Menkeu Pamer Rasio Utang RI Unggul Telak dari Negara Maju

Reporter : Ramdania
Jumat, 15 Januari 2016 09:02
Menkeu Pamer Rasio Utang RI Unggul Telak dari Negara Maju
Rasio utang RI yang sebesar 27 persen, sangat rendah jika dibanding negara Asia lain. Jepang saja rasionya mencapai 246 persen.

Dream - Nilai outstanding utang pemerintah pada akhir tahun 2015 mencapai Rp 3.089,0 triliun, atau setara US$ 223,2 miliar. Dengan jumlah tersebut, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto pada tahun 2015 sebesar 27 persen, jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan sebesar 60 persen.

“ Kalau kita lihat debt to GDP ratio (rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto/PDB) di 2015 kita 27 persen,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro seperti dikutip dari laman situs Kementerian Keuangan, Kamis, 14 Januari 2016.

Bambang mengklaim, rasio utang ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperi Filipina dan Australia yang masing-masing sebesar 36 persen, Malaysia 56 persen, maupun Thailand yang sebesar 44 persen.

Bahkan, dibandingkan dua negara kaya dunia, rasio utang Indonesia sangat unggul. Kedua negara ini dilaporkan memiliki rasio utang terhadap PDB lebih dari 100 persen.

Ia menambahkan, besarnya rasio utang terhadap PDB tidak dapat dijadikan sebagai indikator bahwa suatu negara akan mengalami kebangkrutan.

" Jadi utang Jepang itu dua setengah kali GDP-nya, 246 persen, tapi Jepang negara maju, siapa bilang Jepang negara mau bangkrut? Nggak ada. Jepang itu negara maju, negara dengan GDP terbesar ketiga di dunia," urainya.

Lebih lanjut ia memaparkan, utang pemerintah diperlukan untuk mendorong dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, karena digunakan untuk membiayai belanja pemerintah yang sifatnya produktif, yaitu belanja modal.

Bambang mencontohkan, pada tahun 2015, ketidakpastian global serta tren penurunan harga komoditas telah mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Belanja pemerintah pun diperlukan sebagai pengungkit pertumbuhan ekonomi.

“ Ketika (kontribusi sektor) komoditas absen dari pertumbuhan ekonomi, maka yang harus maju adalah pemerintah, yang harus masuk adalah pemerintah. Dan pemerintah masuknya melalui belanja. Yang paling penting adalah belanjanya pada belanja modal, bukan belanja barang atau semata-mata belanja gaji,” urainya.

Ia menambahkan, selama digunakan untuk belanja produktif, utang akan memberikan hasil yang positif. Tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bagi kesejateraan masyarakat.

Beri Komentar