Jejak Awan Putih Yang Memanjang Di Belakang Pesawat. (Foto: Unsplash)
Dream - Saat memperhatikan pesawat melintas di angkasa, kita seringkali melihat jejak awan putih yang memanjang di belakangnya.
Jejak awan putih itu biasanya tidak akan langsung hilang seperti asap knalpot kendaraan di darat.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah jejak awan putih yang memanjang tersebut? Apakah itu asap 'knalpot' pesawat atau hanya awan biasa yang terbentuk akibat pesawat 'membelah' udara?
Jenn Stroud Rossmann, asisten profesor fakultas teknik di Harvey Mudd College di California, memberikan penjelasan tentang jejak awan putih yang memanjang di belakang pesawat tersebut.
Menurut Rossmann, jejak awan putih yang memanjang di belakang pesawat itu disebut dengan nama contrail, yang merupakan singkatan dari Condensate Trail atau Jejak Kondensasi.
Terciptanya contrail ini hampir sama dengan momen saat kita mengeluarkan uap panas dari mulut dan hidung saat bernapas di cuaca yang dingin.
Jejak awan putih dari pesawat itu sebenarnya adalah gas buang yang membeku. Saat keluar dari sistem pembuangan pesawat, gas buang yang panas bercampur dengan udara di atmosfer yang memiliki tekanan dan suhu yang lebih rendah.
Akibat percampuran itu, uap air di dalam gas buang pesawat itu kemudian mengalami kondensasi hingga akhirnya membeku.
Gas buang pesawat sendiri sebenarnya adalah gas biasa yang terdiri dari karbon dioksida, nitrogen, belerang dioksida, dan juga uap air.
Namun, karena faktor ketinggian pesawat, tekanan suhu, dan kelembapan di atmosfer, gas buang pesawat yang bercampur dengan udara langsung terkondensasi menjadi awan berisi butiran es yang pada akhirnya menciptakan jejak awan putih tersebut.
Tergantung pada ketinggian pesawat, tekanan suhu, dan kelembapan atmosfer, contrail dapat bervariasi dalam hal ketebalan, panjang dan durasinya.
Selain itu, sifat dan durasi contrail bertahan di udara dapat digunakan untuk memprediksi cuaca.
Sebuah contrail yang tipis dan berumur pendek menunjukkan kelembapan udara yang rendah di ketinggian angkasa, yang menandakan cuaca akan cerah.
Sedangkan contrail yang tebal dan berumur panjang mencerminkan kelembapan udara yang tinggi di ketinggian angkasa.
Kondisi semacam ini bisa menjadi indikator awal bahwa area di sekitar contrail tersebut akan terjadi badai.
Fakta menakutkan dari contrail baru-baru ini ditemukan oleh para peneliti lingkungan.
Disebutkan bahwa awan berisi butiran es dalam contrail terbukti menyebabkan efek rumah kaca dan berkontribusi terhadap pemanasan global.
Temuan itu diperlihatkan kepada pemerintah Amerika Serikat pada 11 dan 12 September lalu dengan menghentikan lalu lintas udara komersial secara total.
Penghentian total lalu lintas udara komersial membuat langit bersih dari contrail. Selanjutnya, para peneliti menggunakan kondisi tersebut untuk mengukur efek lingkungan dari contrail.
(Sumber: ScienceAmerican.com)
Advertisement
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Bikin Ngakak, Solusi Tora Sudiro yang Sering Dipunggungi Oleh Sang Istri Saat Tidur
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama