Ilustrasi Berbagai Jenis Makanan Olahan. (Foto: Pixabay)
Dream - Sosis atau chicken nugget, selalu jadi andalan saat menyiapkan menu makanan yang praktis. Anak-anak hingga orang dewasa, sangat suka makanan olahan tersebut.
Tapi tahukah Sahabat Dream bahwa makanan olahan seperti sosis dan chicken nugget mengandung 'lem daging'?
Kamu mungkin merasa asing dengan istilah lem daging, karena umumnya yang sering terdengar adalah lem kertas.
Ya, lem daging atau bahasa kerennya transglutaminase (TG), banyak digunakan dalam makanan olahan saat ini.
Aditif makanan yang satu ini sempat jadi kontroversi. Pada 2010, Uni Eropa melarang penggunaan 'lem daging' ini.
Namun United States Department of Agriculture (USDA) dan Food & Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan lem daging 'secara umum aman'.
Lem daging adalah enzim yang ditemukan secara alami pada manusia, hewan dan tumbuhan.
Enzim ini dapat mengikat berbagai jenis protein. Itulah mengapa enzim ini diberi julukan 'lem biologis alami'.

Lem daging memiliki beberapa fungsi, tidak hanya untuk produk daging. Lem daging bahkan dapat digunakan untuk makanan panggang dan produk berbasis susu.
" Lem daging terbuat dari bakteri yang dibiakkan dari plasma darah babi dan sapi," kata Rebecca Park, pendiri RemediesForMe.com.
Tidak hanya daging, lem daging juga bisa dibuat dari bakteri yang dibiakkan dari sayuran dan ektrak tanaman.
" Dalam pembuatannya, sebagian besar lem daging dicampur dengan bahan lainnya, seperti gelatin dan kasein," jelas Rebecca.
Ysabel Montemayor, RD, pakar nutrisi dari Fresh n’ Lean, mengatakan lem daging sangat berguna untuk membuat potongan daging menjadi lebih besar.

" Dengan bantuan lem daging, potongan-potongan kecil daging bisa dibuat menjadi potongan yang lebih besar, dengan bentuk yang seragam," kata Ysabel.
Karena itulah, lem daging sering digunakan dalam industri pembuatan sosis, chicken nugget, roti dan keju.
Restoran dan perusahaan katering juga menggunakan lem daging. Tujuannya agar daging yang dipesan konsumen memiliki bentuk dan ukuran yang sama.
USDA mengharuskan produsen daging, telur, dan unggas untuk mencantumkan tulisan transglutaminase dalam label bahannya.
Namun sayangnya, perusahaan-perusahaan tersebut seringkali menuliskannya secara tidak jelas.

Biasanya mereka hanya menuliskan enzim TG, enzim, atau enzim TGP. Jika daging olahan menggunakan lem daging dalam proses pembuatannya, maka perusahaan hanya menuliskan formed atau reformed meat.
Untuk produk lainnya, seperti roti dan produk berbasis susu, penulisan label bahannya semakin tidak jelas.
Jika ragu tentang makanan olahan apakah mengandung transglutaminase, silakan menghubungi pabriknya.
USDA dan FDA sepakat bahwa lem daging itu aman. Namun, beberapa peneliti dan pakar makanan telah menyuarakan kekhawatiran mereka.
Kekhawatiran terbesar — yang akhirnya menjadi alasan Uni Eropa melarang lem daging — adalah potensi terjadinya kontaminasi bakteri.
Setiap kali direkatkan dengan lem daging, risiko untuk masuknya bakteri ke dalam daging, seperti E. coli, menjadi meningkat.
" Risiko keracunan makanan yang mengandung transglutaminase sangat tinggi. Itu karena potongan daging kecil-kecil memiliki peluang untuk menumbuhkan bakteri sebelum direkatkan," kata Rebecca.
Daging yang direkatkan juga mungkin lebih sulit untuk dimasak. Sehingga meningkatkan risiko penyakit akibat bawaan makanan.
Jika panas saja tidak dapat membunuh bakteri yang berpotensi berbahaya, kamu akan menjadi lebih mudah untuk sakit.
Menurut sebuah studi tahun 2016 di Autoimunity Reviews, individu dengan sensitivitas gluten atau penyakit seliak mungkin perlu menghindari makanan yang dibuat dengan lem daging.
Penyakit seliak adalah penyakit autoimun yang terjadi akibat mengonsumsi gluten. Akibat terlalu banyak makan gluten, penderita akan mengalami diare, lemas, atau anemia.

Mereka harus menghindari lem daging karena enzim tersebut dapat meningkatkan beban alergi dalam tubuh, yang dapat menyebabkan reaksi autoimun serius.
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penyakit pencernaan, alergi makanan, dan sensitivitas mungkin disarankan untuk tidak makan makanan dengan lem daging.
Mereka sebaiknya mengonsumsi daging yang utuh atau daging yang tidak diolah menggunakan lem daging. (mut)
(Sumber: Reader's Digest)
Advertisement
Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau