(Foto: Planet.merdeka.com)
Dream - Toleransi beragama tercermin jelas dalam kisah guru berhijab satu ini. Banyak orang penasaran bahkan mungkin mencibir lantaran ia bersedia mengajar di sekolah Katolik, padahal dirinya seorang muslimah. Namun pengakuannya berhasil membungkam pendapat orang.
Adalah Martina Puspita (25 tahun), yang kini mengajar di sebuah SMA Katolik di Banyuwangi, Jawa Timur. Diakuinya bahwa saat ini ia menjadi salah satu tenaga pengajar di SMA Katolik Hikmah Mandala dari Yayasan Karmel Keuskupan Malang. Martina adalah guru Bahasa Indonesia.
Kunjungi juga alkitab online di Merdeka.com.
Martina pun bercerita awal mula ia mendapat kesempatan untuk mengajar di sana. Ternyata Martina sebelumnya telah menamatkan pendidikan TK hingga SMA-nya di sekolah tersebut.
Ayahnya adalah seorang sopir keuskupan Malang yang ada di Banyuwangi selama berpuluh-puluh tahun. Martina sengaja disekolahkan ayahnya di sana.
Martina menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang Islam dari lahir. Ayah dan ibunya juga Islam dan benar-benar berasal dari latar belakang keluarga Islam. Namun hal itu tidak menjadi masalah baginya untuk menamatkan pendidikannya di sekolah Katolik.
Usai lulus SMA tahun 2011, Martina dibiayai secara pribadi oleh kepala sekolah SMA Katolik Hikmah Mandala, Romo Tiburtius Catur Wibawa, untuk berkuliah. Martina pun berkuliah di Universitas Jember, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
© Dream
Memasuki semester ketiga, Martina memantapkan hari untuk menggunakan jilbab. Saat sedang menuntaskan skripsinya pada tahun 2015, Martina ditawari Romo Catur untuk membantu mengajar di SMA yang menjadi almamaternya tersebut. Martina sempat berkata pada Romo Catur bahwa dirinya kini berhijab. Namun balasan Romo Catur ternyata di luar dugaan.
Romo Catur mengatakan bahwa itu bukan jadi masalah. Silakan berjilbab, asalkan rapi. Martina pun menerima tawaran tersebut dan mulai mengajar di sana. Hingga tahun 2016 akhirnya ia pun lulus dan masih tetap mengajar di sekolah tersebut.
Curahan hati Martina, ia mengaku selama mengajar menggunakan hijab, tak ada masalah berarti yang dilaluinya. Ia bahkan diizinkan untuk salat pada waktunya dan telah disediakan ruangan tersendiri.
Martina tidak pernah diperlakukan berbeda selama mengajar. Justru ia memiliki kenangan tidak enak semasa kuliah. Pada saat teman-temannya tahu bahwa ia adalah lulusan SMA Katolik dan tidak berjilbab, teman-temannya menjauhinya. Banyak dari teman-temannya yang menganggap ia awalnya bukanlah seorang beragama Islam.
Romo Catur menambahkan, bahwa SMA Katolik Hikmah Mandala sudah seperti mini Indonesia baginya. Meski nama sekolah ini adalah SMA Katolik, namun guru-guru pengajarnya dari berbeda-beda latar belakang agama. Seperti Kristen, Hindu, dan Islam.
Kisah selengkapnya baca di sini.
(Sumber: planet.merdeka.com)
Advertisement

Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab

IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget