Kehidupan Keluarga Agussalim (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Dream - Berkurangnya pembaca koran tak menghalangi Agussalim, 35 tahun, untuk terus menjualnya. Koran menjadi usaha terakhirnya untuk bisa menghidupi keluarganya.
Demi meraih rupiah dari berjualan koran dia kerap terlambat makan dan kelelahan. Selain akibat pekerjaannya, kondisi ekonomi Agussalim juga memprihatinkan.
Bayangkan saja, bersama isti dan tiga orang anaknya, Agussalim tinggal di rumah reyot berukuran 4 x 4 meter.
Akibat kelelahan dan tak teratur makan, Agussalim sempat dibawa ke rumah sakit pada 2012. Rupanya, inilah kali terakhir Agussalim menginjakkan kaki di rumah sakit. Keterbatasan biaya menjadi alasannya tak mendapatkan kembali perawatan setelah itu.
Kondisi yang membuat sakit yang diderita Agussalim semakin parah. Pekan lalu, Agussalim menghembuskan nafas terakhirnya.
Tiara, istri Agussalim, yang ditemui Liputan6.com, bercerita mengenai kehidupan keluarganya.
" Ini rumah kami sendiri yang buat, hasil dari saya dan bapak menjual koran dan tisu di lampu merah," kata Tiara.
Rumah ituberdiri di atas lahan milik seorang warga Kendari yang berbaik hati meminjamkan tanah. Agussalim berharap dari gubuk reyot itu meraka dapat memiliki rumah sendiri.
" Tapi, belum sempat punya rumah, Bapak sudah meninggal. Sekarang saya merawat ketiga anak saya," ucap dia.
Tiga anak Tiara dan Agus masih bersekolah. Putra sulungnya, Herman Lili, 13 tahun menapaki kelas 3 sekolah dasar (SD). Adiknya, Rika, 12 tahun, duduk di kelas 2 SD, sementara itu bungsu, Rustam Marzuki, 6 tahun, belum bersekolah.
Meski hidup dalam kesusahan, Tiara enggan meminta-minta. Dia lebih baik bekerja mandiri.
" Kami lebih baik kerja sendiri daripada mengharapkan orang," ujar dia.
Untungnya, beberapa orang tetangga kerap menolong kehidupan keluarga Agussalim.
" Kalau tetangga yang bawa, ada sayur, ikan, dan nasi," ucap Tiara.
Dua hari sejak kematian Agussalim, pihak kantor tempatnya menjual koran juga belum datang menjenguk kondisinya. Hanya Kapolres Kendari, yang datang bersama anggota dan pengurus Bhayangkari.
" Saya tahunya dari media sosial, anggota dan teman-teman wartawan," kata Kapolres Kendari, AKBP Jemi Junaidi.
Kapolres Kendari, mengatakan akan berkoordinasi dengan Pemkot Kendari untuk memberikan solusi bagi keluarga penjaja koran ini. Sebab, sejak pertama menginjakkan kaki di gubuk milik Tiara dan suaminya, Kapolres langsung tersentuh.
Bahkan, kaki istri Kapolres Kendari, Siska, sempat terperosok begitu masuk ke dalam rumah loper koran ini. Lantai papan yang sudah lapuk tidak mampu menahan berat empat orang diatasnya.
Simak selengkapnya kisah Tiara dan keluarga Agussalim di tautan ini.
(Sah, Sumber: Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Advertisement
10 Usulan Dewan Pers Soal Perubahan UU tentang Hak Cipta
Arab Saudi Buat Proyek `Sulap` Sampah Jadi Energi Listrik
Video Gempa 7,4 Magnitudo di Filipina yang Peringatan Tsunaminya Sampai Indonesia
Jakarta Doodle Fest Hadir Lagi, Ajang Unjuk Gigi para Seniman dan Ilustrator
Sah! Amanda Manopo dan Kenny Austin Resmi Menikah
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Pria Ini Bertahan 70 Hari di Hutan Tanpa Bekal, dapat Hadiah Rp232 Juta
Timnas Indonesia Kalah Lawan Arab Saudi, Erick Thohir Ingatkan Hal Ini
Komunitas Numismatik Indonesia, Berkumpulnya Penggemar Uang Lawas Penuh Sejarah
Video Gempa 7,4 Magnitudo di Filipina yang Peringatan Tsunaminya Sampai Indonesia