Foto: Cnbc.com
Dream - Sistem keuangan yang makin tidak stabil di Lebanon, telah membuat penduduknya beralih menggunakan crypto sebagai mata uang. Penduduk Lebanon menggunakan Bitcoin atau menyimpan kekayaan dengan cryptocurrency dan melakukan transaksi pembayaran dengan Tether.
Dikutip dari laman CNBC, Senin 7 November 2022, Lebanon jatuh ke dalam jurang krisis keuangan akibat sistem pengeluaran yang buruk.
Sebelumnya, laporan Bank Dunia yang dirilis pada 1 Juni 2021, memperingatkan bahwa Lebanon akan menderita salah satu krisis ekonomi paling parah sejak pertengahan abad ke-19, kecuali jika sistem ekonominya direformasi.
Akibatnya, pada Agustus 2021, Bank Sentral Lebanon mengakhiri subsidi bahan bakar, dan mengumumkan bahwa mereka akan menawarkan jalur kredit untuk impor bahan bakar berdasarkan harga pasar untuk pound Lebanon. Setelah itu, harga bahan bakar melonjak dan menyebabkan krisis ekonomi di negara itu.
Pemerintah Lebanon juga telah menutup semua bank lokal karena risiko berkelanjutan bagi karyawan dan pelanggan. Masih belum diketahui kapan lembaga keuangan akan dibuka kembali, yang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa penduduk setempat mulai mencari instrumen keuangan alternatif, termasuk aset digital.
Penutupan ini membuat orang yang ingin menarik dana mereka dapat melakukannya dengan kerugian yang cukup besar atau mengambil cek berdenominasi dolar AS, yang kemudian dijual untuk sebagian kecil dari penilaian mereka.
Sehingga saat ini beberapa penduduk Lebanon menganggap cryptocurrency sebagai satu-satunya jalan untuk mereka bertahan hidup.
Salah satu warga yang memanfaatkan Bitcoin untuk menjalani hidupnya di Lebanon, ialah Gebrael, seorang arsitek yang tinggal di kampung halamannya di Beit Mery, sebuah desa sebelas mil sebelah timur Beirut. Dia telah kehilangan pekerjaannya dan perlu mencari cara lain untuk mendapatkan uang tunai dengan cepat.
Gebrael menemukan subreddit yang didedikasikan untuk menghubungkan pekerja lepas dengan pemberi kerja yang bersedia membayar dalam bitcoin. Pekerjaan pertama sang arsitek adalah membuat film iklan pendek untuk sebuah perusahaan yang menjual ban. Gebrael dibayar US$5 dalam bitcoin.
“ Ketika saya dibayar dari pekerjaan arsitektur saya, saya menarik semua uang saya,” kata Gebrael.
Dia kemudian menggunakan uang tunai itu untuk membeli sejumlah kecil Bitcoin setiap Sabtu. Sisanya ia simpan sebagai uang belanja untuk kebutuhan sehari-hari dan renovasi rumah.
Menurut laporan, beberapa penduduk lainnya juga menghasilkan uang menggunakan aset digital seperti Bitcoin dan memperdagangkan tether cryptocurrency untuk dolar AS melalui grup Telegram.
“ Kami mulai dengan menjual dan membeli USDT karena jumlah permintaan terhadap USDT sangat tinggi," ujar Abu Daher, salah satu penduduk Lebanon.
Meskipun undang-undang Lebanon melarang pembayaran menggunakan kripto, bisnis ini secara aktif beriklan di Instagram dan platform media sosial lainnya bahwa mereka menerima kripto. Kabarnya, beberapa hotel dan agen pariwisata juga mulai menerima jenis pembayaran tersebut.
Di antara negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara, Lebanon menempati urutan kedua setelah Turki dalam hal volume cryptocurrency yang diterima, menurut data blockchain baru dari Chainalysis.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!