Masjid Istiqlal (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Tren muslim friendly tourism atau wisata ramah muslim semakin gencar di seluruh dunia. Tak hanya di negara muslim, banyak negara yang penduduknya minoritas beragama Islam juga turut mengampanyekan tren travel baru ini demi menggaet wisatawan muslim.
Indonesia, khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang tak ingin ketinggalan laju tren wisata baru ini juga baru saja resmi membuka Jakarta Moslem Friendly Tourism (JMFT) 2022. Pameran wisata ramah muslim itu akan berlangsung pada 5-7 Agustus 2022 di Gandaria City Mall.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Andhika Permata, mengatakan Disparekraf berkomitmen untuk memposisikan Jakarta sebagai destinasi wisata yang ramah muslim.
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab wisatawan muslim menjadi pasar yang paling besar dengan jumlah 25 persen dari total wisatawan di dunia.
“ Ada beberapa pandangan dari data akurat yang perlu saya sampaikan di forum ini, saya perlu menyampaikan bahwasanya wisatawan muslim menjadi pasar yang paling besar mewakili 25% dari total wisatawan di dunia,” kata Andhika Permata di Jakarta, Jumat, 5 Agustus 2022.
Andhika menambahkan wisatawan muslim memiliki pertumbuhan pasar tercepat di dunia yakni mencapai 30 persen per tahun. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan wisatawan global yang hanya sekitar 6 persen per tahun.
“ Ini merupakan data yang sangat baik untuk kita pelaku industri pariwisata tidak hanya pemerintah pusat atau daerah tentunya pentaholic juga demikian, bagaimana melihat tren ini menjadi suatu fitur pariwisata baru dan tentunya juga untuk meningkatkan pemulihan ekonomi,” ujar Andhika.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan membeberkan wisatawan muslim adalah pasar yang besar. Saat tahun 2019 sebelum pandemi, jumlah wisatawan muslim di dunia mencapai 200 juta.
“ Pasarnya itu besar, termasuk adalah wisatawan mancanegara di seluruh dunia. Kalau kita lihat data tahun 2016 mengatakan seluruh turis dari mancanegara adalah sekitar 1,4 miliar. Nah wisatawan muslim sekitar 200 juta di tahun 2019 sebelum pandemi,” ungkapnya.
Menilik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, Riyanto Sofyan juga mengatakan pengeluaran wisatawan muslim dikatakan jauh lebih besar dibandingkan wisatawan mancanegara dengan rata-rata sebesar US$1.350 sampai US$2.500.
“ Kalau rata-rata wisatawan mancanegara yang datang ke indonesia spendingnya 1100 dollar per turis per kunjungan. Kalau muslim rata-rata dari 1350 dollar sampai dengan 2500. Itu terlihat di dashboard Kemenparekraf,” ungkapnya.
Menurutnya DKI Jakarta juga mempunyai potensi besar dalam memanfaatkan pangsa pasar wisatawan muslim yang tinggi ini. Karena Jakarta merupakan gerbang pintu masuk terbesar ke Indonesia bersama bersama Bali dan Batam.
Riyanto juga menerangkan, ada tiga jenis wisatawan muslim mancanegara saat berkunjung ke Indonesia. Pertama Timur Tengah, yang lebih menyukai resort, shopping, dan spa.
Kedua, Eropa dengan 70 juta penduduk muslim yang menyukai adventure serta culture atau budaya. Adapula dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, yakni mereka menyukai wisata berkurban dan shopping khususnya di mall-mall di Jakarta.
Sementara itu, Andhika menambahkan, tak hanya Indonesia yang menggalakkan Muslim Friendly Tourism. Kota besar lain seperti Kuala lumpur, Bangkok hingga Asia Timur seperti Seoul dan Tokyo juga sudah menerapkan tren wisata ramah muslim.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN