Santriwati Tunanetra Rumah Tahfiz Cirebon (istimewa)
Dream - Annis Wikhdati Nur Ilahi, 23 tahun, duduk bersila. Di pangkuannya, ada semacam bundel berisi kertas putih.
Tak tampak ada tulisan dalam bundel itu. Tetapi, jika dilihat lebih teliti. titik-titik timbul dengan bentuk tertentu ada di sana.
Itulah yang disebut buku braille. Lebih tepatnya Alquran braille, karena rangkaian titik-titik itu berisi ayat-ayat suci.
Alasan satu-satunya Annis menggunakan Alquran tersebut adalah dia terlahir dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna. Sedari kecil, dia sudah tidak bisa melihat.
Membaca Alquran braille memang sulit, terutama jika berkaitan dengan makharijul huruf. Untuk menyempurnakan bacaan, Annis mengandalkan rekaman audio murattal Alquran.
Annis merupakan salah satu santriwati di Rumah Tahfiz Sekolah Luar Biasa Beringin Bhakti di Jalan Pangeran Cakra Buana, Kepongpongan, Talun, Cirebon, Jawa Barat. Di rumah tahfiz ini, Annis bersama sejumlah santriwati tunanetra lainnya mengazamkan diri untuk menjadi penghapal Alquran.
" Dulu Ibu sebelum meninggal meminta saya agar mengkhatamkan hapalan Quran. Alhamdulillah berkat alamarhumah ibu, saya mampu mengaji dan menghafal sampai sekarang," ujar Annis, melalui keterangan tertulis diterima Dream dari PPPA Daarul Quran.
Dengan perjuangan penuh semangat, Annis telah menghapalkan juz 30 dan kini sedang menuntaskan hapalan jus 1. Proses belajar Alquran sudah dijalani Annis sejak kecil, semangat itu muncul pertama kali dari mushola milik keluarga.
Annis selalu memanfaatkan waktu luang untuk menghapal. Ditemani Alquran braille dan rekaman murattal, Annis berusaha menancapkan setiap ayat Alquran dalam ingatannya.
" Lebih enak pakai audio karena bisa untuk memastikan kebenaran bacaan dari Alquran braille. Di sini Alquran braille juga terbatas, jadi harus gantian sama teman-teman," kata dia.
Pimpinan Cabang Daarul Quran Cirebon, Abdul Aziz, mengatakan Annis dan teman-temannya memberikan inspirasi kepada banyak orang. Di tengah keterbatasan, mereka tidak menyerah dalam menghapal Alquran.
" Sampai saat ini kami masih menggalang donasi baik melalui Rekening Sedekah PPPA Daarul Qur’an, Sedekah Online maupun ke berbagai komunitas untuk mewujudkan mimpi Annis dan teman-temannya sesama tunanetra untuk menjadi seorang hafidz dan hafidzah Quran," kata dia.
Dream - Gedung Al Asyari Universitas Islam Malang (Unisma) tampak sibuk pada Minggu 9 Februari 2020. Di sana sedang ada hajatan besar, Wisuda Tahfiz Jawa Timur Menghafal yang digelar Rumah Tahfiz Center PPPA Daarul Quran
Wisuda itu diikuti banyak santriwan dan santriwati dari seluruh Jatim. Mereka ingin menguji daya hafalnya yang telah dilatih dengan keras.
Ada yang menarik di acara wisuda kali ini, dengan kehadiran 16 santri Rumah Belajar Alquran Sekolah Luar Biasa (SLB) Kedungkandang, Malang. Mereka begitu bersemangat dalam menghapal Alquran meski memiliki keterbatasan fisik.
Sebanyak 15 santri tersebut merupakan peyandang tuna netra, sedangkan satu sisanya menyandang down syndrom. Selama ini, mereka belajar membaca, menulis, dan menghapal dengan Alquran Braille.
Perjuangan mereka tentu lebih keras dibandingkan santri normal. Namun begitu, berkat semangat yang gigih akhirnya mereka sanggup menghapal Ayat-ayat Suci.
" Alhamdulillah, saya senang anak-anak bersemangat belajar Alquran bersama saya dan teman-teman. Semoga bisa terus istiqomah membina mereka hingga lancar membaca dan menghapalkan Alquran," ujar founder Rumah Belajar Alquran, Taufiqurrahman, melalui keterangan tertulis diterima Dream.
Taufiq mengatakan mengikuti Wisuda Tahfiz Jawa Timur Menghafal merupakan pengalaman yang baru pertama kali dirasakan para santri Rumah Belajar Alquran. Para santri tampak bersemangat mengikuti ujian hapalan dan wisuda.
Ditemani orangtua masing-masing, para santri melantunkan ayat-ayat Alquran yang telah mereka hapalkan di depan penguji. Para orangtua sampai menangis, merasakan haru ketika menyaksikan buah hatinya telah selesai membacakan hafalannya.
" Kami sangat bahagia bisa melihat anak-anak senang dan mengenal banyak teman baru," ujar Sekar, ibu dari salah satu santri tuna netra.
Wisuda Tahfiz Jawa Timur Menghapal diikuti 2.850 santri dari 19 kabupaten/kota di Jatim. Para santri terdiri dari usia balita, anak-anak, remaha, mahasiswa, hingga para ibu.
Pimpinan Daarul Quran Surabaya, Nahar Zainuddin, mengatakan kehadiran para santri tahfiz tuna netra merupakan kesempatan yang istimewa. Dia berharap para santri tersebut dapat menjadi sumber inspirasi bagi yang lain untuk lebih bersemangat lagi dalam menghapal Alquran.
" Kehadiran para santri tuna netra adalah bukti nyata semua bisa menghafal Alquran asalkan ada niat dan kesungguhan hati," kata Nahar.
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Fakta-Fakta di Balik Meninggalnya Nandi Juliawan, Pemeran Encuy Preman Pensiun
Kisah-Kisah Ajaib Pestapora 2025: Dari Hujan Dadakan hingga Vokalis yang Nyaris Hilang di Kerumunan!
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan