Terkuak, Fakta Lubang Masjid Berbunyi Azan dari Mekah

Reporter : Dwifantya
Selasa, 22 Mei 2018 11:06
Terkuak, Fakta Lubang Masjid Berbunyi Azan dari Mekah
Mitos ini dipercaya turun temurun oleh masyarakat Sulawesi Tenggara

Dream - Kesederhanaan Masjid Agung Keraton Buton tampak jelas dari bangunannya. Masjid yang dibangun pada 1712 oleh Sultan Sakiuddin Durul Alam Kesultanan Buton ini merupakan lambang kejayaan Islam pada masanya.

Yang menarik, ada sebuah mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat dari masjid tertua di Sulawesi Tenggara ini. Mereka meyakini, masjid ini dibangun di atas pusena tanah atau pusatnya bumi.

Pusena tanah tersebut berupa pintu gua di bawah tanah yang berada tepat di belakang mihrab. Disebut pusena tanah karena dari gua konon lubang tersebut bisa mengeluarkan suara azan dari Mekah.

Mitos ini dipercaya turun temurun oleh masyarakat setempat. Namun, seperti apa faktanya?

Dikutip Dream dari simas.kemenag.go.id, cerita itu dibantah Imam Masjid Agung Wolio, La Ode Ikhwan. Lubang di masjid itu sebenarnya dahulu adalah pintu rahasia untuk menyelamatkan Sultan Buton jika diserang musuh. Di dalam lubang ada lima jalan rahasia ke sejumlah tempat di kompleks benteng. Salah satu jalan rahasia itu ada yang tembus ke selatan benteng.

Ketika masjid ini direhabilitasi pertama pada masa Sultan Muhammad Hamidi pada 1930-an, pintu gua ditutup semen sehingga liangnya menjadi kecil dan sebesar bola kaki. Agar tak menimbulkan persepsi lain dari masyarakat, lubang ditutup dan di atasnya dibuat tempat imam memimpin salat.

 

1 dari 1 halaman

Masjid Dibangun dengan Kayu Sejumlah Tulang Manusia

Masjid Dibangun dengan Kayu Sejumlah Tulang Manusia © Masjid Agung Buton (Foto: kemenag.go.id)

Dream - Masjid ini memiliki 12 pintu masuk, yang salah satu di antaranya berfungsi sebagai pintu utama. Pada bagian depan masjid, tepatnya di sebelah timur masjid, terdapat serambi terbuka. Di dalam masjid terdapat sebuah mihrab dan mimbar yang terletak secara berdampingan. Keduanya terbuat dari batu bata yang di bagian atasnya terdapat hiasan dari kayu berukir corak tumbuh-tumbuhan yang mirip dengan ukiran Arab.

Masjid Agung Keraton Buton tidak memiliki menara. Tetapi, di sisi bangunan sebelah utara berdiri sebuah tiang bendera yang ujungnya lebih tinggi dibanding puncak masjid. Tiang bendera itu juga berfungsi sebagai tempat pelaksanaan hukuman gantung berdasarkan syariat Islam. Tiang bendera itu didirikan tidak lama setelah masjid dibangun.

Kayu yang digunakan untuk tiang bendera tersebut dibawa oleh pedagang beras dari Pattani, Siam. Dahulu setiap Jumat dipasang bendera kerajaan yang berwarna kuning, merah, putih, dan hitam di tiang tersebut.

Kayu yang digunakan untuk membangun masjid berjumlah 313 potong sesuai dengan jumlah tulang pada manusia. Jumlah anak tangga masuk masjid 17 buah, sama dengan jumlah rakaat salat dalam sehari. Bedug masjid yang berukuran panjang 99 cm dianalogikan dengan asmaul husna dan diameter 50 cm dimaknai sama dengan jumlah rakaat salat yang pertama kali diterima Rasulullah. Pasak yang digunakan untuk mengencangkan bedug tersebut terdiri dari 33 potong kayu yang dianalogikan dengan jumlah bacaan tasbih sebanyak 33 kali.

Di depan pintu utama di antara dua selasar terdapat sebuah guci bergaris tengah 50 sentimeter dengan tinggi 60 sentimeter. Guci itu terhunjam ke lantai semen berlapis marmer. Guci tersebut telah ditempatkan di situ sejak masjid ini berdiri sebagai penampungan air untuk berwudu.

 

Beri Komentar