Dream - Nilai tukar rupiah yang terus merosot ke level Rp 14 ribu memberikan sinyal kembalinya Indonesia ke masa Krisis Moneter (Krismon) tahun 1998 dan krisis ekonomi 2008. Namun, ternyata kondisi ini belum menunjukkan kondisi krisis ekonomi 1998 dan 2008.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 28 Agustus 2015, beberapa indikator ekonomi saat ini memang ada yang sama dengan kondisi tahun 1998 dan 2008. Namun, masih banyak indikator ekonomi yang jauh dari kondisi krisis saat itu.
Pada tahun 1998, depresiasi rupiah mencapai 197 persen menyebabkan nilai tukar rupiah berada posisi terendah yaitu Rp 16.650 per dolar Amerika Serikat. Sementara pada tahun 2008, depresiasi rupiah sebesar 34,86 persen ke level Rp 12.650 per dolar AS. Sedangkan saat ini dengan nilai tukar di level Rp 14.123, rupiah baru terdepresiasi 14,03 persen.
Lalu, apakah dengan indikator nilai tukar ini, Indonesia berpotensi kesulitan membayar utang luar negeri?
Data BEI kembali melaporkan rasio utang negeri terhadap cadangan devisa RI masih sangat kecil, yaitu 2,8 kali dari cadangan devisa yang sebesar US$ 107,6 miliar. Sementara total utang luar negeri Indonesia tercatat US$ 304,3 miliar.
Sedangkan pada saat Krismon 1998, utang luar negeri yang totalnya US$ 150,8 miliar merupakan 8,6 kali dari cadangan devisa sebesar US$ 17,4 miliar. Begitupun pada tahun 2008, utang luar negeri sebesar US$ 155,08 miliar merupakan 3,1 kali cadangan devisa saat itu yang sebesar US$ 50,2 miliar.
Rasio utang pemerintah terhadap PDB pun saat ini masih pada level aman yaitu hanya 24,7 persen. Hal ini berbeda jika dibandingkan pada tahun 1998 yang rasionya mencapai 100 persen, dan pada tahun 2008 rasionya 27,4 persen.
Selain itu, ada beberapa indikator ekonomi saat ini yang masih pada level aman. Indonesia masih mengalami pertumbuhan sebesar 4,67 persen yang bisa dikatakan melambat jika dibandingkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi RI justru minus 13,10 persen, dan pada tahun 2008, pertumbuhannya hanya 4,12 persen.
Inflasi saat ini masih 7,26 persen, inflasi tahun 1998 mencapai 82,4 persen, sedangkan pada tahun 2008 inflasinya sebesar 12,14 persen. IHSG saat ini 4.237, tahun 1998 IHSG 256, dan tahun 2008 IHSG 1.111.
Di sektor perbankan, kondisi kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Gross tahun ini hanya sebesar 2,6 persen. Jauh lebih rendah dari kondisi 1998 sebesar 30 persen, dan tahun 2008 sebesar 3,8 persen. Suku bunga acuan BI tahun ini juga terbilang rendah, hanya 7,5 persen.
Bandingkan dengan tahun 1998, suku bunga acuan BI Rate kala itu mencapai 60 persen, dan tahun 2008 suku bunganya 9,5 persen. Jadi apakah Indonesia sudah mulai krisis?
Advertisement
Dompet Dhuafa Kirim 60 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa
