Jangan Sepelekan, Ini Hukum Mengomentari Makanan dalam Islam

Reporter : Puri Yuanita
Sabtu, 23 Januari 2016 09:33
Jangan Sepelekan, Ini Hukum Mengomentari Makanan dalam Islam
Salah satu bukti keindahan akhlak Nabi Muhammad SAW yaitu, beliau tidak pernah mencela dan mengomentari makanan.

Dream - Salah satu di antara cara Allah untuk meyakinkan umat manusia tentang kebenaran para nabi yang Dia utus yakni, Allah berikan bekal kepada mereka berupa mukjizat.

Sebelum Allah memerintahkan Musa untuk menghadapi Firaun, Allah bekali beliau dengan mukjizat. Ketika Allah berbicara dengan Musa di Bukit Tursina, Allah tunjukkan kepada Musa berbagai mukjizat yang dia miliki, mulai dari tongkat yang berubah menjadi ular, tangan yang bisa mengeluarkan cahaya putih, dan sebagainya.

Demikian pula Nabi Muhammad SAW. Allah memberikan bekal kepada beliau berbagai macam mukjizat untuk membuktikan kebenaran beliau. Di antaranya, Alquran yang bisa meluluhkan hati orang musyrik yang mendengarnya, peristiwa Isra Miraj, terbelahnya bulan, keluarnya air dari jari-jari beliau, terdengarnya suara tasbih dari makanan, batu memberi salam kepada beliau, terdengarnya suara rintihan batang kurma yang merindukan beliau, hingga kebenaran berita masa depan yang beliau sampaikan.

Para ulama membukukannya dalam Kitab Dalail an-Nubuwah. Salah satu di antara mukjizat beliau adalah keindahan akhlak beliau. Ketinggian budi pekerti dan akhlak beliau, yang hampir tidak mungkin bisa dilakukan manusia biasa, selain orang yang derajat takwanya sangat tinggi.

Salah satu bukti keindahan akhlak beliau yaitu, Nabi tidak pernah mencela dan mengomentari makanan.

Sahabat Abu Hurairah RA menceritakan, " Nabi SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau selera maka beliau memakannya, dan jika tidak selera maka beliau tinggalkan." (HR. Ahmad 9755, Bukhari 3563 dan Muslim 5504)

Jangan Anda berpikir, mencela makanan hanya terkait penilaian enak, tidak enak, menjijikkan, atau komentar miring lainnya.

Ternyata lebih dari itu. Sebatas menyebut asin, kurang asin, kemanisan, kecut, yang umumnya dilakukan masyarakat kita, ternyata masuk dalam cakupan hadis di atas.

Selengkapnya baca di sini.     

Beri Komentar