Dream - Wajah sumringah terpancar dari sekumpulan anak bocah. Mata mereka tertuju pada satu titik. Sebuah kiriman paket. Isinya beberapa tumpuk buku cerita dan pengetahuan.
Bocah-bocah bukan main kegirangan. Mereka meriung, rebutan memilih buku yang ingin dibaca.
Ada yang langsung mantap menggenggam buku. Ada yang masih melamun. Bingung melihat begitu banyak buku menumpuk. Sampai tak tahu memilih judul mana yang paling asyik dibaca.
Satu per satu dari mereka mulai mencari posisi yang pas dan nyaman untuk membaca. Satu titik jadi tempat berkumpul. Di bawah sebatang pohon kelapa sawit.
Aktivitas ini berlangsung setiap hari. Saban siang dan sore, anak-anak berkumpul di sebuah rumah yang terletak di Dusun Mekarsari, Desa Batu Teritip, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai, Provinsi Riau.
Buku telah menjadi sahabat bagi anak-anak di dusun itu. Maklum, tidak ada sarana penunjang pendidikan buat mereka. Jangankan perpustakaan, bangunan sekolah pun hampir sulit ditemukan.
Kondisi ini menggerakkan seorang dai yang dikenal dengan panggilan Ustaz Ikun untuk membangun sebuah fasilitas pendidikan.
Dia menyulap rumahnya menjadi pusat kegiatan masyarakat, yang fokus pada aktivitas pendidikan dan pembelajaran. Rumah dia beri nama Saung Ilmu Mekarsari.
Di tanah Riau, nama ‘Saung’ memang terdengar aneh. Tapi Ikun yang kelahiran Tasikmalaya sengaja memilih nama itu. Tentu, budaya Sunda telah melekat pada diri Ikun sejak kecil. Dia ingin menghadirkan nuansa Sunda di lingkungan yang banyak dihuni masyarakat transmigran itu.
***
Dream - Mekarsari merupakan dusun yang letaknya terpencil. Untuk mencukupi kebutuhan, warga dusun kerap pergi ke Kota Dumai. Padahal, jarak Mekarsari dan Dumai terpaut jarak sangat jauh, mencapai 80 hingga 100 kilometer.
“ Transportasi harus melalui jalur laut,” ujar Ikun kepada saat dihubungi Jurnalis Dream, Ahmad Baiquni .
Untuk bisa sampai ke Dumai, kata Ikun, masyarakat biasanya menggunakan perahu mesin. Deru arus deras harus mereka rasakan selama 6 jam. Mau lebih cepat, tersedia fasilitas perahu cepat (speedboat). Waktu tempuhnya 2,5 jam, paling lama 3 jam.
Tak heran, Mekarsari serba minim. Tidak banyak fasilitas umum yang tersedia. Gedung sekolah juga barang langka di kota ini. Pastinya,kebutuhan pendidikan bagi anak-anak usia sekolah dasar tak terpenuhi
Hanya ada satu sekolah dengan tiga ruang kelas. Sekolah itu akan digunakan untuk SD sekaligus SMP. Tiap hari, siswa SMP harus menunggu SD selesai terlebih dulu. Barulah mereka bisa belajar menunggu adik kelas keluar.
Tidak semua siswa tinggal di dekat sekolah. Bagi siswa yang tinggal di ujung kampung, mereka harus menempuh jarak 6 kilometer dengan berjalan kaki. Rata-rata, mereka butuh 1 jam untuk bisa sampai ke sekolah.
Itu masih lebih baik. Saat hujan, sudah dipastikan sekolah libur. Para siswa tidak bisa pergi ke sekolah akibat jalanan berubah menjadi lumpur.
Hal itu berdampak pada jenjang pendidikan anak-anak di sana hanya sampai SMP. Jika ingin melanjutkan ke jenjang SMA, mereka harus merantau ke luar kampung.
“ Kalau keluarganya sadar pendidikan, anak-anak mereka biasanya dikostkan di Dumai. Jadi sangat menyedihkan,” terang Ikun.
