Ilustrasi Balita (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa masih banyak ibu yang memberikan susu kental manis (SKM) dibandingkan susu bubuk karena faktor ekonomi yang rendah.
Padahal, SKM bukanlah susu, melainkan minuman yang terbuat dari gula dan susu. Oleh sebab itu, pemerintah menganjurkan agar kental manis tak dikonsumsi oleh balita.
Baca: Susu kental manis bermanfaat jadi kreasi sarapan lezat untuk keluarga
Penelitian tersebut dilakukan oleh Aisyiyah kepada 1268 responden ibu di dua provinsi, yakni DKI Jakarta dan Jawa Barat pada September hingga Oktober 2020.
Adapun wilayah yang menjadi cakupan penelitian tersebut adalah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, serta Jakarta Utara. Lalu, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi.
Dari penelitian itu, ditemukan fakta bahwa satu dari empat balita meminum SKM setiap hari.
Pengetahuan ibu terhadap SKM pada wilayah-wilayah itu menunjukkan, masih ada 341 orang (26,9 persen) yang mengatakan SKM adalah susu. Ibu-ibu inilah yang secara rutin memberikan konsumsi SKM untuk balitanya.
Para ibu bahkan memberikan SKM pada balitanya pada usia 0 hingga 2 tahun. Dari responden ibu di Jakarta, ada 80 balita di usia 0-2 tahun diberikan SKM oleh ibunya. Begitu pula Jawa Barat, ada 105 balita.
“ Mereka memberikan kental manis itu mulai usia di bawah 1 tahun, kalau kita kaitkan dengan kesehatan seharusnya dia masih mendapatkan ASI,” kata Ketua Majelis PP Aisyiyah, Chairunnisa, di Jakarta, Selasa 28 Juni 2022.
Hasil penelitian itu menyebut adanya konsumsi SKM membuat balita mengalami gangguan status gizi. Di DKI Jakarta terdapat 27 balita (16,7 persen) mengalami gizi buruk dan 60 balita (37,4 persen) mengalami kurang gizi.
Sedangkan di Jawa Barat ada 20 balita (11,2 persen) mengalami gizi buruk dan 59 balita (33 persen) mengalami kurang gizi.

Ekonomi menjadi salah satu faktor para ibu lebih memilih SKM, karena produk tersebut terjangkau ada di mana-mana. Namun Chairunnisa mengatakan, SKM sebaiknya tidak dikonsumsi balita karena mengandung gula yang sangat tinggi.
“ Pemilihan SKM ini terjangkau dan ada di mana-mana, sampai ke desa-desa tidak perlu mereka pergi ke minimarket dan seterusnya, dan kebanyakan dalam bentuk sachet dan harganya murah meriah,” terang Chairunnisa.
Penelitian ini juga menghasilkan data anak yang rutin diberikan SKM diduga mengalami efek stunting. Di DKI Jakarta ada 29 anak (17,9 persen) dan di Jawa Barat sebanyak 89 anak (49,7 persen).
“ Memang kita harus meningkatkan pengetahuan dari ibu balita ini, di mana mereka masih menganggap susu kental manis adalah susu dan boleh diberikan kepada balita, dan itu menjadi tantangan kita,” kata Chairunnisa.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini

Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun

Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000

NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia


Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab

Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!

Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025

Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025

Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk


Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu