Begini Batasan Bermesraan Suami Istri di Bulan Ramadan

Reporter : Sandy Mahaputra
Kamis, 9 Juni 2016 13:34
Begini Batasan Bermesraan Suami Istri di Bulan Ramadan
Ada batasan-batasan tertentu yang harus dipenuhi. Apa saja?

Dream - Di dalam Islam tidak ada batasan bagi pasangan suami istri untuk bermesraan. Keduanya diperbolehkan untuk melakukan hal-hal yang dapat menambah kasih sayang diantara mereka.

Terkecuali pada bulan Ramadan, di mana terdapat batasan dalam bermesraan yang harus dipenuhi pasangan suami istri. Sehingga meski diperbolehkan namun tidak sebebas bulan-bulan lainnya.

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga puasa diantara keduanya agar tidak batal dan terhindar dari sanksi Allah SWT. Lantas seperti apakah batasan bermesraan di bulan Ramadan?

Biasanya bermesraan bagi pasangan suami istri merupakan tahap awal sebelum melakukan jima. Sementara jima di siang hari pada bulan Ramadan merupakan suatu perkara yang sangat dilarang oleh Allah SWT.

Oleh sebab itulah bila ingin tetap bermesraan diantara pasangan suami istri, ada batasan-batasan tertentu yang harus dipenuhi.

Sejatinya bermesraan dengan istri di siang hari bulan Ramadan bagaimana pun caranya diperbolehkan di dalam Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan syarat tidak menyebabkan keluarnya air mani diantara keduanya. Sebab keluarnya air mani termasuk ke dalam hal yang membatalkan puasa.

Bahkan dalam riwayat hadits Bukhari dan Muslim disebutkan Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW mencium istrinya saat beliau sedang berpuasa. Hal ini dikarenakan beliau merupakan orang yang paling mampu untuk mengendalikan hawa nafsunya.

Kemudian Amir bin Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. " Apakah orang berpuasa boleh mencium ? Maka Rasulullah SAW pun menjawab, " Tanyakanlah kepada dia (maksudnya adalah ummu Salamah)" . Kemudian Ummu Salamah memberitahukannya bahwa Rasulullah SAW berbuat seperti itu (mencium saat berpuasa)." (HR. Muslim)

Umar bin Khattab ra bahkan juga pernah menciumi istrinya di bulan Ramadhan. Namun setelah itu beliau tersadar dan segera menghadap Rasulullah SAW untuk meminta fatwa. Ulasan selengkapnya klik di sini.

1 dari 3 halaman

Bolehkah Hubungan Intim di Malam Puasa, Tapi Junub Saat Subuh?

Bolehkah Hubungan Intim di Malam Puasa, Tapi Junub Saat Subuh? © Dream

Dream - Bolehkah berhubungan intim di malam hari puasa, lalu mandi junub saat Subuh?

Jawabannya, boleh. Berikut alasannya.

Allah SWT berfirman,

" Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam."  (QS. Al Baqarah: 187).

Di awal-awal pensyariatan puasa, jika sudah berbuka puasa, dibolehkan untuk makan, minum dan berhubungan intim selama belum tidur di malam hari. Jika sudah tidur, maka hal yang dibolehkan tadi sudah dilarang. Coba perhatikan kisah Umar berikut,

" Umar pernah berhubungan intim dengan budak wanitanya atau salah satu istrinya yang merdeka. Itu dilakukan setelah tidur di malam hari. Kemudian Umar mendatangi Nabi SAW dan menceritakan yang ia alami tadi. Allah SWT lantas menurunkan firman Allah (yang artinya), " Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu." Hingga firman Allah SWT (yang artinya), " Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam hari."  (HR. Ahmad, 5: 246. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa periwayat hadits ini adalah tsiqah selain Al-Mas’udi)

2 dari 3 halaman

Usai Isya Dilarang Berhubungan?

Usai Isya Dilarang Berhubungan? © Dream

Dream - Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan, " Kaum muslimin ketika di bulan Ramadan jika mereka telah melakukan sholat Isya, mereka dilarang untuk menyetubuhi istri, juga dilarang makan, yang semisal itu pula adalah bercumbu."

Namun ada beberapa orang dari kaum muslimin menyetubuhi istrinya dan makan setelah Isya di bulan Ramadan. Di antara yang melakukan seperti itu adalah Umar bin Al-Khattab sampai ia pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW hingga turunlah ayat,

" Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,"  sampai firman Allah Ta’ala,

Maksudnya adalah sekarang halal bagimu untuk menyetubuhi istri kalian (di malam hari). Kemudian Allah Ta’ala berfirman,

" Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam."  Maksudnya adalah sampai nampak fajar Subuh dan sebelumnya adalah gelap malam. Yang dimaksud rofats adalah nikah.

Yang jelas, jangan sampai hubungan intim tersebut melalaikan dari ibadah di bulan Ramadan. Syaikh As-Sa'di Rahimullah berkata, " Allah menetapkan adanya Lailatul Qadar (malam yang penuh keutamaan) dan itu terdapat di malam-malam terakhir di bulan Ramadan. Tidak sepantasnya kenikmatan hubungan intim melalaikan dari ibadah di malam-malam akhir bulan Ramadan. Hubungan intim jika luput bisa dilakukan di lain waktu. Namun untuk Lailatul Qadar jika luput, maka ia tidak akan memperolehnya lagi untuk saat itu."  (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 87).

 

3 dari 3 halaman

Lupa Junub

Lupa Junub © Dream

Lantas, bagaimana jika sampai waktu azan Subuh belum sempat mandi junub? Apakah boleh tetap berpuasa?

Boleh. Perhatikan ayat,

" Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam."  (QS. Al Baqarah: 187).

Konsekuensi dari dibolehkannya hubungan intim yang berakhir hingga azan Subuh adalah masih boleh masuk Subuh dalam keadaan junub.

 

Beri Komentar