Keturunan Indonesia Jadi Miliarder di Singapura karena Tulang

Reporter : Syahid Latif
Jumat, 6 November 2015 07:29
Keturunan Indonesia Jadi Miliarder di Singapura karena Tulang
Dia tinggalkan pekerjaan lamanya di sebuah perusahaan keuangan besar demi menjadi pencari tulang.

Dream - Karier Cliff Hartono, managing director perusahaan pengelola keuangan Three Arrows Capital yang berbasis di Singapura tergolong unik.

Pada September 2012, dia masih duduk di depan 6 layar komputer berjualan produk investasi jenis exchange-traded funds (ETF) untuk Credit Suisse Group di Canary Wharf, London. Satu bulan kemudian di tahun yang sama, dia berdiri di sebuah bukit di Wyoming, Amerika Serikat yang menjadi pusat penggalian benda-benda purbakala.

Ya, Hartono kini juga menjadi seorang kolektor dan penjual fosil. Aktivitas barunya selain di sektor keuangan itu bermula saat dia berkunjung ke Natural History Museum di London.

Pria 27 tahun ini menjadikan Wyoming sebagai sumber utama penggalian fosilnya. Lokasi lainnya adalah di Jerman yang menjadi tempat dia dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya yang berasal dari Indonesia.

Saat bersama para penggali fosil di Wyoming, Hartono teringat ketika salah satu dari mereka berkata, " Hai, Nak, apakah ini pertama kalinya kamu memegang palu godam?" Saat itu Hartono menjawab, " Benda terberat yang aku angkat bulan lalu adalah mouse komputer."

Dari kantornya di Singapura, Hartono telah menciptakan ceruk pasar baru di dunia perfosilan dengan menjadikannya sebagai barang seni dan dekorasi rumah yang cantik. Salah satu koleksinya berupa fosil reptil laut, Ichthyosaurus pada periode Jurassic, yang dijualnya sekitar US$ 140.000 (Rp 1,91 miliar). Fosil tersebut kabarnya berusia antara 20 juta hingga 230 juta tahun.

Seorang peselancar yang berdedikasi, Hartono mengejar bisnisnya dengan penuh semangat tanpa henti dengan mengutip peselancar lengedaris Mark Foo: " Jika kamu ingin naik gelombang yang besar, kamu harus bersedia membayar dengan pengorbanan yang besar pula." (Ism) 

Terpacu Jurrasic Park.........

 

1 dari 1 halaman

Terkejut, Pesaing Kalangan Muda Sangat Sedikit

Terkejut, Pesaing Kalangan Muda Sangat Sedikit © Dream

Dream - " Profesi sebagai kolektor fosil swasta telah ada selama berabad-abad. Tapi film Jurassic Park yang dirilis tahun 1993 memicu demam fosil," kata Michael Pittman, kepala Vertebrate Paleontology Laboratory di University of Hong Kong.

Hal itu dibuktikan dengan dilelangnya fosil dinosaurus yang dikenal sebagai Tyrannosaurus Sue oleh rumah lelang Sotheby di New York.

Fosil tersebut laku dengan harga fantastis US$ 8,4 juta dan pembelinya tidak lain adalah Chicago Field Museum of Natural History. Kemudian, pada tahun 2007, aktor Nicolas Cage mengalahkan Leonardo DiCaprio ketika mendapatkan tengkorak T-Rex seharga US$ 276.000.

Bagi Pittman, aktivitas lelang dan jual-beli fosil adalah kabar buruk. Fosil terkunci dalam koleksi pribadi yang mungkin tidak pernah dipelajari oleh para ilmuwan atau dilihat oleh publik.

Meski mengekspor fosil dilarang di banyak negara, termasuk Brasil, Tiongkok, dan Mongolia, pasar gelap fosil telah berkembang subur. Parahnya lagi, fosil yang ditemukan di AS dapat dijual kepada siapa saja.

Namun Hartono berkilah bahwa penggali komersial bisa mendapat proyek penggalian yang tidak akan didapat oleh museum dan universitas sehingga memacu penemuan-penemuan baru.

" Fosil yang tidak ditemukan hanya akan hancur menjadi debu," katanya.

Sementara itu, Mark Norell, ketua dan kurator Paleontologi di American Museum of Natural History di New York, memperlihatkan salah satu tren yang meggembirakan.

" Banyak kolektor pribadi yang menyumbangkan fosil penting kepada museum," katanya.

Hartono mengatakan peraturan memang diperlukan, tetapi yang berlebihan akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. " Ini menjaga keseimbangan," katanya. Untuk alasan ini, ia hanya melakukan penggalian fosil Wyoming dan Jerman, karena undang-undang yang jelas.

Hartono mengatakan dia terkejut dengan sedikitnya pesaing dari kalangan yang lebih muda, bahkan di antara ilmuwan.

" Mungkin ini sedikit seperti permainan orang tua," katanya. " Jika Anda besar di era 80-an atau 90-an, Anda mengambil jurusan ilmu pengetahuan atau paleontologi. Namun saat ini, Anda belajar pemrograman." (Ism) 

Beri Komentar