Janji Surga First Travel

Reporter : Puri Yuanita
Senin, 4 September 2017 20:16
Janji Surga First Travel
Membongkar modus penipuan biro perjalanan umroh First Travel.

Dream - Wanita paruh baya itu duduk di pojok ruangan. Bersama lima orang, mengepung meja mungil. Melingkar. Tak jenak. Sesekali mengubah posisi. Kadang menghadap kiri, sebentar kemudian menoleh ke kanan. Lama, tak beranjak.

Raut cemas. Berjam-jam di ruangan berukuran setengah lapangan futsal itu, tak ada seuntai pun senyum. Tangan menggenggam erat, tak pernah melepaskan cengkeraman ke lengan sang suami yang berada di samping.

Kepala celingukan. Mengawasi deretan meja di dekat tembok, tempat berkas menggunung. Juga melempar pandangan ke luar pintu, kepada orang-orang yang mengantre sambil mengempit map. Bola mata juga digulirkan kepada orang-orang yang meriung bersamanya. Mereka tak kalah resah.

Wanita berhijab yang tengah gundah-gulana itu adalah Omi. Dia tengah dirubung ketidakpastian. Uang ratusan juta yang telah disetor ke First Travel untuk biaya umroh terancam hilang. Bersama sepuluh anggota keluarga, masing-masing telah menyetor uang Rp16,5 juta. Bila ditotal, seluruhnya mencapai Rp181,5 juta.

Mendaftar Maret 2016. Semula dijanjikan berangkat bulan Juni. Tempo telah lewat. Namun janji tak ditepati. Omi dan sepuluh anggota keluarga belum diberangkatkan. Belakangan, bos travel tempat mendaftar umroh itu malah dibekuk polisi.

Dan siang itu, Senin 28 Agustus 2017, bersama ratusan orang, Omi ikut melapor ke Crisis Center korban penipuan First Travel di Gedung Bareskrim Polri.

Raut Omi semakin suram saat nama bos First Travel disebut. Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan seolah membuatnya trauma. Dia benar-benar kecewa. “ Kok ada orang seperti itu ya, agama kok dijual,” gerutu Omi, saat berbincang dengan Dream.

Bibir Omi bergetar, suara tersendat. Mata mendadak sembab, membendung air mata. Dia berusaha menahan diri. Menghela nafas dalam sambil mengelus dada. “ Astagfirullah,” ucapnya, lirih.

Omi hanyalah salah satu korban First Travel. Lihatlah siang itu, ratusan orang berjubel di ruang Crisis Center. Mengadu karena merasa tertipu. Uang belasan sampai ratusan juga yang dikumpulkan bertahun-tahun tak jelas rimbanya.

Polisi mencatat, sejak Desember 2016 hingga Mei lalu, ada 72.682 orang mendaftar umroh. Baru 14 ribu diberangkatkan. Sebanyak 58.682 tak kunjung diterbangkan. Dari jemaah yang gagal berangkat itu, First Travel diduga mengeruk uang Rp839 miliar.

Inilah yang membuat bos First Travel dituding melakukan penipuan. Sejak 9 Agustus 2017, Andika dan Anniesa jadi tersangka. Hari itu juga mereka. Direktur Keuangan, Kiki Hasibuan, yang tidak lain adalah adik Anniesa, menyusul mereka.

1 dari 4 halaman

Jatuh Bangun, Nyaris Bunuh Diri

Jatuh Bangun, Nyaris Bunuh Diri © Dream

First Travel sebenarnya biro umroh dengan nama besar. Usaha ini dibangun Andika dan Anniesa sejak 2008. Pasangan itu merintis usaha setelah ayah Anniesa meninggal. Mau tak mau, Andika harus menghidupi keluarga istrinya. Termasuk adik-adik iparnya.

Kisah perjalanan hidup ini dituturkan oleh Andika dan Anniesa dalam video yang diunggah ke laman First Travel. Mereka membuka usaha dengan modal uang hasil menggadaikan rumah orangtua Anniesa.

Bukan di mal. Usaha itu dimulai dari pinggir jalan. Mereka berjualan pulsa dan sprei. Namu sayang, usaha itu kandas dan rumah warisan itu pun disita bank. Perjuangan Andika dan Anniesa berliku. Menguras peluh.

Dengan simpanan uang Rp10 juta yang tersisa, mereka mendirikan biro perjalanan karena punya cita-cita bisa keliling Indonesia. Pada 2009, CV First Karya Utama lahir. Tahun itu pula mereka mulai melayani perjalanan wisata.

Agen perjalanan ini dimulai dari ruko kecil di pinggir Stasiun Depok. Tak bertahan lama mereka pindah ke Cibubur. Karena biaya yang besar dan tak ada order, mereka balik ke rumah. “ Pindah ke garasi rumah,” tutur Anniesa.

Mereka terus berkelana dari pameran ke pameran. Memperkenalkan First Travel. Memburu pelanggan. Perjalanan wisata internasional dan domestik. Paket haji plus serta umroh. Semua dijual. Poster juga ditempel di sudut-sudut jalan. Berbagai kantor dikirimi email penawaran.

Model door to door juga dilakoni. Mendatangi kantor demi kantor. Bermotor berboncengan dari Depok ke Jakarta. Tujuan mereka hanya satu. Mendapat pelanggan dan kepercayaan. Mereka menguras keringat.

Jatuh bangun. Itulah kisah mereka. Beberapa kali tertipu, menyeret pasangan ini ke tubir putus asa. Andika dan Anniesa nyaris bunuh diri dari atas mal di Jakarta. “ Dan akhirnya kami putuskan beristighfar sebanyak-banyaknya, karena kami sempat putus asa,” tutur Anniesa.

Dan usaha itu mulai berbuah. Dengarlah kisah yang mereka tuturkan. Saat Anniesa presentasi, sebuah kantor ingin menggunakan jasa First Travel. Namun ada syarat, klien harus bertemu dengan bos biro perjalanan mereka.

“ Kami senang tapi bingung juga. Bingung ya dari segi penampilan lah pastinya. Apalagi kalau kami datang, tangan belang, kucel bau asap, kan kami naik motor setiap hari. Motor juga boleh pinjam dari adik saya,” tutur Andika.

Mereka kembali menata bisnis. Tak dinyana, bisa berkembang pesat. Mereka semakin moncer saat dipercaya mendampingi sembilan karyawan Bank Indonesia ke Tanah Suci. Pada 2011, menang tender memberangkatkan ratusan karyawan bank sentral ke Tanah Suci. Jalan semakin lapang.

Kepercayaan didapat. Jemaah kian mengalir deras. Pundi-pundi uang pun semakin penuh. Dari ruko, garasi, menyewa gedung, mereka akhirnya mampu membeli gedung di Radar AURI, yang kemudian menjadi First Travel Building.

Usaha itu terus berkembang. Jemaah mereka mencapai puluhan ribu. Pada 2014, mereka bahkan menggelar manasik akbar di Gelora Bung Karno. Tak main-main, kala itu diikuti 35 ribu jemaah. First Travel bahkan berhasil mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai biro perjalanan dengan Manasik Akbar Umroh Terbesar di Indonesia.

Para jemaah itu diberangkatkan tahun berikutnyua. Pada 2015 itu, omzet perusahaan ini diperkirakan mencapai US$60 juta atau sekitar Rp800 miliar. Tahun lalu, mereka juga mencapai target memberangkatkan 35 ribu jemaah.

2 dari 4 halaman

Kejayaan Tamat

Kejayaan Tamat © Dream

Dengan track record itu, siapa tidak tergiur. Apalagi First Travel membanting harga habis-habisan. Standar biaya umroh berkisar antara Rp20 juta hingga Rp25 juta. Angka itu dipotong jadi Rp14 juta. First Travel memang punya tagline 'Harga Kaki Lima Fasilitas Bintang Lima'.

Belum lagi mereka menggandeng sejumlah artis untuk endorsement. Para pesohor itu memajang foto-foto saat berada di Tanah Suci. Mereka berangkat bareng Firts Travel. Sebut saja keluarga Ayu Ting Ting. Sang bunda, Umi Kalsum tahun ini bahkan dua kali ke Tanah Suci.

Syahrini lebih heboh lagi. Pelantun tembang 'Sesuatu' itu memboyong 19 keluarga untuk umroh bareng First Travel pada Maret silam. Ria Irawan dan almarhumah Julia Perez berangkat pada kurun Januari dan Februari. Para artis itu mengunggah foto-foto mereka ke media sosial dengan menyebut First Travel.

Jelas saja banyak orang tertarik. Dengarlah pengakuan Omi yang membuat aduan itu. Dia yakin memilih First Travel karena pernah ada tetangga pergi ke Tanah Suci dengan biro ini. “ Awalnya kan tetangga saya ikut First Travel, kok harganya murah, pelayanannya bagus, di sana dapat penginapan bagus,” kata Omi.

Dia semakin terkesima setelah datang ke kantor First Travel di daerah Radar AURI. Kantor itu, kata Omi, terlihat megah. Dia semakin percaya biro perjalanan itu dikelola manajemen yang baik.

Namun siapa sangka, awal tahun ini gelagat tak beres First Travel tercium. Setelah enam tahun berjalan, mereka terseok. Maret silam, sejumlah jemaah asal Jawa Timur gagal berangkat. Mereka diinapkan di hotel sekitar Bandara Soekarno Hatta.

April silam, Kementerian Agama memanggil petinggi First Travel untuk melakukan klarifikasi. Mediasi dengan jemaah juga dilakukan pada tanggal 22 bulan berikutnya. Namun gagal, sebab hanya tim legal yang datang. Itupun tanpa surat kuasa. Saat yang sama, 600 jemaah mengadu ke DPR.

Upaya mediasi terus dilakukan hingga 10 Juli. Namun tak ada solusi. Akhirnya pada tanggal 21, bulan yang sama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta First Travel menghentikan penjualan paket promo karena terindikasi sebagai investasi ilegal dan penghimpunan dana masyarakat tanpa izin.

Pada 3 Agustus, akhirnya Kementerian Agama mencabut izin First Travel. Dan akhirnya, enam hari kemudian Bareskrim Polri menetapkan Andika dan Anniesa sebagai Direktur Utama dan Direktur First Travel sebagai tersangka. Ditahan hari itu juga.

Sebuah fakta mencengangkan diungkap Polri. Ternyata saldo rekening perusahaan itu hanya sisa Rp1,3 juta. First Travel semakin terbenam karena jemaah yang gagal berangkat menuntut uang mereka kembali. 

Rekanan bisnis datang menagih utang. Selain Rp839 miliar uang jemaah, Andika dan Anniesa berutang Rp104 miliar kepada rekanan. Kejayaan First Travel pun tamat.

3 dari 4 halaman

Ratusan Miliar Uang Jemaah Menguap, Kemana?

Ratusan Miliar Uang Jemaah Menguap, Kemana? © Dream

Polri mencium indikasi penipuan. “ Peran Andika pelaku Direktur Utama, dia dibantu oleh istrinya Anniesa dan adik iparnya Siti, ini tindak pidana penipuan dan penggelapan,” kata Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Herry Rudolf Nahak.

Modus penipuan itu juga telah diidentifikasi. Yaitu dengan menawarkan umroh berbiaya murah. Hanya dengan Rp14,3 juta sana. “ Kemudian dengan biaya murah ini pelaku berusaha untuk menjaring sebanyak mungkin jemaah. Jadi tujuan utamanya dengan memberikan biaya murah,” ucap Herry.

Tagline “ Harga kaki lima, fasilitas bintang lima” pun ditengarai sebagai umpan agar calon jemaah lebih tertarik lagi. “ Jadi mereka ingin mempromosikan dengan membayar murah, tapi jemaah akan mendapat fasilitas sama dengan VIP. Sehingga ini menarik banyak jemaah,” tambah Herry.

Tapi First Travel mengelak. Bagi mereka, harga murah bukanlah aksi tipu-tipu. Bukan untuk menjerat jemaah. Mereka berdalih, bisa menawarkan harga setipis mungkin karena sudah booking akomodasi jauh hari. Tiket pesawat, katering, hingga hotel, dipesan dua tahun sebelumnya. “ Makanya bisa murah,” kata Kepala Divisi Legal First Travel, Deski.

Biaya murah, kata dia, tak ada kaitannya dengan kegagalan 50 ribu jemaah ke Tanah Suci. Para jemaah itu gagal berangkat karena sejumlah faktor. Mulai pengurusan visa yang sulit, demo dari jamaah umroh, 90 persen karyawan yang mundur, serta keputusan OJK yang mencabut izin First Travel.

“ Awal mulanya pengurusan visa yang sulit, demo besar-besaran jamaah, karyawan kami resign hampir 50 persen dan akhirnya resign 90 persen. Kemudian sampai terkahir pencabutan izin OJK,” beber dia.

Yang paling mencengangkan adalah isi rekening perusahaan itu. Hanya tersisa Rp1,3 juta. Lantas ke mana uang jemaah yang gagal diberangkatkan itu? Soal aliran dana itu, Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah selesai melakukan audit terhadap First Travel.

Hasilnya menunjukkan dana calon jamaah umroh dipakai Andika dan Anniesa untuk membeli keperluan pribadi. Rumah, mobil, dan hingga barang-barang mewah dibeli dengan uang para jemaah. “ Selain untuk memberangkatkan umrah, dana juga digunakan untuk kepentingan pembelian aset pribadi,” kata Wakil Ketua PPATK, Dian Ediana Rae.

Andika dan Anniesa memang punya banyak aset megah. Datanglah ke rumah mereka yang beralamat di Jalan Taman Venesia Selatan, Nomor 99, RT 01 RW 05, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Rumah itu jauh lebih besar dari bangunan tetangga.

Berarsitektur Eropa klasik. Pilar-pilar raksasa berdiri kokoh. Menopang atap kubah. Pohon-pohon pinur berjajar di halaman. Menjadi perindang bagian depan rumah yang didominasi cat kelir putih itu. Bila Anda masuk rumah ini, maka akan disuguhi pemandangan properti-properti luks. Tirainya saja konon berharga sekitar Rp700 juta. Seharga rumah. Kediaman ini lebih mirip istana.

Intip pula rumah di Gang Bambu Kuning Nomor 15, Jalan Benda, Kemang, Jakarta Selatan. Bangunan yang dilengkapi dengan kolam renang dan peralatan fitnes. Rumah dengan gerbang dengan tinggi lebih dari dua meter itu konon disewa Rp50 juta perbulan oleh Andika dan Anniesa.

Masih di Kemang. Bergeserlah ke Ruko Promenade 20, Jala Bangka Raya. Maka Anda akan menemui bangunan berlantai tiga. Itulah butik keluarga ini. Anniesa memang seorang desainer. Kiprahnya di dunia mode tak kalah mengegerkan dari kasus penipuan First Travel.

Capaian Anniesa sebagai desainer memang membuat banyak orang kagum. Tahun lalu, dia mampu menembus ajang bergengsi, New York Fashion Week. Mencari perancang busana Muslim pertama yang membawa hijab ke ajang terkemuka itu. Untuk ajang ini, dia rela merogoh kocek Rp2,6 miliar.

Itu hanya beberapa aset bangunan saja. Selain di dalam negeri, konon mereka juga membeli sebuah restoran di London, Inggris.

Uang-uang jemaah juga diduga digunakan untuk membiayai gaya hidup Andika dan Anniesa. Lihatlah gaya hidupnya. Intip Instagram Anniesa. Dia kerap mengunggah foto liburan. Bukan di dalam negeri, melainkan ke berbagai negara. Mereka juga dikenal gemar belanja.

Bila Anda benar-benar meluncur ke Instagram Anniesa, maka dijamin tak menemukan barang murahan. Fashion yang melekat di tubuh pasangan ini semua branded. Harga belasan hingga ratusan juta. Hermes, Giuseppe Zanotti, Moschino, Chanel, Dior So Real, dan Luis Vuitton, adalah merek-merek yang pernah disandang.

Soal gaya hidup ini, Deski menyebutnya wajar. Semua itu dibeli dari keuntungan usaha yang telah dijalankan. “ PPATK itu dapat dari mana, wajar kan orang dapat untung sebagai biro umroh beli rumah, beli mobil itu kan murni dari keuntungan dia,” ujar dia.

Deski masih yakin First Travel masih punya dana. Dia bahkan sesumbar, tak mungkin First Travel menyewa empat pengacara bila brankas kering. “ Bagaimana dikatakan uang kami Rp1,3 juta, sedangkan bagaimana cara bayar pengacara,” kata dia.

Meski demikian dia tak mampu menjelaskan temuan polisi tentang rekening First Travel yang hanya tersisa Rp1,3 juta. Tak tahu ke mana menguapnya uang miliaran itu. “ Kalau masalah dana jangan ngejar ke sana dulu, yang penting Pak Andika itu memang sedang berusaha memberangkatkan jamaah.”

Dan lihatlah nyatanya. Ribuan calon jemaah gagal berangkat ke Tanah Suci. Sudah begitu, uang mereka tak jelas rimbanya. Banyak orang yang merasa dirugikan. “ Ini kan kami istilahnya nyewa jasa. Kalau investasi ada rugi kami sudah siap, tapi ini kan bukan investasi,” ucap Hamidah, jemaah yang dijanjikan berangkat ke Tanah Suci Juni silam.

4 dari 4 halaman

Janji Surga

Janji Surga © Dream

Kasi Bina Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh Kementerian Agama, Zakaria Anshori, meminta kasus First Travel ini menjadi pelajaran. Calon jemaah harus melapor apabila menemukan kejanggalan. Terutama gagal diberangkatkan. Sebab, dari jemaah lah Kemenag tahu kasus seperti ini.

Menurut dia, kasus First Travel ini sudah tercium sejak 2015. Kala itu ada jemaah yang ditempatkan tidak sesuai dengan perjanjian. “ Itu sudah kami panggil First Travel dan sudah ada kompensasi. sudah selesai,” ujar Zakaria.

Meski demikian, tambah dia, kala itu First Travel terlihat normal. Tak tampak bermasalah. Sehingga Kemenag mengeluarkan perpanjangan izin pada Februari 2016. Apalagi manajemen mereka mendapat Sertifikat ISO.

“ Dari sisi laporan keuangan, mereka dilakukan auditor akuntan publik independen, opininya wajar. Dari sisi fasilitas sarana, kami lihat mewahnya seperti apa, kan. Dari pelayanan tidak ada keluhan yang tidak tertangani,” papar Zakaria.

Namun tak lama perpanjangan izin diberikan, masalah muncul. Pada Maret silam, terjadi penelantaran jamaah. Setelah peristiwa itu, barulah terbuka semuanya. “ Baru yang punya informasi awal baru masuk. Baru ada pengaduan. Sebelumnya tidak ada,” kata Zakaria.

Ketua Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Rinto Raharjo, mengimbau masyarakat lebih waspada memilih biro umroh. Jangan mudah tergiur harga obral.

“ Ciri-ciri biro travel nakal yang menonjol adalah harga yang murah. Harga yang tidak masuk akal dan tidak jelas mana biaya tiket, mana biaya akomodasi, mana biaya tour leader. Tidak masuk akal,” jelas Rinto.

Calon jamaah pun, kata Rinto, wajib mengetahui batasan harga paket umroh yang wajar, yaitu Rp19 juta. Itu pun hanya pada waktu-waktu tertentu. Desember merupakan peak season. Biaya bisa mencapai Rp22 juta hingga Rp23 juta.

Low season, tambah dia. terjadi pada pertengahan Januari hingga Ramadan. Harga berkisar Rp19 juta sampai Rp20 juta. “ Harga hotel banting-bantingan, jadi kita bisa jual murah. Kalau harga murah tapi kami jual mahal, tidak laku,” tandas Rinto.

Ibarat kata, ada harga ada rupa. Tagline 'Harga Kaki lima fasilitas bintang lima' yang ditawarkan First Travel ruoanya hanya janji belaka. Janji kepada mereka yang dengan tulus ingin beribadah ke tanah Suci.

Laporan: Muhammad Ilman Nafi'an, Arie Dwi Budiwati, Maulana Kautsar

Beri Komentar