Sering Lembur? Hati-hati Rambut Bisa Cepat Botak

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Kamis, 24 Oktober 2019 12:13
Sering Lembur? Hati-hati Rambut Bisa Cepat Botak
Begini alasannya.

Dream – Peringatan bagi kamu yang sering bekerja lembur. Kajian menyebutkan ada potensi kebotakan dua kali lebih cepat yang dialami oleh karyawan yang bekerja lebih dari 52 jam per minggu.

Dikutip dari World of Buzz, Kamis 24 Oktober 2019, peneliti dari Sungkyunkwhan University of Medicine di Korea Selatan, menemukan orang-orang yang bekerja lebih dari 52 jam per minggu akan mengalami kebotakan dua kali lebih cepat daripada yang bekerja di bawah 52 jam per minggu.

Dalam kajian yang dirilis di “ Annals of Occupational and Environmental Medicine”, pada 2017, peneliti membagi 13.391 responden menjadi tiga kelompok berdasarkan jam kerja, yaitu normal (bekerja 40 jam per minggu), panjang (52 jam per minggu), dan sangat panjang (lebih dari 52 jam per minggu). Para responden ini merupakan pria dan wanita yang berusia 20—59 tahun. Mereka juga didata berdasarkan umur, status pernikahan, pendidikan, dan faktor-faktor lainnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan jam kerja tinggi mendorong peningkatan rambut rontok. Kondisi ini bsa memicu terjadinya kebotakan.

1 dari 7 halaman

Stres Picu Kebotakan

Menurut kajian, grup “ normal” memiliki tingkat kebotakan 2 persen, “ panjang” 3 persen, dan “ lebih panjang” 4 persen. Dikatakan juga pria yang memiliki jam kerja lebih panjang, memiliki tingkat kebotakan lebih tinggi daripada yang normal.

Jam kerja yang tinggi menimbulkan stres. Nah, stres ini bisa menghentikan pertumbuhan rambut di kepala. Terlalu lama bekerja juga bisa mengubah level hormon yang bisa berdampak negatif kepada tubuh.

Berdasarkan penelitian, periset meminta legislator untuk mengurangi jam kerja karyawan. 

2 dari 7 halaman

Tetap Produktif, Ini Tips Bekerja di Luar Saat Cuaca Panas

Dream – Belakangan ini, suhu panas melanda sejumlah daerah. Suhu panas ini berdampak langsung bagi Sahabat Dream yang bekerja di lapangan atau harus sering-sering keluar kantor.

Selain menurunkan produktivitas, cuaca panas juga bisa membuat seorang karyawan dehidrasi.

Dikutip dari CekAja, Rabu 23 Oktober 2019, ada enam tips yang bisa kamu ikuti agar tubuhmu tak kekurangan cairan dan produktivitas kerja tetap terjaga.

Pertama, menambah porsi minum air putih. Saat matahari terik-teriknya, pilihan minuman yang terbaik bagi tubuh adalah air putih. Minuman ini akan menggantikan cairan tubuh yang terbuang melalui keringat.

 

 

Normalnya, seseorang minum air 8 gelas per hari. Saat cuaca panas, setidaknya kamu minum 10-13 liter per hari.

Ke dua, minum sebelum haus. Jangan pernah menunda minum air putih kapan pun kamu punya kesempatan. Tujuannya untuk menghindari dehidrasi. Jangan sampai menunggu kerongkongan kering.

Aktivitas yang padat memang membuat kamu seringkali lupa untuk minum air putih. Untuk menghindari hal tersebut, manfaatkan aplikasi atau fitur alarm di ponsel sebagai pengingat waktu minum air putih.

3 dari 7 halaman

Jangan Salah Kostum

Jangan Paksakan Tubuh

Ke tiga, jangan memaksakan tubuh beraktivitas di bawah terik matahari saat tubuhmu sedang tidak sehat. Perlu diperhatikan, cuaca panas memicu berbagai penyakit timbul.

Jangan lupa memeriksakan kondisi tubuh jika punya riwayat penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, dan penyakit kronis lainnya. Konsultasikan juga ketahanan tubuh terhadap panas jika kamu mengkonsumsi obat-obatan khusus.

Jangan Salah Kostum

Ke empat, pakailah pakaian yang tepat. pakaian dan celana dengan bahan yang nyaman untuk digunakan beraktivitas di bawah sinar matahari. Hindari juga warna-warna gelap yang menyerap panas.

Jangan lupa untuk kenakan aksesori tambahan jika dibutuhkan seperti topi, kacamata hitam, payung, dan tabir surya agar kulit tetap lembab.

4 dari 7 halaman

Konsumsi Buah

Konsumsi Buah-buahan

Ke lima, konsumsilah buah-buahan. Di tengah cuaca panas, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi buah-buahan dengan kandungan air yang tinggi. Misalnya, semangka dan belimbing.

Selain memberi variasi dari upaya mencegah dehidrasi lewat air putih, memakan buah-buahan bisa menambah asupan kalori yang menyumbang energi untuk mendukung aktivitas sepanjang hari.

 

Cek Warna Urine

Ke enam, sering-sering mengecek warna urine. Meminum banyak air putih atau buah-buahan dengan kandungan air tinggi otomatis akan meningkatkan frekuensi buang air kecil kamu. Manfaatkan momentum di toilet tersebut untuk mengecek warna air seni alias urine kamu untuk memastikan kebutuhan cairan tercukupi atau tidak.

Jika warnanya jernih, tandanya kebutuhan cairan kamu tercukupi dengan baik. Sebaliknya, bila urin berwarna kuning pekat, kamu harus menambah asupan cairan saat itu juga.

5 dari 7 halaman

Studi Mengejukan Efek Lingkungan Kerja Buruk Pada Pola Asuh Anak

Dream – Perlakuan kasar itu sesekali akan muncul di lingkungan kantor mana pun. Sedihnya, kondisi ini akan berpengaruh terhadap perempuan yang menjadi korban, apalagi jika dia sudah berkeluarga.

Dikutip dari studyfinds, Sabtu 19 Oktober 2019, perlakuan yang dialami perempuan akan berdampak langsung kepada praktik pengasuhan yang lebih ketat dan otoriter di rumah. Studi ini dilakukan Carleton University dan telah dipresentasikan pada konvensi tahunan American Psychological Association pada 2018.

“ Perlakuan buruk di tempat kerja mengganggu interaksi ibu anak yang positif. Penelitian ini juga ‘berbicara’ kepada kelompok korban tidak langsung, yaitu anak-anak,” kata peneliti Carleton Univeristy, Angela Dionisi.

 

 

Para peneliti mendefinisikan ketidaksopanan di tempat kerja sebagai perilaku yang kasar, tidak sopan, atau perilaku lain yang melanggar aturan hormat di tempat kerja yang normal dan mengungkapkan kurangnya kepedulian terhadap orang lain. Misalnya, hinaan, menghindari seseorang, atau mengeluarkan orang dari tim.

Rekan peneliti, Kathryne Dupre, mengatakan hasil dari ketidaksopanan di tempat kerja sangat luas dan negatif. Contohnya, sang “ korban” akan merasa lebih stres dan mengalami gangguan fokus kerja.

6 dari 7 halaman

Bagaimana Hubungannya dengan Pengasuhan Anak?

Studi ini melibatkan 146 ibu yang bekerja. Setiap ibu ditanya tentang pengalaman pribadi yang dialami berkaitan dengan ketidaksopanan di tempat kerja. Lalu, mereka juga ditanya seberapa efektif ibu bekerja ini percaya bahwa mereka adalah orang tua. Pasangannya juga ditanya apakah istri mereka memiliki perilaku pengasuhan negatif atau permisif negatif.

Hasil survei menunjukan hubungan yang signifikan antara ketidaksopanan di tempat kerja dengan pengasuhan yang otoriter di antara ibu yang bekerja. Namun, tak ada hubungannya dengan pengasuhan yang permisif atau lebih lunak.

Perilaku yang diterima para wanita ini membuat mereka perlu untuk terlibat dalam strategi pengasuhan yang lebih ketat. Orang tua yang otoriter menuntut anak-anak mereka, tapi gagal memberikan umpan balik dan pengasuhan.

Mereka justru menghukum dengan keras untuk pelanggaran terkecil. Pengasuhan anak secara mikro ini hampir terjadi di setiap aspek kehidupan anak dan merupakan sifat umum di kalangan otoriter.

“ Penelitian menunjukkan pola asuh otoriter lebih merupakan gaya pengasuhan negatif dibandingkan dengan gaya pengasuhan lainnya,” kata Dupre.

Anak akan menjadi agresif, takut atau malu kepada orang lain, atau mengalami kesulitan berinteraksi. Malah, anak juga bisa depresi dan cemas serta berjuang untuk mengendalikan diri.

7 dari 7 halaman

Kaget dengan Dampak Negatif

Pada dasarnya, para penulis kajian ini kaget dengan betapa meluasnya efek kekasaran di tempat kerja kepada ibu yang bekerja. Hal ini mengingat fakta bahwa masyarakat menganggap ketidaksopanan seperti itu tak berbahaya.

“ (Perilaku) itu tidak menyenangkan dan membuat frukstrasi,” kata Dupre.

Tim peneliti berharap bahwa pekerjaan mereka bisa mendorong organisasi dan perusahaan lebih paham. Mereka juga berharap perusahaan bisa mencegah bentuk penganiayaan di tempat kerja. 

Beri Komentar