Ilustrasi Gugusan Terumbu Karang Great Barrier Reef Di Australia (Foto: Pixabay.com)
Dream – Sebuah studi baru menunjukkan gugusan terumbu karang terbesar di dunia, Great Barrier Reef di Australia dalam kondisi mengkhawatirkan. Gugusan karang ini sudah kehilangan setengah dari koralnya akibat perubahan iklim.
Penelitian yang dilakukan oleh ARC Center of Excellence for Coral Reef Studies di Queensland, Australia menunjukkan populasi terumbu karang kecil, sedang, dan besar semuanya telah menurun dalam tiga dekade terakhir.
Pemimpin penelitian, Andy Dietzel, mengatakan sains telah kekurangan informasi dan studi menyeluruh tentang perubahan populasi terumbu karang dari waktu ke waktu. Penelitian itu mencoba mengatasi kabar duka tersebut.
Menurutnya kumpulan terumbu karang di sepanjang Great Barrier Reef turun sejak tahun 1995 hingga 2017, seperti dikutip dari laman Lonely Planet.
" Kami menemukan jumlah karang kecil, sedang, dan besar telah menurun lebih dari 50 persen sejak 1990-an,” ucap salah satu peneliti, Terry Hughes yang juga merupakan anggota CoralCoE.
Menurut dia, penurunan gugusan terumbu karang terbesar di dunia itu terjadi di perairan dangkal maupun dalam dan hampir semua spesies karang. Terutama pada karang yang bercabang dan berbentuk meja.
Kondisi ini merupakan paling parah yang dipengaruhi oleh suhu yang memecahkan rekor yang memicu pemutihan massal pada 2016 hingga 2017.
Pemutihan karang merupakan hasil dari gempuran perubahan iklim, suhu, nutrisi, yang merupakan suatu proses yang menyebabkan terumbu karang ini mengeluarkan ganggang symbiosis di jaringannya dan menjadi rentan rusak.
Karang bercabang dan berbentuk meja menyediakan struktur yang penting bagi penghuni terumbu karang. Hilangnya karang mengakibatkan hilangnya habitat ikan-ikan kecil.
Pada gilirannya, hal ini akan berakibat mengurangi kelimpahan ikan dan produktivitas perikanan terumbu karang.
Salah satu implikasi utama dari ukuran karang adalah pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup dan perkembangbiakan, dengan pemulihan terumbu karang yang terganggu karena dapat lebih sedikit karang kecil yang tumbuh. Sedangkan sedikit juga terumbu karang dewasa yang mampu bertahan dalam perubahan iklim.
Perubahan iklim meningkatkan frekuensi gangguan terumbu karang seperti gelombang panas laut, dengan bagian selatan terumbu terpapar suhu ekstrim yang memecahkan rekor pada awal 2020.
“ Dulu kami berpikir Great Barrier Reef dilindungi oleh ukurannya yang besar, tetapii ternyata hasil penelitian menunjukkan bahkan sistem terumbu karang terbesar dan paling terlindungi di dunia pun juga terancam dan menurun jumlahnya,” kata Profesor Hughes.
Profesor yang juga penulis hasil penelitian itu mengatakan data yang lebih valid tentang perubahan demografi terumbu karang sangat dibutuhkan untuk mengetahui tingkat dan kemungkinan pemulihan di antara gangguan, serta mengambil langkah besar untuk mengatasi perubahan iklim saat ini.
“ Tidak ada waktu lagi untuk menyesali, kita harus segera mengatasi emisi gas rumah kaca secepatnya,” ungkap para peneliti tersebut.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media