Fenomena Masjid Raya Mali Berubah Bentuk

Reporter : Puri Yuanita
Selasa, 5 Januari 2016 09:20
Fenomena Masjid Raya Mali Berubah Bentuk
Masjid ini ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO karena keasliannya. Sayangnya, bentuk masjid ini terus berubah terkikis perubahan iklim yang ekstrem.

Dream - Afrika Barat menjadi salah satu dari sekian banyak tempat yang tak luput dari persebaran Islam. Karena itu, keberadaan masjid tak terhitung jumlahnya di wilayah ini.

Dari seluruh masjid yang ada di Afrika Barat, terdapat satu Masjid Raya yang sangat mudah untuk dikenali yaitu di Djenne, Mali.

Masjid Raya ini sangat megah jika dilihat dari kejauhan menghadap cakrawala dan menjadi salah satu simbol keagamaan paling dihormati di Afrika.

Dibangun hampir seluruhnya dari lumpur bata yang dijemur serta dilapisi tanah liat, masjid ini adalah contoh bangunan terbesar dengan gaya arsitektur khas Benua Hitam.

Masjid ini juga telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO karena keasliannya. Masjid Raya Mali ini dibangun dengan material tradisional termasuk sisipan batang sawit berbulu untuk fasadnya.

Sayangnya, bentuk masjid ini terus berubah seiring perubahan iklim yang ekstrem. Iklim panas yang cukup lama. Kemudian disusul hujan deras terus-menerus, merusak arsitektur masjid yang terbuat dari lumpur dan bata ini.

Celah dan kebocoran kian bertambah. Karena itu, setiap tahun sejak Masjid Raya dibangun, diperlukan lumpur tambalan baru.

Penambalan ini pun menjadi kegiatan tahunan yang digelar warga Djenne, yang dikenal dengan nama Crepissage de La Grand Mosquee.

Penambalan atau renovasi tersebut memang berhasil mengawetkan struktur. Namun, dari waktu ke waktu perubahan iklim secara perlahan juga mengikis bentuk masjid.

(Sumber: nytimes.com)

Beri Komentar