Konflik Arab-Yaman, Harga Minyak Bakal Naik?

Reporter : Ramdania
Selasa, 31 Maret 2015 13:25
Konflik Arab-Yaman, Harga Minyak Bakal Naik?
Maysrakat Indonesia harus waspada terhadap konflik antara Arab Saudi dan Yaman yang berpotensi menaikkan harga minyak mentah. Dampaknya, bisa saja terjadi kenaikan harga Premium lagi.

Dream - Harga minyak mentah jenis Brent naik U$ 3 per barel di perdagangan Asia, pekan lalu. Kenaikan harga ini setelah Arab Saudi dan sekutu di wilayah Teluk memulai operasi militer mereka di Yaman. Namun, importir Asia mengatakan mereka tidak terlalu khawatir tentang gangguan pasokan.

Seperti dikutip dari CNBC, Selasa, 31 Maret 2015, serangan terhadap pemberontak Houthi, yang memaksa penguasa Yaman keluar dari ibukota Sana'a, bisa memicu kekhawatiran tentang keamanan pengiriman minyak dari Timur Tengah.

Harga minyak mentah Brent naik menjadi US$ 59,71 per barel. Sementara minyak mentah AS naik US$ 2 menjadi US$ 52,24 per barel.

Meskipun ada kenaikan harga, importir minyak Timur Tengah tidak langsung khawatir soal gangguan pasokan.

" Yaman bukan pemasok besar minyak. Mungkin serangan ini bisa menggerakkan sebagian harga minyak, tapi kami tidak melihatnya sebagai gangguan pasokan yang sebenarnya," kata Kim Woo Kyung, seorang juru bicara SK Innovation, induk perusahaan kilang terbesar Korea Selatan, SK Energy.

Para pejabat Korea Selatan juga mengatakan saat ini masalah terjadi di dekat Laut Merah, perairan Teluk yang tidak harus dilewati oleh pemasok ke Asia.

Meskipun importir mengatakan serangan Saudi sendiri tidak mungkin mengganggu pasokan, tapi ancaman penyebaran perang di wilayah tersebut bisa memengaruhi arus minyak.

" Hal ini seperti perang proxy antara Sunni (di Arab Saudi) dan Syiah (di Iran) sehingga merupakan sumber keprihatinan," kata Norihiro Fujito dari Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

" Jika perang proxy menjadi perang nyata, seluruh Timur Tengah akan tenggelam dalam perang, meskipun saya tidak berpikir bahwa itu akan terjadi," tambahnya.

Meski rute pengiriman ke Asia tidak langsung terpengaruh, namun jalur pelayaran ke Eropa akan terganggu. Produsen minyak Arab seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak harus melewati garis pantai Yaman melalui Teluk Aden untuk bisa melalui Laut Merah dan Terusan Suez ke Eropa.

Perairan sempit antara Yaman dan Djibouti, yang panjangnya kurang dari 40 kilometer, dianggap sebagai 'chokepoint' bagi pasokan minyak dunia oleh Badan Administrasi Informasi Energi AS dan wilayah ini sangat dilindungi angkatan laut Barat. (Ism)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More