Duh, Makin Banyak Jutawan Krisis Pede

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Minggu, 11 Juni 2017 16:02
Duh, Makin Banyak Jutawan Krisis Pede
Pelemahan indeks ini merupakan yang terbesar.

Dream – Kepercayaan diri jutawan terjun bebas pada Mei 2017. Penyebabnya tak lain adalah faktor pemerintah. Kondisi pemerintahan menjadi hal yang dikhawatirkan oleh jutawan.

Dilansir dari CNBC, Minggu 11 Juni 2017, The Spectrem Millionaire Investor Confidence Index, sebuah indeks untuk mengukur kepercayaan diri jutawan di pasar dan ekonomi, jatuh 17 poin dari April 2017.

Pelemahan indeks ini merupakan yang terbesar yang disurvei oleh perusahaan pembuat indeks, Spectrem Group.

Hasil survei itu menunjukkan 4 dari 10 jutawan (39 persen) berencana untuk menghindari investasi pada bulan depan. Angka persentase ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2013. Alasan utamanya adalah politik dan kekacauan administrasi pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat.

Yang menjadi perhatian jutawan adalah lingkungan politik pemerintahan.

“ Meskipun pasar saham tetap berada pada level tertinggi, investor jutawan menjadi semakin berhati-hati,” kata Presiden Spectrem. George H. Walper.

Walper mengatakan, kekhawatiran tentang melemahnya posisi politik Trump yang kerap menimbulkan kontroversi, reformasi pajak yang menurun, dan kekhawatiran tentang usulan anggaran federal yang diajukan.

“ Kelompok non milionare juga mencatat penurunan kepercayaan diri, tapi angkanya di atas jutawan. Meskipun begitu, ada kemungkinan bagi kita untuk memasuki periode hiruk-pikuk bagi investor,” kata dia.

Walper mengatakan disfungsi pemerintah merupakan ancaman paling signifikan bagi ekonomi, baik perawatan kesehatan maupun pemotongan pajak penting yang mungkin memicu lonjakan pasar saham.

Karena jutawan memiliki sebagian besar saham dan aset keuangan di Amerika Serikat, dia mengatakan ketakutan investor bisa meredam pertumbuhan pasar saham dalam beberapa minggu mendatang.

Sekadar informasi, The Spectrem Millionaire Index mengukur sentiment investasi rumah tangga dengan jumlah US$1 juta (Rp13,29 miliar) atau lebih. Kajian ini dilakukan antara 19 Mei 2017 dan 23 Mei 2017. (ism) 

Beri Komentar