Ilustrasi Fesyen Muslim.
Dream - Industri fesyen muslim masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di sektor ekonomi kreatif. Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) ingin industri ini mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan.
Dilansir dari keterangan tertulis yang diterima Dream, Jumat 24 Juni 2016, kelompok kerja industri kreatif KEIN menggelar focus group discussion (FGD) dengan Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif tentang industri busana muslim di Indonesia.
" Salah satu sektor yang paling banyak meningkatkan pertumbuhan ekonomi terdapat di bidang industri kreatif," kata Ketua Pokja Industri Kreatif KEIN, Irfan Wahid dalam sambutannya di kantor KEIN, Jakarta.
Irfan mengatakan, pada dasarnya, ada dua komponen terbesar dalam industri kreatif, yaitu kuliner dan fesyen. Industri busana muslim inilah menjadi penyumbang dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, dia ingin industri ini didukung oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder).
" Kami sudah melihat industri busana muslim memang sudah berjalan dengan sangat baik, tapi akan lebih baik lagi jika kita kerjakan bersama-sama dengan semua stakeholder yang terkait," kata dia.
Menurut Irfan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menyetujui inisiasi KEIN untuk melakukan pertemuan dengan berbagai lintas kementerian untuk mendisuksikan tentang industri kreatif, khususnya industri busana muslim di Indonesia.
" Sebenarnya, kita juga punya bidang yang berpotensi besar yaitu industri berbasis halal. Namun sayangnya, potensi industri berbasis halal kita di dunia masih di urutan nomor sepuluh, sedangkan di urutan nomor satu adalah negara tetangga, yaitu Malasyia," ungkap Irfan.
Terkait perihal busana muslim, Irfan mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa. Misalnya, Indonesia merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerja sama negara Islam (OKI) sebagai pengeskpor busana muslim terbesar selain Bangladesh, Turki, Maroko dan Pakistan. Bahkan, desain dan kualitas produk busana muslim Indonesia sudah diakui berdaya saing global karena mengandung unsur budaya batik dan tenun.
" Namun Indonesia saat ini juga masih menjadi negara dengan peringkat kelima pengkonsumsi busana muslim tingkat dunia," kata dia.
Ia juga menyebutkan, saat ini, ada beberapa negara yang bersiap menguasai pasar busana muslim dunia, di antaranya Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malasyia, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Italia, Inggris dan Perancis.
Perlu dibantu promosi
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah mengatakan, terkait dengan rencana Indonesia menjadi kiblat busana muslim sedunia tahun depan, perlu adanya sarana promosi yang juga besar.
" Untuk sarana promosi yang diperlukan adalah database dan katalog industri yang lengkap, dan saat ini sarana tersebut masih kurang. Padahal setiap kita melangkah tentunya harus memiliki angka atau data," kata dia.
Menurut Euis, pihaknya juga akan memfasilitasi pelaku industri busana muslim untuk ikut fashion show (pameran busana) baik di dalam negeri dan luar negeri.
" Terakhir kemarin kami sudah membantu fasilitasi mereka ke Turki, Maroko dan Perancis," jelas Euis.
Advertisement
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Video Sri Mulyani Menangis di Pundak Suami Saat Pegawai Kemenkeu Nyanyikan `Bahasa Kalbu`