Ilustrasi (Foto: Liputan6.com)
Dream - Afrika Selatan dilaporkan telah menemukan varian baru virus Covid-19 yang mengandung banyak mutasi. Varian ini dikenal dengan nama C.1.2 dan pertama kali terdeteksi pada Mei 2021.
Temuan tersebut teridentifikasi pada periode gelombang ketiga pandemi Covid-19 yang menyerang negara tersebut. Varian itu ditemukan para peneliti dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) dan Platform Inovasi dan Sekuensing Penelitian KawaZulu-Natal.
Sejak terdeteksi di Afrika Selatan dan tujuh negara lainnya seperti Afrika, Eropa, Asia, dan Oseania, para peneliti langsung melaporkannya melalui server medRxiv.
Menyandur dari News18, Selasa 31 Agustus 2021, varian tersebut telah berevolusi dari C.1, salah satu garis keturunan yang mendominasi gelombang pertama SARS-CoV-2 di Afrika Selatan dan terakhir terdeteksi pada Januari 2021.
Kekhawatiran muncul karena varian baru tersebut mengandung banyak mutasi yang terkait dengan varian-varian virus Corona lain dengan tingkat penularan dan penurunan sensitivitas tehadap antibodi penetralisir atau vaksin.
" Adanya peningkatan transmisibilitas dan mempengaruhi penurunan sensitivitas antibodi," tulis tim peneliti, salah satunya Cathrine Scheeper dari NICD, dalam laporan mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan NICD, varian C.1.2 memiliki 41,8 mutasi per tahun. Berarti, varian baru tersebut bermutasi 1,7 kali lebih cepat dari tingkat global saat ini dan 1,8 kali lebih cepat dari perkiraan awal evolusi SARS-CoV-2.
Percepatan evolusi ini dikaitkan dengan munculnya varian Alpha, Beta, dan Gamma. Sehingga, menunjukkan bahwa satu peristiwa dapat diikuti tingkat mutasi yang lebih cepat.
Sekitar 52 persen lonjakan kasus di Afsel, diidentifikasi akibat C.1.2. Tetapi juga bersamaan dengan varian lain seperti D614G, N501Y, E484K dan N5017.
Lebih lanjut, penelitian tersebut juga menemukan peningkatan yang konsisten dalam jumlah genom C.12 di Afrika Selatan setiap bulan yakni meningkat dari 0,2 persen pada Mei menjadi 1,6 persen pada Juni dan 2,9 persen pada Juli.
Para peneliti menyebutkan, peningkatan itu mirip dengan varian Beta dan Delta di Afrika Selatan.
" Hingga kini masih diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan seberapa baik varian baru dinetralkan oleh antibodi," jelas Scheepers.
(Sumber: news18)
Advertisement
Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang

Anggota DPR Minta Menteri Kehutanan Raja Juli Mundur!

Salut! Praz Teguh Tembus Aras Napal, Daerah di Sumut yang Terisolir karena Banjir Bandang


PLN Percepat Pemulihan Jaringan Listrik di 3 Wilayah Bencana

Potret Persaingan Panas di The Nationals Campus League Futsal 2025

PNS Dihukum Penjara 5 Tahun Setelah Makan Gaji Buta 10 Tahun

Ada Kuota 5 Persen Jemaah Haji Lansia di Setiap Provinsi, Ini Ketentuannya

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang