Terungkap Gaya Hidup Juragan Uang Kripto Yang Jatuh Miskin
Dream - Salah satu bursa penukaran kripto terbesar di dunia FTX mengumumkan bahwa mereka bangkrut, dan mengajukan perlindungan kepada pengadilan Amerika Serikat.
Total utang yang harus dibayar kepada 10 debitur terbesarnya saja, FTX harus menyiapkan dana hampir US$3,1 miliar atau sekitar Rp48 triliun.
Salah satu penyebab bangkrutnya FTX ini ditengarai karena gaya hidup dan kelakuan Sam Bankman Fried, bos bursa penukaran kripto tersebut.
Bankman diduga telah menggunakan dana nasabah sebesar US$10 miliar atau sekitar Rp157 triliun untuk menyelamatkan bisnis pribadinya.
Dari jumlah dana nasabah yang bernilai fantastis tersebut, setidaknya US$1 miliar lenyap tanpa diketahui ke mana larinya.
Selain itu, Bankman ternyata hobi membeli rumah mewah di luar negeri. Bersama orangtua dan beberapa eksekutif FTX, Bankman membeli rumah mewah di Kepulauan Bahama.
Di rumah dan properti mewah lainnya di Bahama itulah, Bankman dan kaki tangannya kemudian menjalankan bisnis uang kripto mereka.
Mereka membeli setidaknya 19 properti senilai hampir US$121 juta atau sekitar Rp1,8 triliun di Bahama selama dua tahun terakhir.
Kebanyakan yang dibeli adalah properti mewah di tepi pantai. Termasuk 7 kondominium di kawasan elit bernama Albany, dengan total nilai US$72 juta atau sekitar Rp5,8 miliar.
Properti mewah lainnya berada di area Old Fort Bay, yang terkenal sebagai kawasan pribadi dengan sistem keamanan tinggi di Bahama.
Disebutkan jika properti tersebut dibeli atas nama orang tua Bankman, yaitu Joseph Bankman dan Barbara Fried. Joseph sendiri adalah profesor hukum di Stanford University.
Dalam laporannya, Reuters menyebutkan sejak September tahun silam, Bankman dan para karyawan membeli properti di Bahama yang sekaligus jadi kantor pusat FTX.
Bankman pernah mengatakan kepada Reuters bahwa dia tinggal di sebuah rumah bersama sembilan rekan. FTX bahkan menyediakan makanan dan layanan gratis lainnya di sekitar pulau.
Dengan runtuhnya FTX, salah satu bursa penukaran kripto terbesar di dunia, sekitar 1 juta kreditor menghadapi kerugian dengan total miliaran dolar.
Sumber: Reuters