Generasi Muda Arab Lebih Khawatir Pengangguran Ketimbang ISIS

Reporter : Ramdania
Jumat, 24 April 2015 09:02
Generasi Muda Arab Lebih Khawatir Pengangguran Ketimbang ISIS
Penelitian mencatat pengangguran adalah kekhawatiran terbesar pemuda Arab di samping terorisme.

Dream - Ketidakpastian atas prospek pekerjaan di Timur Tengah mendorong dua-perlima dari Arab berusia 18-24, untuk mendirikan bisnis mereka sendiri dalam lima tahun ke depan.

Seperti dikutip dari Arabian Business, survey tahunan ASDA'A Burson-Marsteller Arab Youth Survey edisi ke-7, yang diterbitkan pada hari Selasa, menunjukkan bahwa 81 persen dari responden prihatin tentang pengangguran.

Terlebih lagi, 29 persen dari responden, pengangguran adalah kendala terbesar kedua di Timur Tengah setelah munculnya ISIS (37 persen) dan terorisme (32 persen).

" Munculnya ISIS telah mengguncang struktur sosial di wilayah tersebut dan memberikan kontribusi tahun transisi yang luar biasa bagi generasi muda di Timur Tengah," kata Sunil John, Chief Executive dari ASDA'A Burson-Marsteller, dalam sebuah konferensi pers pekan ini.

Temuan tersebut senada dengan komentar yang dibuat oleh Ketua National Bank of Oman, Mohammed Mahfoodh Al Ardhi, dalam sebuah wawancara dengan Arabian Business beberapa waktu lalu, Ketika ditanya alasan Oman tidak mengambil peran yang lebih sentral bersama UEA, Bahrain dan Arab Saudi dalam serangan udara terhadap gerilyawan ISIS di Suriah dan Irak.

" Saya pikir Oman merasa ISIS adalah ancaman tapi saya pribadi berpikir ancaman terbesar kami di dalam negeri, yakni memberikan pekerjaan untuk anak-anak kita, mendidik mereka untuk masa depan dan diversifikasi ekonomi kita. Dalam 80 tahun ketika minyak habis dan menjadi mahal, apa yang akan kita berikan untuk generasi muda kita?"

ASDA'A Burson-Marsteller bersama perusahaan jajak pendapat internasional Penn Schoen Berland, melakukan wawancara tatap muka dengan 3.500 pria dan wanita Arab berusia 18-24 tahun di wilayah Teluk (GCC), Irak, Mesir, Yordania, Lebanon, Libya, Palestina, Tunisia, Maroko, Aljazair dan Yaman.

Survei mengungkapkan bahwa pengangguran merupakan masalah yang lebih besar bagi 84 persen generasi muda Arab di negara-negara non-GCC, dibandingkan dengan 73 persen di GCC.

Generasi muda Arab di negara-negara non-GCC juga pesimis pemerintah mereka mampu mengatasi masalah ini. Sebanyak 61 persen mengatakan mereka tidak percaya diri dibandingkan dengan 29 persen di negara-negara GCC.

Sekitar 39 persen pemuda Arab ingin memulai bisnis dalam lima tahun ke depan. Penelitian menunjukkan teknologi dan ritel disebut sebagai sektor yang paling populer.

Responden menyerukan pemerintah untuk mendorong pinjaman lebih terjangkau, meningkatkan pendidikan dan pelatihan, dan mengurangi regulasi dan birokrasi untuk membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk memulai usaha.

Jeremy Galbraith, Chief Executive ASDA'A Burson-Marsteller untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika, mengatakan banyak responden kecewa dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan peluang kerja untuk generasi muda Arab.

Terkait dengan ini muncul dorongan untuk mengganti ekspatriat dengan pekerja pribumi, tambahnya.

Sunil John menambahkan secara khusus, sektor pemerintahan telah jenuh sehingga ada kesempatan bagi sektor swasta untuk meningkatkan dan mengisi kesenjangan.

Dia mengatakan pemerintah banyak mengumbar janji menyediakan dukungan bagi UKM dan penciptaan lapangan kerja. Hal itu membuat pengusaha muda Arab semakin kecewa. (Ism)

Beri Komentar