Ramen
Dream - Makanan khas Jepang seringkali menjadi kudapan favorit untuk dinikmati bersama teman atau orang terdekat. Pasalnya, makanan Jepang sangat segar dan bernutrisi.
Tak hanya itu, makanan Jepang juga telah hadir dalam olahan yang halal dan ramah bagi penganut muslim di Indonesia. Seperti sushi, ramen, soba dan udon. Ketiga makanan ini, menurut Imelda Budinman, tetap jadi tren makanan Jepang yang sangat diminati di Indonesia pada 2020 mendatang.
" Bisa dibilang, customer Indonesia masih lebih familiar dengan sushi, ramen, soba dan udon. Sehingga, keempat jenis makanan tersebut yang masih akan tren di tahun depan," ungkap Imelda Budiman, Manager Marketing Jaddi Foods dalam Peluncuran Paket Menu Khusus Akhir Tahun Chibo di Gandaria City, Jakarta Selatan, Selasa 17 Desember 2019.
Walaupun tren makanan Jepang belum bergeser, namun jenisnya semakin banyak diperkenalkan ke masyarakat. Salah satunya adalah okonomiyaki. Okonomiyaki merupakan makanan wajib untuk turis yang datang ke Jepang. Makanan ini seringkali disajikan sebagai makanan utama yang bernutrisi dan lezat.
" Ada opportunity di masyarakat Indonesia untuk mengenal okonomiyaki supaya tahu kalau makanan Jepang nggak hanya itu-itu saja," kata Imelda.
Aslinya, Okonomiyaki disajikan menggunakan daging babi. Kini, di Jepang juga mulai banyak bermunculan kedai okonomiyaki halal. Untuk di Indoesia sendiri ada restoran yang menyajikan okonomiyaki dengan resep otentik Jepang tapi dari bahan-bahan halal, yaitu Chibo yang berada di Gandaria City.
" Masyarakat Jepang tahu okonomiyaki pakai pork. Tapi kalau di sini, no pork no lard jadi bisa dinikmati semua masyarakat," ujar Imelda.
Dream - Ramen telah menjadi makanan pokok di Jepang hampir seabad. Tetapi, hidangan mi ini baru diperkenalkan di negara Barat terutama di Amerika Serikat setelah penciptaan ramen instan pada 1970an.
Sejak itu, ramen kian populer. Kedai ramen bermunculan, dengan koki yang didatangkan langsung dari negeri Sakura. Kini, ramen seakan jadi hidangan favorit lintas negara.
Efeknya adalah aspek kultural dan keaslian pengolahan ramen kerap mengalami penyesuaian. Rasa, tekstur hingga penyajian, akan sulit menyamakan dengan sajian ramen yang ada di Jepang.
Mantan koki ramen dan Japanese noodle expert, Mark Hoshi, mencoba memberi informasi pada khalayak internasional seputar budaya dan indus ramen yang asli, melalui situs dan mediasosial " Ramen Culture" .
" Saya besar di rumah Jepang dan orang tua saya selalu membawa pulang makanan Jepang," kata Hoshi.
Walaupun besar di Los Angeles, Hoshi menghabiskan hampir 10 tahun tinggal di Jepang. Saat tinggal di sana, ia magang dengan Chef Ikuta Satoshi di Ramen Nagi, Tokyo.
Tidak lama setelah itu, ia memilih menuangkan kecintaannya terhadap ramen dengan bekerja full time bersama Chef Yukihiko Sakamato di toko ramen terpopuler di Jepang. Toko tersebut adalah Menya Itto. Hoshi lalu kembali ke Amerika dan memulai Ramen Culture.
Menurut Hoshi, ada lima komponen penting dalam ramen yaitu mi, kuah, kuah dasar, topping, dan aroma minyak. Hal yang paling menggelitik Hoshi adalah ketika orang banyak orang berpikir bahwa miso dan tonkotsu ramen adalah menu yang sama.
Menurutnya, ramen memiliki variasi yang berbeda, tergantung bahan apa yang dipakai. Misalnya Jiro-style ramen, di dalamnya terdapat potongan daging berlemak dengan sup tonkotsu, shoyu, dan mie tebal. Rasa, ramen ini lebih berat daripada ramen lainnya.
Ada pula Shio-style ramen yang terkenal dengan rasa asinnya. Selain itu, tsukemen ramen disiapkan dan dihidangkan berbeda dari ramen lainnya.
Restoran yang menyajikan tsukemen ramen, menghidangkan mie soba dingin yang terpisah dari kaldu ramen. Pelanggan, kemudian mencelupkan mi ke dalam dashi soup base.
Ada tips unik dari Hoshi untuk mencari kedai ramen yang menyajikan menu yang nikmat. Yaitu dengan melihat kondisi toiletnya.
" Jika mereka menyediakan toilet yang sangat bersih, maka mereka memerhatikan hal kecil dengan sangat baik," ujarnya.
Hoshi menambahkan, jika di dapur terdapat noodle timer (waktu masak mie hingga mencapai tingkat kematangan yang pas), maka ini menunjukkan koki tahu apa yang sedang mereka lakukan.
Tidak ada cara yang benar atau salah saat memakan mie. Menurut Hoshi, setiap orang dapat memakan mie sesuai gaya mereka masing-masing.
" Tradisionalnya, kamu menyeruput mie. Tetapi, bagi orang yang tidak besar di lingkungan Jepang akan merasa sedikit tidak nyaman untuk melakukan hal itu," ungkap Hoshi.
Menurut Hoshi, di Jepang, kebanyakan orang menghabiskan semangkuk ramen selama 12 menit. Sementara bagi orang non Jepang, cenderung menyantap ramen lebih lama. Ternyata hal ini berdampak buruk bagi tekstur mie yang terlalu lama terendam kuah.
Semakin lama menyantap mi, semakin lembek nantinya. Oleh karena itu, di Amerika, diadakan eksperimen di berbagai restoran ramen untuk menyajikan berbagai tipe mie yang dapat menyerap kaldu di tingkat berbeda.
Hal ini memudahkan pelanggan agar saat mencoba memadukan mie dengan kaldunya tetap dapat menghasilkan rasa yang konsisten.
" Mi adalah yang paling penting karena ini memberikan tekstur yang berbeda saat menyeruputnya," kata Hoshi.
Sering kali, Hoshi melihat koki Amerika memiliki pemikiran keliru soal ramen. Ia sering melihat berbagai restoran hanya memasukan mie ke dalam miso soup dan menamakannya ramen.
" Ramen adalah ramen ketika ada sifat basa di dalam mie nya. Jika tidak ada, maka itu bukan ramen," kata Hoshi.
Laporan: Keisha Ritzska Salsbila/ Sumber: Food Insider
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR