Gunung Semeru Sudah Kasih Tanda-Tanda Akan Meletus Sejak Akhir Oktober 2025
Fakta Letusan Gunung Semeru, Badan Geologi Ungkap Potensi Bahaya
Reporter : Okti Nur
Meski erupsi dinyatakan telah berhenti sekitar pukul 18.11 WIB, Badan Geologi menyatakan terdapat potensi bahaya yang harus diwaspadai masyarakat
DREAM.CO.ID - Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wahid, menjelaskan kronologis meletusnya Gunung Semeru yang mengalami erupsi pada Rabu, 19 November 2025 sekitar pukul 17.00 WIB.
Sebelumnya Badan Geologi telah menaikkan tingkat aktivitas Gunung Semeru dari level III (Siaga) ke ke level 4 (Awas) dan akan terus melalukan update aktivitas Gunung Semeru setiap 6 jam.
"Sejak kemarin tanggal 19 November 2025 pukul 17.00 WIB kita menaikkan status Gunung Semeru pada level 4," ungkap Wahid dalam siaran YouTube Badan Geologi, Kamis, 20 November 2025.
Terjadi Awan Panas dan Gempa Sekitar 4 Jam
Wahid menjelaskan pada 19 November 2025 terjadi awan panas pada pukul 14.14 WIB. Menurutnya, kemunculan awan panas ini berlangsung secara beruntun, bukan kejadian tunggal.
Awan panas terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 47 mm dan terjadi gempa sekitar 14.283 detik (kurang lebih 4 jam) dengan jarak luncur lebih dari 13 km.
Asap Letusan Mencapai 2.000 Meter
Berdasarkan pemantauan Badan Geologi, asap letusan berupa putih kelabu memiliki tinggi 100-2.000 meter dari puncak ke arah barat daya hingga barat laut. Guguran teramati dengan jarak luncur 2.500 meter dari puncak ke arah Besuk Kobokan.
Wahid mengatakan bahwa sebelum bulan November, terjadi peningkatan gempa guguran pada akhir Oktober 2025 dan lava pijar semakin intensif terjadi ke arah Besuk Kobokan.
Berlanjut pada awal November 2025, jumlah kejadian gempa guguran mengalami penurunan namun gempa letusan mengalami peningkatan.
"Mengindikasikan bahwa tekanan yang terakumulasi dikeluarkan melalui kejadian erupsi yang terjadi," kata Wahid.
Potensi Bahaya
Wahid juga mencatat beberapa potensi bahaya dari Gunung Semeru yang dapat bersumber dari lontaran material erupsi di area puncak dan lereng.
Salah satunya, material guguran lava dan awan panas yang sudah terendap di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.
"Lahar mempunyai potensi menimbulkan korban jiwa di pemukiman sepanjang bantaran sungai, baik Besuk Bang, Besuk Kobokan, Besuk Sat dan Besuk Kembar," kata Wahid.
Kawasan Rawan Bencana
Akibat letusan ini, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan.
Kemudian, masyarakat tidak boleh beraktivitas dalam radius 8 km dari kawah atau puncak gunung semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).