2018 Bukan Tahun Terbaik Investasi Apartemen

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 10 Januari 2019 08:15
2018 Bukan Tahun Terbaik Investasi Apartemen
Pertumbuhan pasokan tak sebanding dengan serapan.

Dream – Tahun 2018 membawa kabar kurang menyenangkan bagi mereka yang memilih investasi dalam bentuk apartemen. Tak hanya pemilik, para pengembang hunian vertikal juga tak bisa senyum sumringah.

Analisa terbaru dari Colliers International mencatat penyerapan apartemen di Indonesia tak sejalan dengan pasokannya

“ Laju supply, (jika) dibandingkan dengan laju serapan, memang tidak seimbang,” kata Senior Associated Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, Rabu 9 Januari 2019.

Berdasarkan data Colliers International, sepanjang 2018, terdapat 17.524 unit apartemen. Jumlahnya meningkat dibandingkan dengan pasokan 2017. Rata-rata tingkat serapan hunian apartemen sebesar 86,9 persen.

Di tengah pasokan hunian apartemen yang tumbuh 9,2 persen per tahun, tingkat serapannya ternyata hanya 1 persen.

Tak hanya itu, harga apartemen sepanjang 2018 juga kurang membawa kabar gembira. Ferry mengatakan harga apartemen pada 2018 tumbuh 2,5 persen. Angka itu masih di bawah  tingkat inflasi 2018 yang mencapai 3,13 persen.

“ Artinya, ini bukan pertumbuhan yang positif karena laju inflasi lebih tinggi daripada kenaikan harga,” kata dia.

Mengapa penjualan apartemen tidak begitu bagus?

1 dari 1 halaman

Pilih Investasi Deposito dan Obligasi daripada Apartemen

Ferry menduga masyarakat Indonesia lebih tertarik berinvestasi dalam bentuk deposito dan obligasi. Dua instrumen keuangan ini memberikan hasil yang menjanjikan daripada apartemen.

Misalnya, deposito menawarkan marjin sebesar 6,5 persen dan Saving Bond Ritel (SBR) 004 7,1 persen.

“ Kita membandingkan beberapa apartemen yang ada, yield-nya itu sekitar 5,5 persen,” kata dia.

Ferry mengatakan masyarakat juga tak terlalu tertarik berinvestasi di apartemen karena tarif sewanya belum membaik, bahkan cenderung terkoreksi. Pada 2013, yield apartemen sebesar 10,2 persen. Pada 2018, angkanya merosot jadi 5,5 persen.

“ Kalau apartemen hanya mengandalkan investor buyer, ini akan sulit mengangkat penjualan. Apalagi, masih banyak ketidakpastian. Paling tidak, ada Pemilu pada April. Kita tidak terlalu optimistis bahwa apartemen akan membaik pada semester I 2019,” kata dia.

Ditambah lagi, kata Ferry, orang lebih suka menabung. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah rekening tabungan terus meningkat. “ Jadi, orang cenderung saving money,” kata dia.

Untungnya, kata Ferry, ada kebijakan loan to value (LTV) pemerintah yang menolong pertumbuhan apartemen. “ Tapi, ada sisi positif dari implementasi LTV oleh pemerintah,” kata dia. 

(Sah, Laporan: Ava Haprin)

Beri Komentar