Jungkir Balik Haji Haryanto Sang Anak Petani Yang Bangun Otobus (YouTube PO Haryanto Official)
Dream - Perusahaan otobus PO Haryanto didirikan oleh Haji Haryanto yang belakangan ini namanya mencuat setelah memecat anaknya, Rian Mahendra. Haji Haryanto menuding anaknya itu punya utang miliar karena bermain Bitcoin.
Namun di luar itu, PO Haryanto dibangun oleh Haryanto dengan perjuangan yang tak semudah membalikkan telapak tangan. Berkat kerja kerasnya, kini PO Haryanto menjadi salah satu yang termasyhur di dunia otobus tanah air.
Haryanto merupakan anak petani dan pedagang di Kudus, Jawa Tengah. Sejak kecil dia sudah terbiasa hidup prihatin dan membantu perekonomian keluarga. Banting tulang mencari uang mulai dari kerja di sawah hingga jualan es pun sudah dilakoninya.
“ Berbicara PO Haryanto ini jangan liat sekarangnya, tapi bagaimana dulu keadaannya. Jadi saya itu anaknya petani, pedagang lah, buruh kasaran. Dari situ, sejak SD saya sudah aktif bekerja, baik di sawah, jualan es dan pagi saya ngarit itu bisa ditukar dengan nasi satu piring,” katanya dalam kanal YouTube PO Haryanto Official.
Haryanto juga sempat menjadi TNI. Berbekal ijazah SMP, Haryanto mendaftarkan diri sebagai tentara agar tidak memberatkan orangtuanya dan bisa hidup mandiri pada tahun 1979.
Dia menjadi tentara dan ditugaskan di Tangerang, Banten. Di kota inilah dia juga mulai memasuki dunia rumah tangga dan membeli angkot doyok sebagai usaha tambahan.
“ Tahun 79 itu saya ada jalan bersosialisasi, ikut-ikut dengan warga Tangerang, termasuk di angkot sampai saya ada rezeki dikit buat kredit angkot doyok. Saat itu karena sudah berkeluarga, saya harus berpikir bagaimana bisa hidup (bersama istri) di kampung orang,” ceritanya.
Haryanto juga belajar bagaimana mengemudikan angkot. Hingga penghasilannya lumayan, ia gunakan untuk membeli angkot kembali bahkan sebidang tanah. Pada tahun 1984, dalam sehari Haryanto bisa mengantongi penghasilan Rp10 ribu.
“ Saya nyopir angkot di Tangerang itu, dapat sepuluh ribu, terus kita kumpulin. Ya alhamdulillah, dari situ saya beli lagi, saya beli lagi jadi angkotnya makin banyak. Subhanallah ya, ada rezeki lagi saya belikan tanah dan dari situ, saya bisa kayak gini karena dibangun rumah, garasi angkot, mushola,” katanya lagi.
Haryanto juga sempat menjadi calo bus jalur Tangerang ke Pulogadung. Dari situlah dia banyak belajar untuk membuka perusahaan bus. Dia mendapat upah Rp1.000 untuk sekali mendampingi.
“ Waktu itu saya nyalo dan busnya kalo nggak salah Garuda Mas. Dulu dari Tangerang ke Pulogadung saya bisa dapat seribu rupiah. Saya ikut, ikut, dan saya senang dengan ini, bersyukur walaupun pendapatannya tidak besar,” katanya.
Meskipun mendapat penghasilan tambahan, Haryanto harus disiplin membagi waktu antara dinas dan pekerjaan di luar itu.
“ Itu posisinya saya masih dinas (di tentara), bagi waktunya setelah dinas saya lakukan, karena dinas kan berangkat pagi selesai jam 14.00 WIB siang. Saat itu nggak ada kegiatan, nggak ada apel ya saya ke luar, belajar sama orang,” katanya.
Kegagalan juga pernah dialaminya saat krisis moneter di mana banyak perusahaan angkot yang gulung tikar termasuk milik Haji Haryanto. Dia lantas menjual angkot-angkotnya dan membeli beberapa unit bus. Namun usaha busnya juga gagal.
Sosok Haryanto tak pantang menyerah, pada tahun 2004, dia pun mendirikan PO Haryanto. Hingga sekarang perusahaan otobusnya itu berkembang pesat dan dikenal luas masyarakat.
Dia mengatakan kunci kesuksesannya salah satunya dengan berbakti kepada kedua orangtua.
“ Tahun 2002 saya mulai coba bikin perusahaan bus, karena usaha angkot mulai susah. Namun gagal. Lalu 2004 saya mulai bangkit dan bikin ini (PO Haryanto). Sebelumnya di tahun 1997 itu saya berangkatkan haji orang tua dengan biaya yang pas-pasan, terus ada gempa saya bangunkan musala juga,” lanjutnya.
Haji Haryanto mengatakan bahwa sebuah usaha bisa berjalan dengan baik jika diiringi dengan ibadah. Dia meminta para pegawainya untuk menaati perintah agama, dan tetap melaksanakan salat ketika azan berkumandang.
Bahkan Haryanto juga pernah memberangkatkan karyawannya untuk pergi haji.
" Uang itu didapatkannya salat dhuha, salat malam, salat sunnah-sunnah, membangun masjid itu adalah penyedot uang,” tandasnya.