan alasan keberlanjutan kolaborasi bersama Gojek juga merupakan kesamaan misi yang kuat untuk untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup.

“ Climate Actions atau aksi iklim untuk menjaga bumi, termasuk upaya-upaya untuk menekan peningkatan suhu bumi, membutuhkan usaha kolektif dari semua pihak. Kami yakin Gojek sebagai platform yang digunakan setiap hari dan memiliki jangkauan luas dapat membantu mempercepat perubahan perilaku dalam skala besar," tegas Arfan.

Tanah Sullivan menjelaskan seluruh tahapan GoGreener Carbon Offset sangat transparan dengan bantuan fitur monitoring dashboard yang menyajikan data pertumbuhan pohon, seperti diameter, tinggi batang, sampai foto pohon untuk melihat warna dan tingkat kesehatan daun.

Seluruh hasil inisiatif penyerapan jejak karbon dari pelanggan GoGreener Carbon Offset juga telah didaftarkan ke Sistem Registri Nasional (SRN) yang dikelola Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sebagai bukti kontribusi dari masyarakat Indonesia dalam membantu pencapaian target penurunan emisi 29% pada 2030.

Untu kamu yang ingin segera menyerap jejak karbon, bisa membuka aplikasi Gojek dan pilih GoGreener Carbon Offset di dalam menu shuffle cards.

Laporan: Yuni Puspita dewi

3 dari 5 halaman

Pelarangan Sampah Plastik, Efektif Atau Tidak?

Dream - Pelarangan penggunaan plastik sekali pakai jadi isu yang marak, setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengetok palu regulasi pelarangan penggunaan plastik sekali pakai untuk kantong berbelanja.

“ Kebijakan ini tentu saja akan berdampak pada aspek lain, seperti tenaga kerja, setidaknya lebih dari 170 ribu orang yang bekerja di industri plastik di Indonesia akan terkena dampaknya jika mentalitas ‘pelarangan’ seperti ini terus dibudayakan,” ujar Wahyudi Sulistya Direktur Kemasan Group, dan Prispolly Lengkong Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia pada Selasa, 29 September 2020.

Sampai saat ini, lanjut Wahyudi, belum ada pengganti plastik dari segi emisi karbon, fungsi, durabilitas, dan harga.

" Setiap hari, kita ini menggunakan plastik karena kita membutuhkannya, ketika larangan penggunaan single-use untuk tas berbelanja disahkan, tas bungkusan pengganti yang saat ini menjadi opsi dan banyak digunakan untuk bungkusan," sambungnya.

Ia juga menyebutkan pengganti plastik seperti spunbound ataupun paper bag pun juga memiliki lapisan plastik Polypropylene atau PP, yang membuat lapisan plastik seperti water-proof.

4 dari 5 halaman

Ada Program Daur Ulang

Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!), sebuah program inisiasi daur ulang keberlanjutan yang dibuat PT Trinseo Materials Indonesia dan juga didukung Kemasan Group pada 2019 silam, melakukan edukasi mengenai kebijakan larangan plastik sekali pakai dari beberapa perspektif.

Sebagian opsi subtitusi kantong plastik, saat ini juga ternyata masih memiliki lapisan plastik, belum lagi, harganya yang juga tidak murah jika dibeli konsumen dibandingkan dengan kantong plastik.

" Lapisan plastik sangat kita butuhkan sehari-hari, apalagi di tengah pandemi. Jika perhatian pemerintah dan masyarakat ada pada sampah single-use plastic, harusnya sampah masker juga menjadi perhatian, yang sekarang sudah menumpuk,” ujar Wahyudi.

“ Artinya, memang solusinya tidak bisa kita larang plastiknya, melainkan waste management,” tutupnya.

Ilustrasi

© © Shutterstock

Di kesempatan yang sama, Doktor Jessica Hanafi mengatakan, “  Reusable bags yang dirancang untuk digunakan berkali-kali mempunyai dampak lingkungan yang lebih rendah daripada single-use plastic Polyethylene (PE) bag. Namun tergantung dari jenisnya, reusable bag harus digunakan sampai puluhan kali bahkan lebih dari 150 kali untuk tas dari bahan katun."

Tergantung dari perilaku konsumen, kata Doktor Jessica, jumlah ini bisa saja tidak tercapai.

Sementara itu, untuk material biodegradable dalam praktek manajemen limbahnya harus dikondisikan sedemikian rupa dalam penanganannya agar dapat terurai dalam sistem komposting.

Selain itu, menurut Doktor Jessica, solusi dari masalah sampah lingkungan bukanlah pelarangan, melainkan waste management.

Sudah seharusnya terdapat tata kelola sampah yang baik dari hulu ke hilir, dan ini bisa dicapai melalui kerjasama yang sinergis antara masyarakat, pemerintah dan swasta.

5 dari 5 halaman

Dianggap tidak menyelesaikan masalah


Ilustrasi

© © Shutterstock

Problematika pelarangan penggunaan single-use plastic yang saat ini marak, ternyata dianggap tidak dapat menyelesaikan masalah lingkungan berdasarkan pemaparan para narasumber di atas.

“ Solusi dari masalah ini sudah seharusnya difokuskan kepada pengelolaan sampah dengan prinsip ekonomi sirkular, suatu hari nanti, sampah plastik akan menjadi sangat berharga, karena sudah banyak penelitian dan pengembangan bahkan di Indonesia yang sudah berhasil mengkonversikan sampah plastic apapun menjadi benda berharga lain, termasuk menjadi energi, ataupun BBM,” tutup Wahyudi.

(Laporan: Savina Mariska)

Beri Komentar