Cabin Crew AirAsia (Foto: Shutterstock)
Dream - Pemilik AirAsia, Tony Fernandes merupakan salah satu miliarder yang patut diperhitungkan di Asia dan dunia saat ini. Dia adalah pengusaha sukses asal Negeri Jiran yang kini telah memiliki bisnis maskapai.
Pria kelahiran Kuala Lumpur ini menyelesaikan pendidikannya di London School of Economics. Dia memulai karirnya di Richard Branson Virgin Communication pada pertengahan 1980-an.
Lepas dari Richard Branson Virgin, lalu ia berkarir sebagai akuntan. Ia kemudian pindah ke London untuk bekerja di Warner Music International sebagai managing director warner Malaysia sebelum merintis karirnya di AirAsia.
Melansir dari laman Business Insider, memang AirAsia bukan sepenuhnya dibangun oleh Tony sejak dari nol. Awalnya, maskapai low cost itu merupakan perusahaan penerbangan kecil milik pemerintah Malaysia yang sedang jatuh, dan terlilit hutang sebesar US$40 juta, atau sekitar Rp526 miliar.
Dengan membeli saham sebesar US$0.29, atau setara dengan Rp4 ribu saja, pada 2001 Tony berhasil menguasai mayoritas saham penerbangan tersebut.
Memang, latar belakang dirinya tidak pernah terkait dengan lahan penerbangan. Tony yang saat itu berumur 37 tahun hanyalah seorang eksekutif musik. Namun, dirinya paham betul soal kewirausahaan dan pasar pariwisata beserta dunia hiburan di Asia Tenggara.
Untuk menjalankan bisnis ini, memang Tony tidak bisa benar-benar mengandalkan insting bisnis miliknya saja. Dia memtuskan untuk melirik sebuah maskapai internasional yang bernama Southwest Airliness menjadi model bisnisnya.
Dengan modal tersebut, dia meyakinkan dirinya untuk membangun maskaipainya dengan skema tarif murah, memiliki layanan yang berkualitas, serta bekerja dengan keras. Dengan memegang teguh prinsip tersebut, Tony berhasil membawa AirAisa menjadi seperti sekarang.
Kini, AirAisa memiliki lebih dari 160 buah Airbus A320 dan A330, yang awalnya hanya memiliki Boeing 737 tua. Per tahunnya, AirAisa bisa mengangkut lebih dari 230 juta penumpang dari beberapa anak perusahaanya di Indonesia, India, Thailand, dan Filipina, beserta dari markas pusat mereka di Kuala Lumpur.
Atas kegigihannya meraih kesuksesan, dia mendapatkan banyak penghargaan. Di antaranya, ASEAN Entrepreneurial Excellence Award pada 2016, Legion d’bonneur dari pemerintah Francis, dan Asian Business Leaders Award 2017.
Maskapai yang dipimpinnya pun mendapatkan penghargaan sebagai Best Use of Technology 2018 dalam ajang penghargaan Loyalty Awards. Membangun bisnis ini bukan tanpa perjuangan, butuh perjalanan panjang membawa AirAsia seterkenal saat ini.
Atas segala pencapaiannya, Tony memaparkan 4 kunci cara membangun bisnis raksasa seperti maskapai AirAsia.
Melalui bukunya yang berjudul Fliying High, pemilik AirAsia Tony Fernandes mengatakan memiliki produk bagus merupakan senjata untuk menarik banyak konsumen. Tahap pertama, pebisnis harus tahu produk unggulan yang harus dipasarkan.
Produk yang anda pasarkan, boleh saja sama dengan oranglain. Namun kuncinya, anda harus punya ciri khas sendiri. Seperti lagu, semua orang boleh menyanyikan lagu yang sama namun dengan aliran lagu yang beda.
" Kalau kau memakai musik sebagai analogi, apa hal yang paling penting? Lagunya. Kau boleh saja punya penyanyi terhebat sedunia, namun jika lagunya payah, lagu itu tak akan dimainkan," ujar Tony.
Tony melanjutkan, hal yang sama juga diterapkan untuk AirAsia. Maskapai tersebut menggunakan slogan maskapai berbiaya rendah dengan layanan yang bersahabat dengan tujuan terbang ke destinasi-destinasi yang tidak dituju oleh maskapai-maskapai lain.
" Terbang sesering mungkin dalam sehari tanpa frill, dan tidak membebankan biaya kepada konsumen untuk hal-hal yang tidak mereka inginkan," jelasnya.
Menurut pemilik AirAsia Tony Fernandes, begitu anda punya produk yang bagus, anda harus mengabarkannya kepada orang. Anda boleh saja punya produk terbaik sedunia, tapi jika tak ada orang yang tahu, habislah anda.
" Perusahaan rekaman yang punya lagu terbaik yang dinyanyikan penyanyi terbaik masih bisa gagal jika tak ada yang tahu soal itu. Pemasaran adalah kunci," ujar Tony.
Tony mengatakan, begitu banyak gagasan hebat yang gagal karena perusahaan melupakan pemasaran. Apa itu pemasaran? Menghamburkan uang untuk memasang billboard, iklan, tentu saja. Namun banyak orang lupa bahwa bagian terbesar pemasaran adalah Kehumasan, dan sekarang aktivitas Kehumasan banyak digerakkan lewat media sosial.
" Facebook memberikan AirAsia US$150 ribu yang bisa digunakan untuk apa pun yang kami inginkan dan tim kami memutuskan memakai uang itu di akun-akun media sosialku. Pada saat menulis ini, aku punya sekitar 1,45 juta follower di Twitter, setengah juta di Facebook, dan 100.000 di Instagram, yang baru saja mulai kugunakan," jelasnya.
Distribusi adalah elemen ketiga. Anda harus membuat sistem yang mudah agar orang dapat membeli produk anda begitu mereka mengetahuinya. Demikian ditulis Pemilik AirAsia Tony Fernandes dalam bukunya Fliying High.
Bagi AirAsia, distribusi adalah situs web, distribusi bagi perusahaan musik telah berevolusi dari CD dan kaset di toko kaset menjadi daring (online).
" Dan salah satu alasanku berhenti dari Warner adalah industri itu tidak memahami pentingnya memanfaatkan saluran distribusi bar ini. Bisnis musik menderita akibat arogansi semacam itu," jelasnya.
Potongan terakhir dari gambaran ini adalah bahwa anda harus menerapkan semua rencana anda tanpa terkecuali. Gagasan memang hebat, bicara itu gampang, namun yang paling penting adalah hasil.
" Ryanair adalah perusahaan terbaik yang pernah kulihat yang menerapkan rencana-rencana mereka," ujar Tony.
Mereka tidak mengalami batasan-batasan seperti kami karena pasar di Bropa jauh lebih bebas dari campur tangan dan kendali pemerintah, namun mereka adalah model bagi beberapa aspek bisnisku.
Penerapan atau implementasi bisa diringkas menjadi orang dan proses. Jadi, salah satu hal yang kami fokuskan di AirAsia adalah " Ancilarry" (Tambahan), yang memaparkan barang-barang yang dijual secara online atau di dalam kabin pesawat yang tak ada hubungannya dengan penerbangan itu sendiri atau bagasi.
" Beberapa alasan kenapa AirAsia sukses adalah kesederhanaannya dan ketiadaan birokrasi. Penerapan haruslah cepat, terfokus, dan kau selalu memerlukan orang-orang yang tepat untuk melaksanakannya. Sembilan puluh persen kesuksesan adalah penerapan," jelasnya.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas