Eropa Larang Pabrik di Tepi Barat Pakai Label `Made in Israel`

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 12 November 2015 11:31
Eropa Larang Pabrik di Tepi Barat Pakai Label `Made in Israel`
Parlemen Uni Eropa beralasan mereka punya ingatan sejarah bagaimana saat Eropa dipenuhi barang-barang berlabel Yahudi pada peristiwa Holocaust.

Dream - Kemasan produk kosmetik Ahava mengklaim membuat produk mereka di kawasan Laut Mati, Israel. Mereka lantas mencantumkan label 'Made in Israel' (buatan Israel) pada kemasan produk kosmetiknya

Tetapi, pabrik perusahaan ini ternyata berada di kawasan Tepi Barat yang merupakan wilayah Palestina. Kawasan itu merupakan kawasan yang menjadi target pendudukan Israel.

Ahava merupakan perusahaan kosmetik yang mengekspor produknya ke Uni Eropa. Mengetahui fakta keberadaan pabrik tersebut, dalam beberapa waktu ke depan Uni Eropa akan melarang perusahaan kosmetik itu melabeli produk mereka dengan 'Made in Israel'.

Uni Eropa akan mengeluarkan aturan yang mendesak perusahaan Israel yang berproduksi di wilayah pendudukan untuk mencantumkan label khusus. Ini untuk membedakan produk asli Israel dan produk wilayah pendudukan.

" Harus jelas itu berasal dari pemukiman Israel," ujar juru bicara UE David Kriss. Menurut dia, aturan ini akan dikeluarkan pada Rabu, tetapi ada kemungkinan untuk ditunda.

Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus melakukan perluasan wilayah pendudukan dengan membangun permukiman warga yang menurut masyarakat internasional dinyatakan sebagai upaya ilegal dan mematikan potensi kedaulatan Palestina. Pelabelan ini dinilai akan membuka jalan bagi pemboikotan produk Israel secara lebih luas.

Wakil Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Hotovely bereaksi terhadap ancaman parlemen UE ini. Dia mengatakan aturan ini akan memboikot Israel dari segala sisi.

" Kami melihatnya sebagai upaya boikot terhadap Israel untuk semua maksud dan tujuan," ungkap Tzipi.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Emmanuel Nachshon mengatakan aturan ini dapat berpengaruh terhadap ekspor Israel.

" Ini akan merugikan ekspor Israel jika konsumen tidak membuat pembedaan dan mungkin tidak akan membeli produk-produk yang bukan dari kawasan pendudukan. Ini seperti memboikot seluruh produk Israel," kata Nachshon.

Pada September lalu, Parlemen UE bersepakat mendukung adanya pembedaan pelabelan. Ini didasarkan pada kesatuan pandangan sejarah bagaimana kondisi Eropa tatkala dipenuhi barang-barang Yahudi, yakni saat terjadi Holocaust.

" Akar konflik ini bukanlah wilayah atau pendudukan. Kami punya ingatan sejarah tentang apa yang terjadi ketika Eropa dilabeli produk-produk Yahudi," ungkap Kriss.

Sumber: independent.co.uk.

 

Beri Komentar