Ilustrasi Kelompok Negara Besar Dunia (G20)
Dream - Selama hampir 10 tahun pertumbuhan ekonomi dunia ditopang negara-negara berkembang, setelah krisis ekonomi terjadi sekitar 2008. Namun kini ekonomi dunia mulai kembali mengalami pergeseran.
Dengan sistem keuangan global yang mulai menuju kondisi normal yang baru, pertumbuhan global kembali ditopang negara-negara maju.
Demikian disampaikan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah dalam Seminar Tantangan dan Peluang Investasi di Pasar Modal pada Era Turbulensi Ekonomi di Jakarta, Kamis, 5 November 2015.
" Pertumbuhan dunia yang selama 10 tahun ini didorong negara berkembang, akan didorong negara maju," tegas Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesi (ISEI) Jakarta ini.
Menurut Halim, kondisi ini bisa memberikan dampak bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Alasannya, dengan pertumbuhan pesat yang dialami negara maju ini maka akan semakin besar permintaan barang ke negara itu.
Peluang inilah yang seharusnya bisa ditangkap negara berkembang untuk meningkatkan nilai ekspornya.
Indonesia, tambah Halim, bisa saja menggenjot ekspornya ke negara-negara maju ini asalkan tahu kebutuhan negara itu.
" Kita harus memperhatikan komposisi permintaan dia itu barang-barang seperti apa," ujarnya.
Halim menyayangkan sampai saat ini ekspor Indonesia masih didominasi barang-barang komoditas. Namun, dia berharap, nantinya pemerintah bisa memanfaatkan peluang besar ini dengan mengarahkan industri untuk memenuhi kebutuhan negara maju tersebut dan menjaga kurs serta inflasi sehingga produk milik Indonesia bisa bersaing dengan produk negara maju lain.
" Apakah kita mempunyai daya saing untuk memenuhi permintaan yang naik ini karena kita kan selama ini dipenuhi oleh ekspor komoditas. Itu sebabnya mudah-mudahan dengan kurs yang kompetitif, inflasi yang terkendali kita mempunyai daya saing, tapi basis dari kita juga ditingkatkan," tandasnya.