Kondisi semakin berat karena tingkat ekonomi warga Mekarsari jauh dari kata sejahtera. Kondisi inilah yang menggetarkan hati Ikun. Ia ingin terjun memperbaiki masyarakat. Saung Ilmu jadi sarana yang dia manfaatkan sebagai alat perubahan tersebut.
“ Awalnya sih banyak yang heran kenapa kok dinamai Saung Ilmu. Saya jelaskan, saung itu artinya rumah. Jadi Saung Ilmu itu pusat Ilmu,” ucap dia.
Sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat, Saung Ilmu dapat dimanfaatkan semua kalangan. Tidak hanya terbatas untuk anak-anak sekolah, melainkan warga tua maupun muda dapat berkegiatan di saung ini.
“ Intinya bukan hanya untuk anak didik, tapi semua kalangan. Di situ silakan baca. apabila ada yang tidak paham bisa bertanya. Tapi jika kami tidak paham, kami akan tanyakan kepada orang yang lebih tahu,” kata Ikun.
Selain sebagai pusat kegiatan, Ikun menjadikan Saung Ilmu ini sebagai sarana dakwah. Kelar jam sekolah, ruangan berubah menjadi tempat mengaji. Jadwalnya habis Ashar, sekitar pukul 15.00 WIB. Meski begitu, anak-anak tetap diperbolehkan datang.
“ Ada yang dari jam 12.00 WIB sampai jam 14.00 WIB. Tapi, yang kita fokuskan itu dari Ashar. Kami tunggu sampai jam 16.00 WIB, syaratnya harus shalat berjamaah kemudian mengaji. Bagi yang mau baca, silakan,” kata dia.
Keberadaan Saung Ilmu disambut cukup baik dari warga. Sejak berdiri sekitar satu tahun yang lalu, sebanyak 47 hingga 65 anak usia sekolah tercatat sebagai siswa di saung ini. Tentu, ruangan yang tersedia tidak mencukupi.
Tetapi, itu ternyata tidak menjadi masalah bagi anak-anak. Mereka kerap memanfaatkan kebun sawit yang terhampar di sekitar saung sebagai tempat belajar dan membaca. Tidak jarang dari mereka membaca sembari berebah di bawah teduhnya pohon kelapa sawit.
****
Dream - Kehadiran Saung Ilmu menjadi oase bagi warga Dusun Mekarsari dan sekitarnya. Kini, warga tidak perlu khawatir lagi anak-anaknya tidak mendapatkan pendidikan. Ikun juga sama sekali tidak memungut biaya sepeserpun kepada warga untuk operasional.
“ Wali murid bilang, ‘Bagaimana kami bayarnya’. Saya sampaikan kepada mereka, saya berbakti, ikhlas lillahi ta’ala,” ucap Ikun.
Meski begitu, tidak jarang wali murid memberikan sejumlah bantuan. Ikun mengaku kerap mendapatkan bantuan berupa bahan makanan seperti beras dan sebagainya dari warga. “ Itu inisiatif warga. Andaikan ada masyarakat mau membantu, kami terima,” kata dia.
Selain pendidikan, Saung Ilmu telah memiliki sejumlah program yang diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan berbasis kemandirian masyarakat. Salah satunya program penanaman talas, yang nantinya diolah untuk menghasilkan nilai lebih.
“ Kami sedang kembangkan masalah ekonomi kesehariannya. Ke depan kami ingin masyarakat bisa mandiri dan memiliki bekal agama yang kuat,” kata dia.
Upaya yang digalakkan Ikun mengajak warga sekitar membuahkan hasil. Konsep desa mandiri Islami yang dia sebarkan melalui Saung Ilmu mulai dilirik investor. Kini, tercatat dua investor Negeri Jiran yang tertarik menanamkan modal mereka di sektor pertanian Dusun Mekarsari.
“ Mereka tertarik dengan konsep kami,” kata Ikun.
Advertisement
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Video Sri Mulyani Menangis di Pundak Suami Saat Pegawai Kemenkeu Nyanyikan `Bahasa Kalbu`
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Siap-Siap Adu Cepat! Begini Cara Menangin Promo Flash Sale Rp99
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Kisah Influencer dan Mantan CMO Felicia Kawilarang Hadapi Anxiety Disorder
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada