Berawal dari Garasi di Tanjung Priok, Perusahaan Indonesia Ini Sekarang Jadi Pemasok Obat Dunia

Reporter : Alfi Salima Puteri
Kamis, 27 Oktober 2022 14:45
Berawal dari Garasi di Tanjung Priok, Perusahaan Indonesia Ini Sekarang Jadi Pemasok Obat Dunia
Dulu bikin obat panu gara-gara ayah sang pemilik perusahaan kulitnya panuan.

Dream - Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari usaha sederhana yang berawal di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi terdepan di Indonesia.

PT Kalbe Farma bermula dari sebuah garasi bengkel di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dokter Boenjamin Setiawan adalah orang yang berjasa di balik pendirian Kalbe Farma.

Boenjamin merupakan dokter lulusan Universitas Indonesia yang juga mendapatkan PhD dari University of California, Amerika Serikat.

Dibantu lima saudaranya, yang rata-rata juga berprofesi sebagai dokter, dokter Boen, panggilan Boenjamin Setiawan, nekat mendirikan sebuah perusahaan farmasi.

" Waktu itu saya belum punya uang banyak, ada uang tapi enggak banyak. Kakak saya Dr Koh Leng Sun juga buka praktik dokter, dia punya uang. Jadi intinya kita ramai-ramai bersaudara bikin industri farmasi di bekas bengkel Jalan Simpang Satu nomor satu," ujar dokter Boen dikutip dari merdeka.com, Kamis 27 Oktober 2022.

1 dari 4 halaman

Membuat produk-produk farmasi yang laris manis di pasaran, dokter Boen bagi-bagi resep. Di awal Kalbe Farma berdiri, obat yang dibikin adalah obat-obat yang banyak dibutuhkan masyarakat kala itu, seperti obat cacing.

Salah satu produk Kalbe Farma adalah Kalpanax. Dokter Boen membuat obat itu gara-gara orangtuanya dulu juga menderita panuan.

Tapi karena belum ada obatnya, dulu penyakit panu cukup diobati dengan parutan lengkuas dan dioleskan pada kulit yang terkena panu.

" Waktu itu juga banyak orang yang kena panu. Ayah saya juga kena panu. Waktu itu obatinnya pakai lengkuas. Dulu waktu saya kecil juga pakainya itu, diparut lalu digosokin. Kita bikin Kalpanax laku keras itu," cerita pria kelahiran 23 September 1933 di Tegal, Jawa Tengah, tersebut.

Dokter Boen pun membagikan kisah awal mula Kalbe Farma berdiri. Ia yang sebelumnya tinggal dan melakukan penelitian di Swedia, memutuskan untuk pulang ke Indonesia.

2 dari 4 halaman

" Saya kepengin melanjutkan penelitian tapi saat itu tahun 1961 saya kembali, dananya enggak ada, peralatan sedikit sekali, dan waktu itu memang sumber dayanya sedikit. Akhirnya saya melakukan penelitian sederhana saja. Mencari jamu-jamu antihipertensi menurunkan tekanan darah sama obat kencing manis," ujarnya.

Akhirnya ia pun membuat pabrik yang diberi nama PT Farmendo. Terdapat 4 dokter muda dari bagian biologi, dokter Boen dari Farmakologi, dan kemudian ada satu dokter lagi yang berasal dari Kimia Farma.

" Waktu itu kita kerjanya di laboratorium biologi FK UI bikin Yaseril dan bioplacenton injeksi sama bioplacenton salep. Kita rame-rame bikin dan anak muda masih semangat tapi karena anak muda enggak punya pengalaman, umur perusahaan hanya tiga bulan saja," ungkapnya.

Setelah pabrik pertamanya gagal, ia memulai kembali pada tahun 1963 bersama dokter dari Apotik Husada. Namun sayang, setelah empat bulan berdiri, bisnisnya kembali gagal.

" Nah, setelah gagal ini, kebetulan ditawarkan kerja di perusahaan Belanda namanya Ensifarm. Pada tahun 1966 sebenarnya saya sudah mau pergi, kebetulan kakak saya datang," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Kakak perempuannya yang berprofesi sebagai dokter gigi menawarkannya untuk membangun industri farmasi bersama.

" Jadi intinya kita ramai-ramai bersaudara bikin industri farmasi di bekas bengkel Jalan Simpang Satu nomor satu," jelasnya.

Obat-obat pertema yang mereka buat yakni obat sirup, untuk cacing, yang diberi nama Calekson. Lalu ada juga obat cacing dari Bayer yang bernama Upikson.

Tak disangka obat tersebut justru laku keras, lantaran pada kala itu rata-rata anak di Indonesia terkena penyakit yang biasa disebut cacingan.

" Karena hidupnya enggak sehat, makanannya kotor, dan buang air besar di mana-mana. 90 persen orang kena cacingan semua. Bikinnya sederhana pakai panci besar terus mengisinya pakai botol, pakai manual semua," katanya.

Perusahaan farmasinya juga membuat Kalpanax yang kita kenal hingga kini.

Menurutnya, keberhasilan keenam bersaudara itu tak lepas dari peran si bungsu yang membantu mengurusi penjualan, pemasaran, pembelian, dan keuangan.

" Dia atau Arianto yang urus semuanya. Dia dulu ekonomi. Ini salah satu keberhasilan. Saya kira kami bisa berhasil karena bersatu. Selain itu, kita berhasil karena satu produknya cocok, kedua harganya cocok, ketiga promosinya bagus meniru luar negeri, keempat penempatan atau distribusinya cocok dan yang kelima sumber dayanya benar-benar diperhatikan," bebernya.

4 dari 4 halaman

Barulah pada tahun 1991, Kalbe Farma memutuskan menjadi perusahaan terbuka atau go public.

Di pasar internasional sendiri, Kalbe Farma telah hadir di negara-negara ASEAN, seperti Nigeria, dan Afrika Selatan, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat bersaing di pasar ekspor.

Sejak pendiriannya, perusahaan menyadari pentingnya inovasi untuk mendukung pertumbuhan usaha. Kalbe telah membangun kekuatan riset dan pengembangan dalam bidang formulasi obat generik dan mendukung peluncuran produk konsumen dan nutrisi yang inovatif.

Melalui aliansi strategis dengan mitra-mitra internasional, Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset dan pengembangan yang banyak terlibat dalam kegiatan riset mutakhir di bidang sistem penghantaran obat, obat kanker, sel punca dan bioteknologi.

Didukung lebih dari 17 ribu karyawan, kini Kalbe telah tumbuh menjadi penyedia layanan kesehatan terbesar di Indonesia, dengan keunggulan keahlian di bidang pemasaran, branding, distribusi, keuangan serta riset dan pengembangan.

Kalbe Farma juga merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp79,2 triliun dan nilai penjualan Rp20,2 triliun di akhir 2017.

Beri Komentar