OJK Dorong Daya Saing Perbankan Syariah dengan 3 Cara Ini

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 28 Oktober 2020 06:13
OJK Dorong Daya Saing Perbankan Syariah dengan 3 Cara Ini
Misalnya, menggenjot digitalisasi perbankan.

Dream – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya meningkatkan daya saing perbankan syariah. Ada tiga strategi yang dilakukan otoritas keuangan ini.

“ Yang pertama, penguatan modal perbankan syariah,” kata Direktur Penelitian dan Pengembangan Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Deden Firman Hendarsyah, dalam “ Webinar: Potensi Ekonomi Syariah Pasca Pandemi: Peran Sektor Keuangan Syariah dalam Pemulihan Ekonomi”, Selasa 27 Oktober 2020.

Ini mencakup konsolidasi, penambahan modal dari induk, hingga rencana pengembangan anak usaha. Sebagian besar perbankan syariah, kata dia, dimiliki oleh induk konvensional. Pihaknya terus mendorong sinergi antara induk dan anak usaha syariahnya.

“ Salah satunya mengeluarkan POJK tentang sinergi anak dan induk usaha tentang pengembangan perbankan syariah,” kata dia.

1 dari 3 halaman

Sinergi Ekosistem Syariah

Yang ke dua, kata Deden, adalah sinergi dalam ekosistem ekonomi syariah. Dikatakan bahwa pengembangan sinergi ini dimotori oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). Salah satu yang dikembangkan adalah industri halal.

“ Tentu yang diharapkan adalah keuangan syariah, bank syariah, asuransi, pasar modal syariah menjadi seperti jantung bagi tubuh yang memompakan kebutuhan likuiditas bagi industri halal,” kata dia.

Deden juga berharap industri halal juga menggunakan layanan dan produk perbankan syariah. Dia juga ingin ada integrasi keuangan syariah komersial dan sosial. Dikatakan bahwa keuangan syariah sosial menjadi ciri khas ekonomi syariah.

Ke tiga, peningkatan pemanfaatan digitalisasi perbankan syariah. Misalnya, aplikasi interfaces, QRIS, dan e-form. Dikatakan bahwa adaptasi teknologi menjadi hal penting untuk tumbuh saat ini.

“ Digitalisasi perbankan syariah akan kami dorong,” kata dia.

2 dari 3 halaman

Kinerja Perbankan Syariah Hingga Juli 2020 Ungguli Bank Konvensional

Dream - Kinerja perbankan syariah sukses mengungguli bank konvensional. Pertumbuhan ini terlihat dari perbandingan bank syariah dengan bank konvensional dari sisi aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan.

Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO), Toni E. B. Subari, melaporkan aset perbankan syariah hingga Juli 2020 aset perbankan syariah tumbuh 9,88 persen (yoy), pembiayaan 10,23 persen, dan dana pihak ketiga (DPK) 8,78 persen.

Pencapaian bank syariah itu lebih baik dari perbankan konvensional yang mencatat pertumbuhan aset 5,37 persen, kredit 1,04 persen, dan DPK 8,44 persen.

 

 

" Ini artinya perbankan syariah semakin diminati masyarakat. Masyarakat semakin percaya kepada bank syariah," kata Toni dalam webinar " Media Workshop Literasi dan Inklusi Perbankan Syariah: Ekonomi & Perbankan Syariah Energi Baru untuk Pemulihan Ekonomi Nasional" , Jumat 25 September 2020.

Namun diakui Toni, kinerja perbankan syariah di indikator lain masih harus menjadi perhatian pelaku keuangan halal.

 

3 dari 3 halaman

Tantangan yang Dihadapi

ASBISINDO mencatat angka pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) gross perbankan syariah 3,50 persen. Angka ini lebih tinggi daripada NPL perbankan konvensional yang sebesar 3,33 persen dan nasional 3,1 persen.

" Namun, angkanya masih berada di bawah 5 persen. Ini masih di posisi aman," kata dia.

Selain pertumbuhan, Toni mencatat ada tantangan yang dihadapi perbankan syariah. Misalnya, jumlah jaringan bank konvensional yang lebih banyak daripada syariah. Tercatat jumlah jaringan konvensional ada 28.775, sedangkan syariah ada 2.333 jaringan.

" Satu cabang konvensional melayani 9.297 nasabah, sedangkan 1 cabang syariah melayani 115.780. Alhamdulillah ada solusi di bagian perkembangan digital," kata dia.

Tantangan berikutnya adalah indeks literasi dan Inklusi masyarakat. Toni menyebut indeks inkusi perbankan konvensional sebesar 67,82 persen dan literasi 29,66 persen.

" Di syariah, angka literasi masyarakat sebesar 8,11 persen dan inklusi 11,06 persen," kata dia.

Beri Komentar