Dream - Bulan Ramadan adalah bulan yang paling dinanti oleh warga Indonesia. Orang berjualan makanan dan pakaian berharap rezeki makin bertambah, terlebih saat mendekati akhir Ramadan.
Tetapi Ramadan tahun ini tampaknya lesu karena meluasnya pengangguran, lonjakan inflasi, dan pendapatan komoditas Indonesia yang menurun sehingga berimbas pada daya beli masyarakat.
Penghematan yang dilakukan rakyat Indonesia yang berjumlah 250 juta - yang membelanjakan US$ 500 miliar per tahun untuk barang dan jasa, atau hampir sama dengan total belanja penduduk Thailand, Malaysia, dan Singapura - adalah kendala lain bagi janji Presiden Joko Widodo untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen.
Seperti dikutip dari Gulf News, Selasa, 9 Juni 2015,dengan konsumsi swasta menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto, perlambatan dalam pengeluaran yang sedikit saja bisa memiliki dampak besar pada pertumbuhan secara keseluruhan.
Pertumbuhan ekonomi telah merosot ke percepatan yang paling lambat sejak 2009. Selain itu tingkat konsumsi menunjukkan titik terendah 5 persen selama empat tahun pada kuartal pertama di saat pendapatan disposable berkurang.
Untuk merangsang permintaan, pemerintah sedang mempertimbangkan menaikkan pajak penghasilan dan bank sentral berencana untuk melonggarkan aturan tentang pinjaman, termasuk KPR dan kredit mobil.
Tetapi, dengan inflasi yang meningkat dan nilai tukar rupiah terhadap dolar, memotong suku bunga jelas bukanlah cara terbaik untuk mengatasinya.
Langkah-langkah tersebut akan dianggap terlambat bagi para pedagang di pasar Tanah Abang di Jakarta, yang sedang menunggu dengan tidak sabar untuk penjualan musiman yang selalu booming setiap Ramadan.
" Tahun lalu lebih baik," kata Meta, seorang wanita paruh baya di tengah tumpukan sajadah dan busana muslimnya. Harapan yang terbaik saat ini adalah bahwa bisnis lancar selama Ramadan dan menjelang liburan Lebaran.
Tetapi pembeli di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini tetap berhati-hati.
Kredit barang konsumen sedikit pulih meski perlahan setelah tenggelam selama delapan tahun hingga September lalu.
Penjualan mobil dan sepeda motor turun 16,3 persen dan 21,5 persen pada Januari hingga April dari tahun sebelumnya. Dan dalam lima bulan pertama 2015, penerimaan pajak penjualan turun 6,1 persen.
Harga konsumen naik sebesar 7,15 persen pada Mei, tertinggi tahun ini. Hal ini karena harga bahan pokok seperti beras dan cabai naik tajam. Ini berarti rumah tangga memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan pada hal-hal lain.
" Secara keseluruhan tahun ini, tren untuk penjualan telah turun," kata Fetty Kwartati, Sekretaris perusahaan raksasa ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk, yang membawahi brand besar seperti Zara, Marks & Spencer dan Starbucks.
Satria Hamid, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengecer Nasional, mengatakan penjualan selama periode liburan biasanya menyumbang 60-70 persen dari target tahunan. Tetapi tahun ini pengecer hanya mampu mencapai 40 persen.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR